Bab 6. Hilang (sudut pandang Jinan)

3 0 0
                                    

Benar-benar hilang. Hari pertama aku biarkan, kedua mungkin dia mengjindar. Hari ketiga, ia juga tidak terlihat. Aku mengecek absensi, anehnya Tian hadir ke sekolah.

Saat aku mencoba mencari di kelasnya saat istirahat, dengan sedikit kekerasan pada anak-anak di kelasnya, akhirnya mereka mau membuka mulut mereka, bahwa Tian telah keluar dari kelas saat bel berbunyi tadi. Lagi-lagi kami gagal menemukannya.

Kami berkeliling mencari-cari, tapi ia tidak ditemukan dimanapun. Lokasi yang biasanya menjadi tempat berpapasan kami, aku telusuri, dan tidak ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Saat bel masuk berbunyi aku masih menunggu di depan kelasnya, benar saja, Tian datang dan masuk di kelas dengan mudahnya tanpa menghiraukan keberadaanku.

Aku hampir membawanya keluar, kalau saja tidak ada seorang guru menyertainya. Kami akhirnya memutuskan kembali ke dalam kelas kami masing-masing.

Aku berencana akan mencegatnya sepulang sekolah nanti, tapi apa yang aku dapat, dia lagi-lagi mampu meloloskan diri. Tian hilang lagi dari dalam kelas saat jam pulang sekolah.

Liqin dan Quan melihatku dengan pandangan heran.

"Kenapa kau begitu terobsesi pada anak ini, Jinan? Bukankah kau telah menang berkali-kali. Kenapa kau masih ingin mengejarnya?" tanya Quan, heran.

"Kau sudah tahu jawabannya, bukan. Aku tidak akan berhenti sebelum dia pergi dari tempat ini," jawabku, membawa amarah kebencian dalam dadaku.

Keesokan harinya, esoknya lagi, dan lagi. Sampai dua bulan lamanya, tidak ada tanda-tada dari Tian Yi sama sekali. Aku hampir lupa keberadaan anak itu.

Musim berganti. Cuaca yang terik panas berubah menjadi musim hujan yang tiada henti. Saat para siswa harus siap sedia payung dalam tasnya. Juga angin dingin yang banyak membuat beberapa anak sakit karena musim pancaroba.

Flu musim hujan telah merebak. Beberapa gerombolan cupu yang sudah jelas lemah dan penyakitan, tidak akan luput dari serangan flu. Menyebabkan banyak dari mereka tidak masuk sekolah satu persatu. Sampai suatu ketika, gerombolan anak-anak cupu semakin lama jumlahnya semakin sedikit, lalu tersisa dua orang saja. 

Kalian tidak salah dengar. Dua orang saja yang tersisa.

Jinan merasa ada yang aneh sekarang. Tidak mungkin mereka semua tidak masuk dalam waktu yang bersamaan hanya karena terserang flu. Bahkan lebih dari seminggu. Sampai terakhir, tidak tersisa sama sekali gerombolan cupu yang melintas di wilayah kami.

Bahkan kami telah memposisikan diri untuk datang lebih pagi, juga kembali lagi saat Geng Suha sudah selesai lewat. Namun tidak ada satu pun dari mereka yang menampakan batang hidungnya.

Ini benar-benar berpengaruh pada pemasukan kami.

Pada akhkirnya aku tidak bisa hanya tinggal diam. Ini harus diselidiki. Aku mengerahkan anggota Geng ku yang lain untuk menyelidiki keberadaan para Gerombolan Cupu yang tiba-tiba hilang.

Mereka menemukan sebuah kenytaan, bahwa Tian Yi lah yang menjadi dalang pelarian para Grombolan Cupu.

Tian Yi, mengarahkan para Grombolan Cupu untuk lewat pada jalan tembusan rahasia yang ia temukan di samping rel kereta, di pinggiran sungai. Selama dua bulan ini sungai surut, dan pinggirannya dapat digunakan sebagai jalan tembusan.

Selama dua bulan ini aku tertipu. Merasa menang pada sesuatu yang tidak terlihat lagi. Padahal sejatinya, musuh ini memilih jalan paling rapi, paling tersembunyi. Tidak menampakan diri bukan berarti mati. Tidak menunjukan keberadaan bukan berarti telah musnah. Ia mungkin Menyusun rencana untuk membalaskan dendamnya. Mungkin akan membuat gebrakan agar dapat terlepas selamanya. Aku marah sebesar-besarnya. Bagaimana mungkin aku bisa luput. Anak kurang ajar ini, tidak dapat aku ampuni.

MIRROR SKY (Gangster of High School)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang