Bagian 8

9 0 0
                                        

Hi Selamat Datang!
Bahagia sekali kalian mampir kesini dan membaca cerita ini🫵🏻🤍
Terimakasih jangan lupa vote dan komentarnya!🔥✨



Sembari menunggu Sabita yang sedang mengantar pesanan, Manggala mematikan ponselnya membalas beberapa pesan yang di kirimkan Mangata.

Beberapa menit kemudian rasanya ia ingin buang air kecil, jadi mau tidak mau ia pergi ke toilet karena kata Ibu tidak boleh menahannya, anak Ibu yang pintar.

Manggala tidak terlalu hafal rumah sakit ini, jadi ia menanyai beberapa orang.disana dimana letak toilet. Lelaki itu berjalan melihat-lihat dan melewati sebuah taman, matanya menangkap sosok wanita yang tadi bersamanya.

Itu Sabita, wanita itu terlihat sedang berbincang dengan gadis kecil sekitar 11 atau 12 tahun yang berada di kursi roda. Langkah Manggala berhenti, ia bisa dengar tawa dari keduanya.

"Kak Sab bunganya cantik sekali Lily suka," antusias gadis itu sambil memandang bunga Lily putih kesukaan.

Sabita tersenyum menampilkan deretan giginya, "Cantik kayak kamu sayang."

Gadis itu menggeleng, "Lily nggak cantik, soalnya rambut Lily ngga ada, Lily kayak kartun di televisi yang botak itu lho kak." Jelas Gadis itu dengan kekehan kecilnya.

"Hei, siapa bilang? Lily cantik kok, rambutnya dipotong kan karena biar cepat sembuh." bantah Sabita, suaranya terdengar sedikit bergetar.

"Bunda juga ngomong gitu." ucapannya, "Kak Sab tahu ngga sebenernya aku takut lho di operasi."

"Takut kenapa sayang?"

"Lily takut nanti ngga bisa buka mata lagi, sebenarnya sih Lily ngga masalah kalau emang ngga bangun nantinya tapi bunda bakal sedih dan Lily ngga suka itu," ucap Lily dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya. "Kata bunda, di dunia ini bunda ngga punya siapa-siapa kecuali Lily, kalau Lily ngga ada bunda sendiri."

Manggala yang mendengar itu juga rasanya perkataan gadis itu sangat menusuk relung hatinya, sakit sekali mendengarnya.

Terlihat Sabita sudah meneteskan air mata, wanita itu menggenggam kedua tangan Lily, "Lily akan sembuh, kak Sab yakin operasi ini akan berhasil."

"Jangan nangis kak Sab Lily bakal sembuh demi semua orang yang Lily sayang termasuk kak Sab, nanti kalau Lily habis operasi kak Sab bawain Lily bunga Lily putih lagi ya." tangan putih pucat itu menghapus air mata Sabita. "Bunda lihat nih kak Sab cengeng," ujar pada sang bunda yang baru saja muncul.

Bunda Ina terkekeh kecil melihat interaksi Sabita dan anaknya Lily, "air mata kamu ngga habis ya Sab nangis mulu."

Ya memang setiap bertemu Lily entah mengapa Sabita yang sudah cengeng menjadi lebih cengeng. Hanya melihat anak itu tersenyum saja sudah membuat air mata Sabita menetes. Tapi ia tidak menangis di depan anak itu selalu pamit untuk ke toilet sampai sampai Ina sudah hafal kelakuan wanita itu.

Begitulah percakapan yang Manggala dengar lalu ia melanjutkan niatnya untuk pergi ke toilet. Kejadian yang beberapa jam lalu masih teringat di kepala Manggala.

Wanita di hadapannya itu menatapnya bingung dikarenakan sedari tadi Manggala memandangnya tanpa berkedip.

"Mas?"

"Iya Sabita,"

"Ada yang salah dari penampilan saya?"

"Tidak, kamu cantik."

Perkataan itu sama sekali tidak ada kebohongan yang terniat dalam hati Manggala, memang fakta Sabita itu cantik.

Pemilik mata bulat bersinar itu tak berkutik sepertinya kaget mendengar perkataan Manggala yang sangat spontan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sekilas Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang