Setahun yang lalu.
Saat udara masih dingin di musim semi yang baru saja melanda kota kami. Hari itu, aku sedang menikmati sebantang rokok berasama teman-temanku untuk menghangatkan diri. Liqin yang selelu pakai topi koboi, dan Quan si pirang tampan. Kalian penah bertemu mereka di pertempuran kita sebulan yang lalu.
SMA Guanyin adalah sekolah khusus laki-laki itu terkenal menjadi sekolah yang ingin diminati oleh anak-anak yang ingin mengetes kekuatannya. Juga ingin memiliki jaringan yang luas terhadap lingkungan anak-anak yang memiliki minat pada hal yang berhubungan dengan gengster. Walau begitu, anak-anak sekiar yang tidak punya solusi lain karerena jarak tempuh SMA lain yang terlalu jauh juga harus merelakan diri untuk bersekolah di temat itu.
Tongkrongan Geng kami berada di bawah jembatan lintasan Rel (viaduk), tempat yang berupa terowongan kecil yang teduh dan aman dari petugas sekolah yang kadang berkeliling.
Siapa pun yang lewat harus membayar pajak. Kesukaan kami adalah anak-anak mama yang manja, yang menumpuk uang mereka untuk membelikan kami rokok, atau sesekali alkohol yang menyehatkan. Sedikit gertakan dapat membuat mereka mengerjakan PR kami, membereskan tugas bersih-bersih kami, bahkan memberikan beberapa koleksi majalah-majalah, video, atau mainan secara cuma-cuma.
Hingga segala hal yang merepotkan, dapat dengan mudah aku limpahkan.
Kami biasa menyembut mereka Gerombolan Cupu.
Mereka tidak pernah melawan. Patuh dan takut pada kekuasaan. Mereka benci dipukuli, benci rasa sakit, lebih memilih membayar, atau sesekali berangkat lebih pagi hanya untuk menghindari kami. Kami menikmatinya. Rasa takut mereka adalah energi bagiku, saat itu.
Geng Jinan terdiri atas sepuluh orang anak. Kami punya spot sendiri-sendiri, yang kami gunakan untuk mencari mangsa. Burung yang bangun pagi akan lebih mudah mendapat cacing. Aku dan dua temanku menggunakan pepatah itu dalam keseharian. Kami punya kebiasaan untuk selalu berangkat lebih pagi untuk memancing, perkara.
Spot yang aku jaga adalah spot paling strategis dibanding tempat lain, karena anak-anak yang berasal dari wilayah selatan, tidak punya jalan tikus lain yang bisa mereka lewati selain tempat ini. Bisa dibilang viaduk ini, adalah lumbung padi bagi kami.
Hari itu berjalan lancar seperti biasa. Beberapa anak telah datang dan menyetor upeti. Tidak ada perlawanan, tidak ada bantahan. Beberapa anak yang memang tidak punya uang, kami minta untuk push up 50 kali, atau berpura-pura menjadi anjing yang mengejar kupu-kupu sebagai hiburan pagi. Hari yang sungguh-sungguh menyenagkan.
Sebenarnya sekolah kami tidak seburuk yang dikabarkan. Peraturan dalam sekolah sangat ketat dan masih dijalankan dengan baik. Termasuk tidak boleh ada pembulian yang terjadi dalam area sekolah, kecuali anak-anak tertentu. Diantaranya Geng Suha, yang merupakan Geng penguasa Sekolah ini.
Bisa dibilang Geng Suha adalah geng yang paling berpengarauh di tempat kami. Tidak sembarang orang dapat bergabung di Geng itu. Hanya orang-orang yang terpilih, populer, terkenal, kaya dan berkuasa yang dapat masuk ke dalamnya.
Geng Suha, diberi nama atas ketua mereka. Su Hajian, seorang anak dari pimpinan Organisasi Triad Su di kota kami. Digadang-gadang akan menjadi penerus dari Organisasi Triad Su. Tidak ada yang berani menantangnya. Jangankan menantang, melihat wajahnya saja kami tidak berani. Dia adalah Raja Terakhir yang sesunggunya.
---------------------------------- masa kini------------------------------------
"Jadi, Raja Terakhir itu bukan ... Tian?" Lin mulai bertanya.
"Tentu saja bukan?!" Tian tersenyum ramah, lalu menyandarkan diri di sandaran kursi.
"Benarkah?" Shan masih meraba-raba, dan penasaran pada kebenaran yang sesungguhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR SKY (Gangster of High School)
ActionSeorang anak yang selalu dibully di SMA, secara bertahap menjadi Raja terakhir yang melegenda. Tian Yi. Memimpin dalam bayangan, tersembunyi. Hanya akan muncul di saat-saat yang berbahaya. Book 1 cup.chocochip