Happy reading~
Alila mendengus kesal, dengan pandangan yang tak beralih dari seorang pemuda dengan kaca mata bening yang sedang sibuk menatap bukunya.
Pemuda itu tampak sangat serius, hingga tak peduli dengan sekitar.
Alila baru saja bangun, dan terkejut saat Gatra tiba-tiba duduk di samping brankar yang ada di UKS itu.
Apa gunanya Gatra di sana jika ia hanya sibuk belajar?
Hidung Alila masih terasa perih, akibat terkena bola yang di tendang oleh salah satu cowok di kelasnya.
Tunggu saja, saat bertemu nanti akan Alila cincang mereka.
"Kak Gatra!"
"Hm ..." jawab pemuda itu, tanpa menoleh sedikit pun.
Sok cool, tapi memang iya sih.
Alila menghela nafasnya dengan kasar, lalu menurunkan kakinya hendak pergi dari sana. Tetapi, belum sempat gadis itu turun, kerah baju bagian belakangnya sudah di tarik oleh seseorang.
"Gak usah ke kelas, istirahat aja."
"Gak mau, percuma di sini kalau kak Gatra aja gak peduli sama gue. Gue bosen tau!"
Gatra meletakkan bukunya di atas meja, lalu melipat kedua tangannya di dada.
"Ceroboh." Ucap Gatra,"Kalau gue gak peduli sama lo, ngapain gue buang-buang waktu nungguin lo di sini?" sambungnya lagi.
Iya juga ya?
Alila terdiam, tampak berpikir keras.
"Selain ceroboh, lo juga bodoh ya?"
Degg
Alila menatap Gatra, "Kak ..."
"Seharusnya lo bisa lebih waspada, kalau lo ga ceroboh pasti lo gak akan kayak gini sekarang."
Tatapan Gatra begitu dingin, membuat Alila menciut seketika.
"Lain kali kalau gak bisa gunain mata sama telinga lo dengan benar, gak usah sok-sokan keluar rumah. Bahaya."
Alila sedikit senang karena mendengar nasihat dari Gatra, "Denger gak?"
Alila mengangguk dengan cepat, "Iya kak."
"Hidung lo masih sakit?" Tanya Gatra, mengalihkan topik pembicaraannya.
"Dikit."
"Mau pulang aja? Nanti gue minta izin ke Bu Fira." tanya Gatra.
"Engga usah sih, gue juga udah gak apa-apa. Tapi kalau kak Gatra mau ngajak bolos bareng, ayo lah, gas!"
Alila segera menutup mulutnya, saat mendapatkan pelototan dari Gatra.
"Yaudah deh, maaf ..."
Gatra tak membalas ucapan Alila, dan meraih bukunya lalu beranjak pergi dari UKS itu.
Alila yang melihat kepergian Gatra dengan cepat ngacir, mengikuti langkah pemuda itu.
Sepertinya, sekarang sudah masuk jam pelajaran ketiga, karena suasana sekolah cukup sunyi. Hanya terdengar suara-suara guru yang sedang menjelaskan materi di tiap-tiap kelas.
Alila berhenti saat Gatra juga menghentikan langkahnya tepat di depan kelas Alila, "Gak jadi bolos kak?"
Pletak!
"Bolos, bolos! Urus dulu nilai biologi lo, baru ngajak bolos."
Alila yang sedang memegang jidatnya membulatkan matanya, saat mendengar ucapan Gatra.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUDDEN SHOWER | Dia yang sempurna
Novela Juvenil"Pertemuan kita memang klise, namun kisah kita terlalu indah untuk di tuliskan dalam sebuah cerita." - Gatra Damareno