19.Dendam Athayya

3.7K 310 4
                                    

안녕하세요 친구!
Happy Reading!

⑅⁠꒰⁠✧⁠◝⁠•⁠ᴗ⁠•◜⁠✧꒱⑅⁠

Matahari telah tenggelam berganti dengan sang Bulan yang menerangi kegelapan malam ini. Tetapi Caca masih betah bergelung dibawah selimut tebalnya, dengan perut yang belum diisi sedari siang, melupakan adanya kehidupan yang bersemayam didalam kandungannya.

Caca mengerjabkan matanya pelan, ia terkejut saat mendapati dirinya berada di kamar yang asing baginya. Kamar yang didominasi dengan warna hitam, abu-abu dan juga putih, yang membuat kamar terlihat monoton.

Kamar Maveen, Caca baru mengingatnya. Caca merubah posisinya menjadi setengah duduk, bersandar pada head board ranjang. Menelisik kamar milik Maveen, yang menurutnya sangat membosankan. Dan seingatnya tadi ia tidur disofa, apakah Maveen yang memindahkannya ke ranjang?

Caca ingin menangis saja rasanya, baru beberapa jam saja ia sudah sangat rindu dengan Tania. Caca melihat jam dinding yang menunjukan pukul 23.15, ternyata sudah cukup lama ia terlelap.

"Kamu laper ya, dek? Mama juga laper." Caca mengelus perutnya pelan. Dirinya bergerak turun dari ranjang, menginjakkan kakinya dilantai dengan pelan. Berjalan pelan dan mengendap-endap menuju pintu, jari-jari lentiknya akan memegang gagang pintu namun pintu terlebih dulu terbuka.

Ceklek

Caca yang terkejut reflek memundurkan langkahnya beberapa langkah.

"Ngapain?" tanya Maveen saat melihat Caca didepannya.

"Laper," cicit Caca pelan. Sejujurnya ia masih sangat takut, jika berhadapan dengan Maveen

"Ya sudah ayo." Maveen berjalan terlebih dahulu, lalu diikuti Caca dibelakangnya.

Maveen hanya memperhatikan Caca yang sedang makan dengan pelan. Dirinya duduk di kursi pantry, sedangkan Caca makan sendirian di meja makan.

Tangan Caca sesekali mengusap perutnya dengan sedikit kencang, saat kembali merasakan nyeri diperutnya. Salahkan Jonathan, karna Jonathan dirinya tidak jadi memeriksakan kandungannya.

"Tidak usah, besok biar dicuci sama Bibi." ucap Maveen saat melihat Caca yang ingin mencuci piring di wastafel.

Maveen dan Caca kembali ke kamar milik Maveen, Maveen yang sudah sedikit mengantuk pun langsung merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Tidur, Haneesha." ucap Maveen saat Caca yang masih berdiam diri disamping ranjang. Menutup matanya saat rasa kantuk kian menyerangnya.

"Kamu tidur disini?" tanya Caca yang membuat Maveen membuka matanya.

"Kenapa, kamu tidak nyaman? Kalau begitu saya bisa tidur di sofa." Maveen segera bangkit dan berjalan menuju sofa. Tak lupa mengambil satu bantal, untuk dipakainya.

Caca menggigit bibirnya kuat, ia merasa tidak enak. Padahal ini kamar milik Maveen, tapi kenapa malah Maveen yang tidur di sofa.

Memang sofa di kamar Maveen ini berukuran lumayan besar, tapi tetap saja tidak nyaman jika digunakan untuk tidur.

"Kak, kamu tidur disini juga nggak papa. Aku nggak keberatan."

Caca dan Maveen akhirnya tidur di ranjang yang sama, dibawah selimut yang sama pula. Saling memunggungi dan larut dalam pikiran masing-masing.

Hamil dan Menikah.

Mungkin, menurut sebagian orang dua kata diatas adalah hal yang sangat membahagiakan. Tapi bagaimana jika, hal tersebut ada tanpa adanya sebuah ikatan pernikahan? Dan jika pernikahan yang terjadi hanyalah sebuah keterpaksaan dan hanya berdasar tanggung jawab belaka?

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang