Hi Selamat Datang!
Bahagia sekali kalian mampir kesini dan membaca cerita ini🫵🏻🤍
Terimakasih jangan lupa vote dan komentarnya!🔥✨***
Sebulan sudah pertemuan Manggala dengan wanita pemilik toko bunga, memang sebulan terakhir ini ia sangat sibuk dengan pekerjaan-nya. Banyak yang harus dibereskan, tidak ada kesempatan membeli bunga. Apakah voucher diskon bunga itu masih berlaku, rugi kan kalau Manggala tidak memakai voucher itu.
Ia sedang melihat-lihat kondisi hotel, terpikir sebuah ide.
"Hera," panggil Manggala kepada salah satu Housekeeping yang bertugas dalam menjaga kebersihan, kenyamanan dan keindahan (Public Area Section).
"Iya pak?"
"Bunga-bunga ini semua artificial flower?"
"Tidak pak, ada beberapa bunga hidup juga,"
"Mau di ganti lagi?"
"Iya pak, kebetulan sudah sebulan juga. Setiap bulan kami mengganti bunga yang sudah tidak dapat di pakai untuk artificial flower biasanya enam bulan sekali," Jelas Hera, memang pergantian tanaman disini sangat rutin.
"Kalian kerjasama dengan toko bunga dimana?" tanya Manggala, padahal biasanya juga ia tak peduli.
Hera menjawab, "Fleurs Fantasia pak, tidak jauh dari sini toko-nya. Ini juga rekomendasi Ibu Sophia."
Toko milik Sabita, itu tujuannya.
"Kalau begitu saya saja yang menghubungi, kamu bisa tolong kirim kontak-nya ke saya," Hera hanya menganggukkan, masih bingung dengan kelakuan atasan-nya, "Hera." Panggilnya lagi.
"Iya pak, saya lakukan segera."
"Siapa yang mengantar bunga-bunga itu?"
"Nama-nya mbak Sabita, sering kesini juga pak."
Kenapa Manggala tidak pernah tahu makhluk bernama Sabita itu sering kesini, bagaimana bisa kalau ia saja jarang untuk berkeliling selalu di ruangan. Ini saja membuat Hera terheran dengan kelakuan Manggala.
Lelaki itu secepat mungkin segera menghubungi Sabita, apa ini kenapa ia berusaha sekali bertemu dengan Mbak Sabita. Takut voucher-nya tidak berlaku lagi.
"Hallo, selamat siang."
"Selamat siang, Fleurs Fantasia disini."
Apakah itu Sabita? Tapi suaranya beda, padahal mereka baru bertemu dua kali.
"Mbak Sabita-nya ada?"
"Sebentar ya mas, saya panggil mbak Sabita dulu."
Tebakan Manggala benarkan itu bukan Sabita dan ini bukan kontak Sabita.
"Iya, dengan saya sendiri Sabita."
"Mbak Sabita, saya Lesmana dari Harmoni Hotel kata Hera pesan bunga-nya sama mbak?"
Diam, tidak ada jawaban.
"Halo, mbak?"
"M—as Lesmana, iya mas memang kami bekerja sama dengan Haromoni hotel." Gugup, Sabita gugup tiba-tiba saja Lesmana menelpon-nya.
"Bunga-nya bisa di antar kapan? Perlu saya kirim list-nya?"
"Nggak usah mas, kami sudah hafal pesanan-nya. Hari ini bisa, besok bisa, pokoknya mas mau hari apa juga boleh."
"Hari ini saja."
"Siap mas, langsung di antar sekarang juga."
Sambungan terputus, bukan Manggala yang mematikan tapi sebrang sana yang mematikan. Dan Manggala sedari tadi berpikir alasan ia melakukan semua ini karena voucher, tapi kenapa tidak sama sekali membahas itu.
