Bab 3 : Buku Aneh?

54 39 0
                                    

~•°°•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•°°•~

Buku ditangannya begitu lusuh, sampul berwarna gelap itu sedikit mengelupas dibeberapa bagian. Ia menepuknya pelan, membersihkan debu-debu yang masih menempel. Perlahan ia membuka buku itu. Lembar pertama berisi kata pengantar, lalu lembar berikutnya berisi daftar isi.

Aneh, daftar isi itu kosong. Tak ada tulisan yang bisa ia baca. Namun, dilembar selanjutnya, dahinya mengernyit saat mendapati tulisan dengan aksara yang tak ia mengerti. Apakah ia salah mengambil buku?

Ia membolak-balik balik buku berwarna cokelat itu, lalu membuka dengan tergesa-gesa.

"Tunggu, buku apa ini? mengapa semuanya berisi tulisan aksara yang tak aku fahami. Apakah disini tabib juga harus mempelajari aksara-aksara semacam ini? gila! bisa bisa aku mati muda kalau begini caranya!"

Netranya masih sibuk mengamati isi dari buku itu. Tubuhnya menunduk. Tak lama, ia menyenderkan tubuhnya pada batang pohon dibelakangnya.

Angin berhembus pelan, terasa dingin saat melewati dedaunan lalu menerpa wajah. Rambut coklat miliknya mengibas, helaiannya menutupi bagian wajah seputih susu miliknya. Jika dilihat dengan seksama. Paras gadis itu terlihat teduh, wajahnya berseri, tak ada raut lesu yang menghiasi.

Tubuhnya terlonjak saat mendengar suara ranting terinjak, ia menoleh, mendapati atensi lelaki bertubuh tegap yang berjalan memasuki taman, taman yang saat ini menjadi tempat Sereia berdiam diri.

"Bukankah, itu Raja?" Netranya meliar, ia gugup saat lelaki itu berada tiga langkah darinya. Walaupun sedikit kesal karena perkataannya tempo lalu, tetap saja ia segan.

"Pergilah. Aku akan menggunakan tempat ini."

Sial. Tangannya bahkan sudah gemetaran, ia menutup buku yang sebelumnya ia buka, lalu memeluknya, membungkuk bersiap untuk pergi.

Sebelum...

"Tunggu."

Tubuhnya yang masih membungkuk, terhenti. Ia menipiskan bibirnya, sedikit ragu untuk bertanya, suaranya terasa tercekat di tenggorokan.

"A-ada apa Raja menghentikan langkah hamba." Suaranya sangat pelan, terdengar seperti mencicit.

"Buku ditanganmu, berikan padaku."

Titahnya tak terbantahkan, ia saja yang biasanya berani untuk menjawab atau bahkan menolak sang kakak, kini, diam tak berkutik. Ia menegakkan tubuhnya, lalu menyerahkan buku itu ragu-ragu.

Lelaki dengan pakaian khas kerajaan berwarna hitam dan merah dibeberapa bagian, mendudukkan dirinya di kursi yang melingkari pohon Raflesia.

Senerety - In The Scenery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang