Happy reading
Senandung kecil dan suara petikan gitar mengajak Alila untuk mendekat pada sebuah kamar yang tak jauh dari kamarnya.Awalnya gadis itu berniat untuk tidur, tetapi karena ia sempat tertidur saat sore tadi, Alila tak bisa tidur lebih awal lagi.
Tok ...
Tok ...
Tok ...
"Abang? Ini gue, Alila." Panggil Alila, dengan sedikit mengencangkan suaranya.
Beberapa menit kemudian, terdengar sahutan dari dalam sana, "Masuk aja dek! Pintunya gak di kunci!"
Alila membuka pintu itu dengan pelan, lalu melangkahkan kakinya menuju balkon kamar sang kakak.
Disana, seorang pemuda tampak duduk di sebuah sofa kecil, dengan gitar di tangannya.
Pemuda itu dengan cepat mematikan rokoknya, lalu mengipas-ngipas asap rokok yang tersisa dengan tangannya.
"Nyebat lagi bang? Gak takut di marahin Mama?"
"Itu kalau lo cepu. Kalau lo diem ya, aman." Jawab Alkana.
"Mama kayak gitu buat lo juga, dia gak mau lo mati muda karena keseringan ngerokok." ketus Alila.
"Hush, mulutnya!"
Alila mencebikkan bibirnya, lalu menatap langit yang terlihat jelas dari balkon kamar kakaknya.
"Tumben lo ke sini, lagi ada masalah?" seperti sudah hafal dengan sikap adiknya, Alkan menatap gadis itu dengan tatapan heran. Setiap kali sedang ada masalah, atau memikirkan sesuatu, gadis itu akan pergi ke kamarnya untuk sekedar menatap langit dari sana.
Memangnya di kamar Alila tidak ada langit?
Alila biasanya malas untuk bercerita pada kakaknya, tapi kali ini entah kenapa ia tak bisa menahannya sendiri.
"Bang, kan gue punya temen," Alila menjeda ucapannya, "Terus temen gue punya temen, ngerti gak?"
Alkan mengangguk, "Lanjut."
"Dia suka cewe, dari dia awal masuk sekolah. Terus waktu itu, dia sempet nganterin si cewe pulang. Nah, pas udah naik kelas, mereka jadi asing karena si cewe ngejaga jarak dari dia," Alila menjeda ucapannya lagi, untuk menarik nafasnya, "Menurut Abang, dia harus maju atau mundur?"
"Emang cewe yang di taksir udah ada yang punya?"
"Setau dia sih, belum ya bang."
Alkan menjentikkan jarinya ke udara, "Kata gue teh maju!"
"Kenapa maju?"
"Siapa tau, si cewe juga suka kan sama dia?"
Alila terdiam, memikirkan ucapan kakaknya.
Beberapa saat kemudian, Alkan menyunggingkan senyum tipis, "Ini cerita temen dari temen lo, atau lo dek?" tanya Alkan, membuat Alila salah tingkah.
"Y-ya cerita temen dari temen gue bang, ya kali cerita gue."
Alkan melipat kedua tangannya di depan dada, kemudian menatap adiknya dari ujung kaki, sampai ujung kepala, "Jujur aja sama gue, lo suka sama siapa?" tatapan penuh selidik dari Alkan, membuat Alila menggaruk kepalanya.
"Cara lo basi dek, kebanyakan nonton drakor sih!"
Alila tersenyum kecut, karena kakaknya itu sangat tepat sasaran.
"Gimana nih kak?" lirih Alila, dengan tangan yang menggoyang-goyangkan lengan kakaknya.
"Dek, lihat gue!" Alkan menangkup wajah adiknya, "Lihat keadaan gue, ngenes kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUDDEN SHOWER | Dia yang sempurna
Teen Fiction"Pertemuan kita memang klise, namun kisah kita terlalu indah untuk di tuliskan dalam sebuah cerita." - Gatra Damareno