Jika saja Mangata tahu ia mengurus semua ini karena ingin mendapatkan voucher akan di cecar habis-habisan. Pasti seperti ini katanya 'kamu seperti orang tidak mampu'
Hari ini memang Manggala tidak punya kerjaan apapun, sudah selesai sejak tadi. Kalau ditanya mengapa tidak pergi kencan dengan kekasihnya, maka akan di jawab dengan keras bahwa ia sama sekali tidak punya kekasih.
Tampan? Tentu saja. Semua anak, baik laki-laki maupun perempuan yang menyandang nama Tjahjo memiliki paras yang sempurna. Apalagi dari semua Tjahjo hanya ia dan Mangata yang mempunyai darah campuran karena ibunya berasal dari Belanda, selain itu semua asli Pribumi.
Kaya? Mungkin ia tak sekaya Mangata tapi untuk kebutuhan sehari-hari masih bisa di sanggupi lah.
Manggala itu cuek, nggak mau ribet dan membosankan. Hidupnya lurus-lurus saja, teman pun tak ada. Hanya sepupu-sepupunya lah yang berteman dengan dia.
"Brother Gala!" ini salah satunya, Hasta Raka Tjahjo. "Widih makin cakep aja." Lelaki dengan kaos polos dan jeans yang robek-robek style anak muda jaman sekarang.
"Butuh apa?" Manggala sudah tahu otak Hasta —sepupunya, bungsu Tjahjo.
Hasta senyum-senyum tidak jelas, menurutnya kepekaan Manggala diatas rata-rata. "Minta duit dong bro Gal, bapak potong uang jajan gue. Lihat aja gue di suruh pakai motor butut, rem pun nggak bisa."
Walaupun terpaut usia delapan tahun dengan Manggala, Hasta ini sama sekali tidak memiliki sopan santun dengan Manggala. Selalu memanggil 'bro Gal' padahal seharusnya dipanggil 'mas'.
Manggala mengutak-atik ponsel lalu berkata, "Segitu cukup?"
Lelaki itu melebarkan kedua tangannya dan memeluk Manggala, 'mas'-nya paling baik hati dan tidak sombong.
"Bro Gal, thank you so much! Gue mau pindah kartu keluarga aja deh," ujarnya dramatis.
Lelaki yang di peluk hanya diam, selain kurang ajar Hasta ini juga dramatis, "Sudah, jangan lebay. Lagian lo juga nggak nurut-nurut sama orang tua," tegur Manggala melepaskan pelukan, risih dilihat orang-orang.
"By the way, lo tumben banget di sini." Heran Hasta, bagaimana tak heran melihat seorang Manggala sedang bersantai di lobby hotel padahal yang Hasta tahu lelaki itu sangat betah di ruangannya.
Hasta saja heran, apalagi dengan Manggala.
"Lagi nunggu teman, udah-kan pergi sana kamu," usir Manggala.
"Ada teman juga lo bro? Kirain gue nggak ada," tutur Hasta yang spontan, jangan salahkan Hasta karena itu fakta.
Manggala tidak merespon, ia melihat karyawan di bagian housekeeping membawa beberapa bunga, itu yang di tunggu-tunggu pun tiba.
Sabita tidak jauh disana sedang berbincang dengan Hera, apakah wanita itu tidak melihat dirinya?
"Hera, bunga ini tolong diganti juga udah layu." Manggala sedikit berteriak, agar dua orang yang sedang berbincang itu melihat-nya. Tidak bukan dua orang melainkan Sabita seorang.
Hasta meneliti bunga yang berada diatas meja, masih segar. "Bro Gal, Lo pakai kacamata kan? Layu dari sebelah mana."
Hasta sialan.
***
Awal-awal rajin up hehe semoga rajin terus ya
Zoyaappp
14 Juli 2024

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekilas Tentang Kita
RomantikSabita berharap kisah cinta-nya akan seperti di film-film yang dimana dari benci jadi cinta, bakal seru pasti. Tapi ia malah jatuh cinta pandangan pertama yang dimana pemikirannya tentang itu hanya sebuah ilusi berdasarkan nafsu semata. Dan malah j...