Happy reading ~
Gatra berlari dengan cepat, memasuki rumah kakek dan neneknya. Ia menatap seorang pria tua yang duduk di ruang tamu, dengan topi hitam yang bertengger di kepalanya.
"Kakek udah siap? Nenek mana?"
Anton mendongak, lalu menoleh pada sebuah ruangan yang masih tertutup. "Dandan."
Gatra menggeleng pelan, "Nenek! Cepetan!"
"Sabar atuh! Ini nenek lagi masang anting!"
Anton dan Gatra saling menatap satu sama lain, lalu menghela nafas dengan pelan.
Arna memang seperti itu, dan tidak pernah berubah sejak dulu. Padahal, mereka hanya akan berlibur ke desa tapi kenapa sesibuk itu?
"Kamu yakin gak mau ikut?"
Gatra mengangguk, "Sebentar lagi Gatra mau ujian, dan harus ngurusin persiapan pemilihan ketua OSIS yang baru." Jawabnya, kemudian mengambil koper yang ada di samping Anton.
"Ini Gatra bawa ke mobil dulu ya kek? Nanti kalau nenek udah selesai langsung keluar aja, aku mau bicara sebentar sama pak Bastian."
Anton hanya mengangguk.
Gatra melangkahkan kakinya keluar, dan menghampiri pak Bastian yang sedang duduk di teras menunggu mereka.
"Ibu sama bapak belum selesai tuan?"
Gatra mengangguk, lalu memberikan koper itu pada pak Bastian, "Ingat pak, jangan sampai lengah di sana. Saya yakin Papa saya tidak akan diam jika tahu kakek dan nenek sedang pergi."
"Tenang saja tuan, saya tidak akan memberi tahu pak Ivan. Jika saya melakukannya, saya bisa di pecat oleh nona Renata." Pak Bastian tersenyum, lalu membawa koper milik Anton dan Arna menuju mobil.
Gatra berbalik dengan cepat, saat Anton tiba-tiba muncul dan berdiri di sampingnya dengan kacamata hitamnya.
"Pria itu, sangat tidak keren." Komentarnya, menatap pak Bastian yang sedang mengangkat koper dan hendak memasukkannya ke dalam mobil.
Gatra menepuk jidatnya, saat melihat tingkah Anton yang sudah mirip seperti seorang pejabat.
Bukan hanya itu, Arna mengekor dari belakang, dengan dandanan menor yang entah dari mana ia pelajari.
"Kakek sama nenek jangan jauh-jauh dari pak Bastian ya?" Peringat Gatra, namun di respon dengan decakan oleh Anton.
"Kamu kira kami masih kecil? Kakek lebih dulu lahir dari kamu, jadi kakek tahu mana yang benar dan mana yang salah." Ucap Anton tanpa menoleh pada Gatra.
"Sudah-sudah, kalau terlalu lama nanti mekab nenek luntur!"
"Make-up nek, make-up! Bukan mekab!" Ralat Gatra.
"Biarin deh, sama saja."
Gatra mengelus dadanya sabar, kenapa kakek dan neneknya jadi seperti ini?
Setelah mengantar mereka ke mobil, Gatra pun kembali masuk ke dalam rumah saat mereka sudah benar-benar pergi.
Pemuda itu masuk ke dalam kamarnya, dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUDDEN SHOWER | Dia yang sempurna
Teen Fiction"Pertemuan kita memang klise, namun kisah kita terlalu indah untuk di tuliskan dalam sebuah cerita." - Gatra Damareno