11. "Aku menemukanmu, Sayang."

3.4K 187 47
                                    

Menurut penuturan Haechan, setelah sambungan telepon sesampai Renjun di Arthalena terputus, gadis manis itu tidak berpikiran apa-apa pada nasib selanjutnya. Dia dan tim lain menunggu kabar Renjun sampai besok, tetapi yang dinanti-nanti tidak pernah muncul ke kantor membawa hasil temuan. Berhari-hari, seminggu lewat, mereka ditemukan panik berjamaah.

Bahkan Minhyung sempat depresi karena dia yang menyuruh Renjun ke sana seorang diri, sementara Haechan tidak berhenti menyalahkan dirinya lantaran memaksa Renjun untuk tinggal ketika gadis cantik tersebut memohon agar segera dijemput sesaat 12 jam baru tiba di sana.

Mereka berangkat ke Arthalena, terkejut melihat perkembangan desa yang begitu mewah dengan penduduk nampak ria memamerkan harta benda dalam bentuk penampilan. Bukankah Arthalena sebuah desa terpencil? Darimana mereka mendapat sumber kekayaan seperti ini? Masa hanya karena menjadi pusat rumah produksi tata busana? Kan tidak mungkin.

Pak Jaeman selaku kepala desa mengatakan berulang kali kalau dia tidak pernah bertemu dengan sosok Renjun ataupun wanita serupa kawan mereka. Beliau juga tak menunjukkan gerak-gerik kegelisahan kala ditodong pertanyaan mengenai kasus orang hilang dan jawabannya persis serupa dengan yang ia berikan ke Renjun sewaktu kunjungan pertama.

“Sudah saya katakan berulang-ulang kepada Bapak sekalian, kalaupun ada kasus seperti itu, pasti kepolisian desa kami sudah bergerak mencari mereka yang hilang.” sehabis itu mereka meninggalkan Arthalena tanpa membawa apapun.

Macamnya kejanggalan desa itu sudah ditutupi sedemikian rupa sehingga tidak menampakkan kesan mencurigakan. Lebih anehnya lagi, ketika tim kepolisian Renjun kembali ke sana hendak menyusuri wilayah keseluruhan, selalu dicegat oleh badai yang sangat besar dan menutup akses mereka untuk lewat.

Renjun tidak dapat dihubungi, seakan-akan hilang ditelan bumi.

Sebulan sejak hilangnya Renjun tanpa sebab, mereka mulai pasrah. Kasus wanita hilang di Arthalena mulai tidak dapat dipecahkan meski banyak permintaan keluarga yang ditinggalkan merongrong agar tetap dilanjutkan. Kasus ini merambat ke kota lain yang mengeluhkan kejadian serupa, tetapi belum ada jalan keluar.

Sebuah kebetulan saja Haechan mencoba menghubungi telepon Renjun malam itu, sekali, dua kali, tiga kali, hingga ia memohon dalam hati kepada Tuhan agar sambungan mereka aktif dan tiba-tiba saja berdering di upaya ke-dua belas kali.

Mendengar suara Renjun seperti orang menahan tangis, Haechan sigap menelepon rekan-rekan kerja mereka agar segera menembus perjalanan tujuh jam ke Arthalena. Badai yang awalnya menghalangi mereka berhari-hari mendadak selesai kala mereka memasuki perbatasan hutan belantara.

Tujuh jam berhasil dipangkas menjadi empat jam perjalanan saking mereka mengebut di jalan. Haechan menelpon Renjun sekitar jam setengah 8, dan tepat pukul setengah 12 malam mereka sampai di tempat tujuan sesudah menyeret paksa Pak Jaeman dari rumahnya agar menunjukkan kastil tempat Renjun disekap.

Hari ini merupakan sidang perdana Lee Jeno sebagai tersangka kasus penculikan dan penyiksaan, bahkan pembunuhan pun ikut ditambahkan dalam daftar catatan kriminalnya, mengingat dua orang dari enam belas korban (termasuk Renjun) telah tewas dalam kondisi mengenaskan. 

Renjun hadir sebagai korban merangkap saksi walau sedang menjalani cuti pemulihan mental dan rasa traumatis. Dia dapat melihat sosok tua Jeno tidak menampilkan raut apapun selama persidangan diselenggarakan sementara dia juga tidak mau berekspresi apapun.

“Saudara Lee Jeno, melakukan penculikan dan penyekapan lima belas orang wanita muda lalu melakukan serangkaian penyiksaan hingga ada dari mereka yang berakhir tewas selama kurang lebih satu tahun lamanya. Saudara Lee Jeno berhak dijatuhi hukuman mati atas apa yang sudah diperbuatnya, ada yang keberatan?” 

COME AND SACRIFICE 🔞[21+] [NOREN]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang