Happy reading~
Alila menunduk lesu, dengan kaki yang di ayunkan. Tangannya memegang sebuah kertas, berisikan surat yang akan ia berikan pada Gatra.
Jika surat itu tak di balas, Alila memutuskan untuk berhenti menyukai pemuda itu.
Sebenarnya Alila bisa saja mengirimi pemuda itu pesan, tetapi ia malu untuk meminta nomor ponselnya.
"Lo ngapain?"
Alila menoleh, saat mendengar suara seseorang yang tak asing baginya.
Iya benar, itu Gatra.
Gatra Damareno, pemuda yang menarik perhatiannya sejak pertama kali Alila melihatnya di depan ruang OSIS satu tahun yang lalu.
Andai waktu itu Alila tidak bertemu dengannya, apa ia tidak akan merasakan hal seperti ini sekarang?
Sekarang, pemuda itu berdiri tak jauh darinya dengan tangan yang memegang sebuah tempat sampah.
Seakan dunia ingin mempertemukan mereka, langit yang awalnya mendung kini berubah menjadi cerah.
"Kak, boleh bicara sebentar gak?"
Gatra tampak berpikir sebentar, sebelum akhirnya melangkahkan kaki dan mendekat pada Alila.
Awalnya ia berniat untuk membuang sampah, tapi saat melihat Alila, tanpa sadar kakinya melangkah pada gadis itu.
Gatra duduk di samping Alila, dengan jarak yang tak terlalu dekat. Ia seakan menjaga jarak dari gadis itu dengan alasan yang bahkan ia sendiri tidak ketahui.
Beberapa menit berlalu, dan Alila tetap saja bungkam.
"Kak, gue ga pantes ya buat lo?" tanya Alila, dengan tatapan sayu pada Gatra.
Pemuda yang di beri pertanyaan seperti itu dengan tiba-tiba tentu terkejut. Dari semua pertanyaan, dari ribuan soal yang ia kerjakan saat ulangan, atau olimpiade kenapa hanya pertanyaan kecil itu yang tak mampu ia jawab?
Jantungnya berdegup kencang, saat tatapan Alila seakan meminta sebuah harapan padanya.
Alila tertawa hambar saat tak mendapat jawaban dari Gatra. "Sesulit itu ya kak? Bilang aja kalau emang gak suka sama gue, gue bisa mundur kok," tanya Alila, dengan berusaha mengeluarkan senyum untuk menguatkan dirinya.
1 detik ...
1 menit ...
10 menit ...
"Gue suka sama lo kak, dari sejak pertama kali ngeliat lo waktu itu." Alila berucap, setelah berhasil mengumpulkan keberaniannya.
Mendengar pernyataan Alila yang bertubi-tubi, Gatra semakin bungkam.
Ia sedikit takut, jika melukai gadis itu.
Tetapi, bagaimana dengan perasaannya?
Dari banyaknya gadis yang ia tolak, kenapa hanya Alila yang membuatnya bingung seperti ini?
"Kasih gue waktu."
"Sampai kapan kak?"
"Ulang tahun gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUDDEN SHOWER | Dia yang sempurna
Teen Fiction"Pertemuan kita memang klise, namun kisah kita terlalu indah untuk di tuliskan dalam sebuah cerita." - Gatra Damareno