4. The Nightmare

2K 142 15
                                    

Napas hangat menerpa wajah ayu, sayup-sayup sesuatu terasa meraba sekujur tubuh. Gadis itu berusaha mendorong siapapun di atasnya, yang bergerak gesit menciptakan gesekan panas di area selatan.

Renjun tidak dapat melihat jelas, dia hanya mendengarkan dirinya berteriak, memohon agar dilepaskan, meminta penyatuan organ di selangkangan tidak dilanjutkan. Rasanya seperti terbakar, keluar masuk menggesek mulut kemaluan, sangat cepat tak terkendali seolah ia bukan manusia yang dapat merasakan keperihan, terutama dia masih perawan, belum pernah ada benda asing apapun mengobok-ngobok saluran. Wajah itu tidak memiliki cahaya, gelap gulita tapi memancarkan aura panas yang sekarang melingkupi seluruh tubuhnya, termasuk tulang rusuk seorang bergerak naik turun mengikuti caranya mengambil udara agar tetap bernapas.

"Tolong kami!"

"Nghh!" gadis surai pirang meremat seprai yang menjadi alas tubuh telanjang, masih dibuai, masih diperlakukan selayaknya hewan betina birahi bila ditangkap dari bunyi penyatuan di bawah sana. Renjun tidak bisa berbuat apa-apa, lemah, lutut gemetaran, pandangan nanar, sakit-sakitan sekujur badan.

"Tolong kami!'

Dua kali teriakan nan jauh di sana melintas di kuping kanan maupun kiri tetapi Renjun tetap bergeming, menahan desahan dia sendiri sembari meminta maaf karena tidak berhasil melawan kekuatan tak kasat mata di atasnya sekarang.

"Renjun. Bangun!"

Sekejap mimpi buruk malam pertama tinggal di Arthalena terputus usai sebuah suara lantang mengejutkan Renjun hingga terloncat dari posisi baring. Bulir peluh bercucuran di parasan muka, kepala mendadak linglung akibat dipaksa kembali ke alam sadar. Renjun tampak memegangi wajah, memeriksa fitur hidung, pipi, mata, serta bibir yang terbuka lantaran tersengal bak dikejar hantu, menghela napas lega kala mereka masih utuh.

Hanya satu yang membuat Renjun keheranan setelah bangun. Celana piyama yang ia kenakan semalam mencetak sebuah jejak lendir tepat di kain yang bersentuhan dengan kemaluan. Dia mengerutkan kening karena merasa ada becek-becek di selangkangan lalu mengulurkan tangan melewati karet celana agar dapat mengetahui lebih lanjut.

"Ssh.." desisnya terkesiap walau pelan saat dua jemarinya tak sengaja berkontakan dengan kelentit, tegang mencuat mencari perhatian disertai denyutan kecil padahal Renjun sebelumnya tidak ada menstimulasi. Telunjuk turun ke bawah, menemukan liang kewanitaan lengket akan lendir bening. Kening itu tambah mengerut lebih dalam, tidak punya petunjuk apa-apa selain ingatan mimpi buruknya saat masih terlelap.

Dimana ada seseorang bertubuh besar sedang memerangkapnya, memaksakan organ tebal nan panas melesak ke liang senggama yang belum pernah terjamah, mengubrak-abrik dinding vagina seolah ia hanya sebuah senter pemuas nafsu yang dijual di pasaran.

"Nggak lucu sumpah." gumam Renjun menghela napas pendek kemudian mencari keberadaan jam untuk melihat waktu. Pukul 7.32, mungkin sudah waktunya dia turun ke bawah buat sarapan, kemudian mengobrol dengan Jeno, lalu meminta izin segera balik ke kota apabila urusannya sudah selesai.

"Tolong kami."

Renjun menoleh ke sana kemari. Tidak menemukan siapapun atau sumber bisikan yang sangat jelas ia dengar antara kesendiriannya dalam kamar. Gadis itu mulai paranoid, tetapi mencoba tetap tenang dan mengabaikan gurauan tadi. Mungkin hanya sesuatu dari mimpi yang terlintas di benak. Otak manusia punya seribu satu cara menayangkan ulang potongan-potongan mimpi yang sudah terekam jelas agar dapat menjadi bahan lamunan.

Menikmati guyuran air dingin menusuk pori-pori kulit agar mudah menyerap sabun beraroma mawar, Renjun melupakan mimpi yang sama sekali tidak ada keinginan hilang dari pemikirannya. Teriakan melengking bak suara wanita, memohon-mohon ditolong, terngiang-ngiang berulang-ulang bagai kaset rusak.

COME AND SACRIFICE 🔞[21+] [NOREN]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang