Happy reading ~
Alila menyirami tanaman yang ada di halaman rumahnya. Beberapa bunga tampak baru mekar, dan mengeluarkan aroma yang wangi. Udara pagi yang terasa sejuk, membuat Alila yang biasanya malas melakukan pekerjaan seperti itu menjadi lebih berminat.
Alila sesekali menoleh, saat tetangganya menyapa dari luar pagar.
Perumahan tempat dimana ia tinggal memang cukup besar, jadi setiap hari libur banyak orang yang akan menghabiskan waktu berkeliling setiap pagi untuk berolahraga. Tak jarang Alila juga menjadi salah satu di antara mereka.
"Al, cepet masuk! Sarapannya udah siap!"
Itu suara Alkan. Pemuda itu setiap hari membuatkan makanan untuk dirinya dan Alila. Selain berbakat dalam memainkan alat musik, Alkan juga cukup pintar memasak.
Rasa masakannya jauh lebih enak dari Alila, yang kadang rasa masakannya masih terlalu asin, atau terlalu hambar.
Alila melangkah masuk, setelah mematikan keran air yang berada di halaman itu.
Dari meja makan, sudah mulai terdengar suara Alkan yang tampak berbincang dengan seseorang.
"Mama!!" Alila berlari, saat melihat wajah Joana dari ponsel Alkan.
"Halo sayang!" Alila merebut ponsel Alkan dari tangan pemuda itu, lalu melambaikan tangannya.
Alkan menggeleng pelan, lalu memberikan Alila yang sudah duduk sebuah piring dan sendok kemudian mengisi piring adiknya itu dengan nasi goreng buatannya.
"Aku kangen, Mama sama Papa kok gak pernah ngabarin?"
"Maaf sayang, mama di sini mulai sibuk karena harus gantian sama tante Tias buat ngejaga nenek kamu," ucap Joana, kemudian mengarahkan kameran ponselnya pada seorang wanita tua yang terbaring di brankar rumah sakit dengan mata yang terpejam.
"Nenek belum sembuh ya Mah?" Tanya Alila, dengan tangan yang menyendokkan nasi goreng ke mulutnya.
Joana mengangguk, "Kalian di sana gak apa-apa kan? Kalau butuh sesuatu bilang ke Mama atau Papa ya?"
"Tenang aja Ma, selama ada aku semuanya aman terkendali!" Timpal Alkan. Pemuda itu sudah selesai dengan sarapannya, dan kini beralih pada secangkir kopi yang entah sejak kapan berada di depannya.
"Alila gimana? Udah gak sering kumat lagi kan?" Joana menatap Alila, dengan tatapan khawatir.
"Engga Ma, aku seterong kok!"
Joana tersenyum lega, "Kalau gitu Mama tutup dulu telfonnya ya? Soalnya udah mau pulang, tante Tias udah dateng."
"Ooh oke Mah, bye bye!"
Tut!!
Alila menghela nafasnya dengan lesu, lalu mengembalikan ponsel Alkan padanya.
"Kenapa sih? Kan udah telfonan sama Mama." Alkan menatap Alila dengan tatapan heran, sambil menyeruput kopinya.
"Kangen sama Papa." Lirih Alila, lalu mengunyah nasi goreng di mulutnya.
Alkan sedikit takjub, karena Alila bisa makan selahap itu meski sedang sedih. Apa karena masakannya yang terlalu enak, atau Alila yang kelaparan?
"Alay."
Alila mendengus kesal, dengan mulut yang penuh dengan nasi goreng.
Nafsu makannya meningkat setiap kali merasa sendih, dan ia juga tak tahu alasannya kenapa bisa seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUDDEN SHOWER | Dia yang sempurna
Teen Fiction"Pertemuan kita memang klise, namun kisah kita terlalu indah untuk di tuliskan dalam sebuah cerita." - Gatra Damareno