9. For Being His 🔞

2.6K 116 14
                                    

gaes aku apdet sampe ending.


.

.

.

***

Hari-hari berlalu sesudah kejadian tidak mengenakkan. Renjun sudah dapat bangun seperti biasa usai dua hari memendam di kasur saja. Koki Ruran selalu datang membawakan makanan. Mengajak ia bercerita hal-hal ringan, saling mengenal satu sama lain, sampai membawakan beberapa buku-buku asal perpustakaan.

Dua hari pemulihan Renjun tidak mendapat gangguan. Dia sangat bersyukur tidak perlu bertemu tatap muka dengan dua-duanya atau salah satu dari mereka. Cukup mendekam di kamar, tenggelam dalam buku bacaan sembari menikmati udara segar di balkon luar, Renjun mulai tenang sedikit demi sedikit.

Pada suatu hari, Renjun menemukan sesuatu yang tidak pernah dibayangkan akan terjadi depan mata telanjang.

Kala itu dia mau makan siang, ceritanya. Sehabis berkelana dari perpustakaan, yang hebatnya dia langsung menemukan lift setelah keluar pintu, jam menunjukkan pukul 1 siang, berarti masih ada 1 jam untuk mengisi perut sebelum jam camilan sore tiba.

Di ruang makan tidak nampak batang hidung terutama sajian di atas meja panjang. Karena merasa sendirian, Renjun enggan berteriak memanggil Koki Ruran, kurang sopan juga menurutnya, jadi gadis itu melangkah ke dapur tempat Koki Ruran biasa bekerja, namun terhenti mendadak begitu mendengar sayup-sayup lirihan dan bunyi plak, plak, plak.

"T-Tuan.. Tuan sebentar.."

"It's been a long time, Ruran." Renjun terbelalak mendengar suara berat Jeno mengalun di antara bunyi tamparan, ia mencoba mengintip, tambah berdebar kencang kala melihat wanita yang selama ini merawatnya ketika sakit, membungkuk di atas meja dapur dengan satu kaki naik ke permukaan, dan Jeno memegangi pinggang berlekuk itu sambil memaju-mundurkan pinggul maupun organ intimnya.

What the- Koki Ruran kena juga?

Renjun mematung menontoni bagaimana penis Jeno keluar masuk dalam tubuh Koki Ruran. Bagaimana batang yang pernah ia hisap di mulut, belepotan lendir kewanitaan setiap kali ia menggenjot dengan tempo tidak terlalu cepat, namun tepat bila diperhatikan dari gurat-gurat keenakan tersampir di wajah ayu Koki Ruran.

"Tuan.. ahh.. Tuan nanti ada yang lihat."

"Bukankah mereka semua tahu kalau liangmu adalah favoritku, Ru-ya?" Jeno sempat terkekeh, menampar pipi pantat yang bergoyang tanpa menghentikan gerakan seorang. Sang koki berusaha menahan jeritan, terutama saat puncak gendut tersebut berhasil menyundul mulut rahimnya. "ohhh aku nggak akan bisa menikmati ini bersama Renjun, Sayang."

"Tuan.. nghh Tuan.. Ruran dekat.."

Renjun yang mendengar namanya disebut-sebut makin penasaran pada kalimat Jeno selanjutnya. Koki Ruran terhentak-hentak ke depan sementara Jeno mempercepat tusukan diiringi geraman nikmat. "Aaah, sempit sekali, Sayang. Aku yakin sebenarnya Renjun akan dua kali lebih sempit dari kamu, tapi aku harus membuatnya tetap perawan karena cairannya sangat spesial." racauan Jeno direkam setiap suku kata dalam otak cerdas Renjun. Perempuan itu tambah jijik mendengarnya dan memutuskan untuk segera membalikkan badan namun tak sengaja menabrak dada seseorang.

"Ngapain, Mom?"

Sialan.

Bukan ini yang Renjun harapkan.

COME AND SACRIFICE 🔞[21+] [NOREN]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang