Kapal yang disebut oleh Gyuri rupanya tidak datang sendirian saja, melainkan satu armada penuh yang terdiri atas satu kapal besar diiringi delapan kapal kecil di sekelilingnya. Para prajurit, Seungcheol dan yang lainnya bersembunyi di balik pepohonan di batas terluar pulau.
Jika sebelumnya kapal yang datang kepulau ini akan diseret masuk ke dalam pulau lalu dieksekusi di sana maka sekarang berbeda. Aura dari kapal-kapal itu menyeramkan, yang terbesar bahkan mengeluarkan asap hitam pekat dari cerobongnya. Bukan bermaksud menilai dari tampilan tetapi perasaan bahwa armada di hadapan mereka ini adalah ancaman tidak dirasakan oleh satu orang saja.
Kapal-kapal kecil tiba lebih dulu disusul kapal terbesar yang mengambil banyak area pantai sebagai tempatnya bersandar. Langsung saja orang-orang dari setiap kapal keluar, beberapa bersiap dengan senjata yang langsung dilemparkan ke dalam pulau sedangkan yang lain mengerumuni kapal besar seolah tengah menyambut sesuatu.
Gyuri mengangkat tangan di udara, tengah memberi isyarat kepada pasukannya kapan mereka harus bergerak. Seluruh jarinya terkepal, menciptakan gerakan tanah yang lekas mengunci pergerakan prajurit musuh di tanah. Orang-orangnya keluar dari tempat persembunyian, mereka harus mempertahankan tempat ini saat musuh menyerang.
Pertempuran tak terelakan. Bunyi pedang beradu tombak terdengar bising. Menyadari pasukannya diserang, orang-orang yang berada di kapal terbesar segera turun membantu.
Soonyoung menghadang serangan yang nyaris mengenai Mingyu dengan tameng, ia kemudian memukul mundur lawan dengan mengayunkan tombak sampai pedang lawan terlempar jauh.
Seungcheol menciptakan perisai untuk melindungi dirinya dan Mingi. Tidak tahu atas dasar apa Mingi dan rekan lainnya turut serta dalam pertempuran ini, tetapi sudah terlanjur jadi harus ia hadapi.
Hentakan kaki Gyuri membuat tanah bergejolak keras, sebongkah tanah berukuran besar naik ke permukaan. Setelahnya ia lemparkan ke barisan musuh membuat mereka lumpuh dalam sekali serangan.
Si kapten dari kapal terbesar baru saja keluar dari ruangan, ia mengamati pertempuran dari atas. Saat melihat sinar dari kekuatan sihir yang berada di bawah ekspresinya langsung berubah marah. Lantas ia turun dari kapal, menarik pedang dan menumbangkan lawan.
Merasa ada kekuatan yang lebih kuat dari mereka Seungcheol bergerak mundur, orang yang baru turun dari kapal itu bergerak liar ke arahnya. Menghabisi lawan dalam satu kali tebasan.
Sadar kalau Seungcheol menjadi target, Chan melemparkan senjata ke orang yang tengah mengintimidasi Seungcheol dengan maksud mengalihkan perhatiannya. Berhasil. Namun kini Chan yang ketakutan karena orang itu menyeringai marah ke arahnya.
Seungkwan berdiri di depan Chan untuk melindunginya, api berkobar di pucuk kepala Seungkwan sebagai tanda agar orang itu tidak berbuat lebih. Tapi bukannya takut orang itu malah bergerak semakin cepat, ia murka dan mencekik leher Seungkwan sampai tubuhnya terangkat ke udara.
"Seungkwan hyung!" Seru Chan, ia melemparkan berbagai barang ke orang itu namun tak berefek apa-apa.
Topeng Seungkwan terlepas, tangannya mencoba melepaskan cengkraman orang ini di lehernya.
"Berani-beraninya kau menggunakan kekuatanku!"
Selepas itu tubuh Seungkwan dibanting ke pasir, ketika sebuah sabetan hendak dilayangkan Chan menggerakkan pedang lawan ke arah sebaliknya. Karena kekuatan lawan begitu kuat telekinesisnya tidak terlalu berpengaruh, tapi untungnya serangan itu tidak sampai mengenai Seungkwan.
Di sisi lain tim penjelajah yang mendengar ungkapan orang tadi terkejut. Seonghwa menggunakannya untuk membaca pikiran orang itu.
"T-tidak mungkin," ujar Seonghwa gemetar, tombaknya jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
End of The World [ATEEZ × SEVENTEEN]
FanfictionSPIN OFF + SEQUEL - EVEN IF THE WORLD END TOMORROW [SEVENTEEN] Jongho dan Yeosang tersedot masuk ke dalam portal yang membawa mereka jatuh di lautan negeri Cadassi, di bawah komando tirani Hongjoong keduanya terpaksa bercerita soal kekacauan yang te...