7. Fear Unlocked

1.3K 121 8
                                    

Hari-hari Renjun berlangsung lumayan cepat di tempat penginapan. Jeno hanya sehari berangkat perjalanan keluar setelah itu besoknya dia sudah muncul mencari Renjun ke kamar. Gadis cantik itu hanya di dalam rumah saja, tidak kemana-mana. Paling juga menemani John selayaknya pengasuh, membiarkan anak itu tertidur nyenyak di pangkuan sementara dia sudah habis membaca banyak buku pelajaran sampai perut meronta kelaparan.

Tiap ada kesempatan, sehabis Jeno pulang, Renjun selalu kedapatan mendesah di bawah lelaki itu. Namun hubungan intim mereka sebatas Jeno memakannya, diakhiri dengan si gadis mengulum penisnya. Setiap Renjun meminta lebih, Jeno selalu mengalihkan ke bentuk ciuman atau posisi menyantap yang erotis.

Yang mana si Pirang bertanya-tanya kenapa Jeno belum ada kemauan untuk masuk meski tahu pria itu menginginkan hal yang sama.

Renjun juga dibelikan pakaian, mulai formal, semi formal, kasual, bahkan seksi sekalipun. Dia perlahan-lahan mendalami peran sebagai perempuan yang disukai Ayah John bersumber dari remaja itu. Diguyur perhatian, belaian, apapun yang dia minta selalu dikabulkan. Kecuali satu, gawang sempitnya nggak ada dibobol dari kemarin-kemarin.

Sebentar dulu. Kenapa dia jadi putus asa cuman karena hal kecil? Memangnya dia sudah siap menyerahkan semuanya, terutama kepada orang yang baru dia kenal beberapa hari? Selama mereka merusak sprei di kasur Renjun, ia cuman dapat menikmati lidah berputar-putar di sekujur permukaan organ, bibir mengecap, geligi bermain di kelentit merah, serta mulut lebar melahap keseluruhan. Menciptakan sensasi geli yang membuatnya merinding lalu membasahi muka sang pria. Terkadang Jeno suka mengorek-ngorek lubang kemih menggunakan parasan jari dengan tempo berbagai macam sampai Renjun memekik keenakan saat memancur deras.

Sehabis itu?

Ya sudah. Sampai situ aja. Renjun terkadang bingung sebenarnya dia mau dijadikan apa selain jadi pengasuh. Teman? Teman tapi mesum? Teman ngobrol? Teman nonton film? Teman makan? Apaaaa?! Renjun ingin sekali bertanya bilamana mereka sedang berbincang, tapi tatapan kelam yang dipancarkan pria lebih tua itu selalu membuatnya lupa dan dimabuk kepayang. Berakhir dengan jarak halal mereka mengikis, dan ia terduduk di pangkuan kokoh terbalut celana kain hitam, saling memagut bibir bak tiada hari esok.

Seminggu kemudian, Renjun merasa waktu berputar sangat cepat hingga ia tak sadar sudah mendekam di rumah besar ini lebih dari tujuh hari. Gadis tersebut menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi, memastikan tidak ada perubahan mencolok di sana kecuali pipi yang semakin tembem akibat disuguhi makanan enak setiap kali.

Renjun membasuh muka, berniat setelah mandi dan sarapan akan mengunjungi perpustakaan lantai 3 untuk menenggelamkan diri pada satu per satu buku di sana. John pernah membawa dan memperlihatkan ruangan tak kalah megah dari kamar John, mengatakan kalau gadis itu akan senang bila menemukan tempat favoritnya. Yang mana Renjun mengerutkan kening bingung sebab tidak pernah membicarakan hal kesukaan di depan anak itu.

Bukankah John kerjaannya tidur saat Renjun fokus membaca?

Kala ia masih memejamkan mata lantaran air mengalir membasahi wajah, Renjun mengusap pelan untuk menurunkan jejak aliran lalu pelan-pelan membuka kelopak sambil menghadap ke cermin, siluet mata merah menyala-nyala seakan menatapnya balik menyebabkan kepala Renjun menengok ke belakang secepat kilat di cakrawala.

Nihil. Nihil lagi dan lagi!

"John?" panggil Renjun melirik sekeliling kamar mandi, tidak menemukan sosok maupun figur siapapun berada satu tempat dengannya. Wanita cantik tersebut menghela napas keki, menyelesaikan acara mandi kemudian turun ke bawah untuk memulai sarapan pagi. Membuang rasa gelisah yang menghantui.

Tiba di ruang makan, dia tidak melihat batang hidung siapapun kecuali Koki Ruran. Sambil duduk, ia pun bertanya, "Tuan Jeno dan Tuan Muda John dimana, Bu?"

COME AND SACRIFICE 🔞[21+] [NOREN]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang