Haiii!! Nggak ada banyak kata-kata buat bab ini selain SEMANGAT!
Happy reading and happy Enjoy!
****
Suasana rumah begitu sepi karena hanya ada Elegi. Tama, cowok itu sejak tadi berada dikamar dan tidak keluar sama sekali, entah yYatSDSdfts Millo yang merusuh, kucing putih itu selalu mengikuti gerak kaki Elegi dan sesekali menggigit kaki majikannya. Bukannya merasa sakit Elegi malah terkekeh geli.
" Mil awas keinjek, lo mau jadi kucing penyet? " Ucapnya sembari memasukan bahan bahan yang sudah ia siapkan kedalam panci lantas ia menutupnyya.ss%
Elegi mendudukan dirinya dikursi lalu membopong Millo dan meletakannya di pagkuannya. Tangannya mengelus bulu halus Milo sehingga kucing itu menggulingkan tubuhnya dan menunjukan perutnya.
" Mil, kira kira si Atama cimit itu lagi ngapain ya? " Tanya Elegi kepada Millo, yang tentu tidak akan di jawab, kucing itu menggesek gesekkan kepalanya di tangan sang majikan dan sesekali menjilat punggung tangannya. Elegi mengelus kepala Milo dengan gemas dan memeluknya dengan erat serta antusias untuk menyalurkan rasa sayangnya kepada hewan peliharaannya ini.
" Turun ah Mil, mau ngebersihin daun kelor dulu gue. " Ujarnya meletakan Millo di lantai dan ia beranjak berdiri, Elegi mencuci tangannya hingga bersih dan mengambil daun kelor yang sudah ia siapkan untuk di bersihkan. Ia menunggu daging yang ia rebus lunak, setelah itu, Elegi mematikan kompornya dan memasukkan daun kelor kedalam panci, barulah ia menutupnya agar daun kelor tersebut matang.
" Gue mau ke atas, jangan kemana mana. " Ucap Elegi kepada kucing putihnya yang sedang makan. Elegi berbalik badan, ia terkejut bukan main tatkala melihat Tama yang bertengger di meja makan tengah menatapnya datar dengan kedua tangan didalam saku celana. Mereka saling pandang beberapa saat, tatapan Elegi juga datar, selanjutnya, cowok itu pergi meninggalkan dapur.
Tama menghela napas, tatapannya menerawang jauh. Tama melirik permen milik Elegi yang tergeletak di meja makan, Tama heran karena baru sadar jika tidak ada permen yang bersemayam di mulut abangnya itu.
" Dasar bocah! " Gumam Tama mengambil satu biji permen milik Elegi dan memakannya. Jika sang empunya permen tahu, dia pasti ngereog karena permennya di ambil.
Ngeonggg~
Millo naik ke atas kursi dan mengeong ke arah Tama, kucing itu menggulingkan tubuhnya sekaan mengajak untuk bermain.
****
Di kamar, Elegi mencari hoodie biru dongker kesayangannya yang masih berada di dalam tas. Udara di sore ini cukup dingin, ketika ia mengambil jaket tersebut senyum tipis terukir di bibirnya tatkala ia mengingat sosok Zoraya. Gadis itu sangat manis. Elegi langsung memakai jaketnya, ia juga mengambil obat miliknya yang masih berada di dalam tas, rasanya elegi muak hidup bergantung dengan obat-obatan.
Tadi siang, om Aldi mengatakan minggu depan ia harus menjalani beberapa pemeriksaan. Memangnya ada apa dengan dirinya? Ah entahlah, Elegi sedang tidak ingin memikirkan itu ia segera menyambar tumbler yang selalu ia letakan di atas nakasnya, Elegi meminum obatnya.
Tinggg
Perhatian Elegi teralihkan saat ponselnya bergetar.
PERKUMPULAN BEBAN BUMI. 17 : 45
0878 xxxx xxxx
Baru saja 18: 27
YOU ARE READING
ELEGI |•| Bintang yang kehilangan cahayanya.
General Fiction" tertawa hanya untuk sekedar menutup luka yang selalu menganga. "