Bagian 5

9 5 1
                                    


Hi Selamat Datang!
Bahagia sekali kalian mampir kesini dan membaca cerita ini🫵🏻🤍
Terimakasih jangan lupa vote dan komentarnya!🔥✨



***

Beda dari kemarin hari ini Sabita sangat tidak bersemangat, semalam Ilara bilang bahwa tidak terjadi apa-apa di hotel. Ia masih bernafas lega, semoga Manggala berbaik hati dan tidak memecat Ilara.

Ia juga sudah mencari tentang Manggala dan semua Tjahjo bahkan hafal nama dan wajah mereka. Takut kejadian seperti ini terulang lagi.

Sekarang ini tinggal menunggu telpon dari Harmoni Hotel untuk memutuskan pembatalan kerjasama, mau bagaimana mana lagi nasi sudah menjadi bubur. Raya juga hari ini sedang izin, jadi ia sendirian memikirkan nasib yang malang.

Terdengar bunyi pintu terbuka, Sabita mendengar tetapi tetap fokus menyusun bunga dengan tenaga yang seadanya.

"Selamat datang di Fleurs Fantasia, ada bunga yang dicari?" matanya tak sedikit pun menoleh untuk melihat siapa yang datang.

"Saya mencari kamu Sabita."

Suara itu serasa tidak asing ditelinga. Secara perlahan ia melihat siapa yang datang dan ternyata orang yang membuat Sabita tidak fokus hari ini.

"Mas— maaf Pak Lesmana. Ada perlu apa ya? Mau membahas tentang pembatalan kerja sama dengan toko kami?"

"Pembatalan kerjasama?" tanya Manggala bingung.

"Iya pak, saya minta maaf atas ketidaksopanan saya kemarin. Bapak pasti marah tapi jangan pecat teman saya pak, cukup dengan pembatalan kerjasama antara kita saja pak." Ia membungkuk kepada Manggala meminta maaf dan sangat menyesal.

Siapa yang marah? Siapa juga yang ingin memecat? Terus mengapa Sabita memanggil dengan formal.

"Saya kesini mau menagih voucher yang kamu berikan, saya tidak marah dan saya juga tidak ingin memecat siapapun."

Seakan lega dengan perkataan itu. "Bapak juga tidak bilang dari keluarga Tjahjo saya merasa bersalah kemarin mengenai perkataan saya. Maafin saya pak."

Manggala panik wanita itu tiba-tiba menangis, sepertinya Sabita sudah mengetahui fakta bahwa ia dari keluarga Tjahjo. "Hei jangan nangis."

Lelaki itu mengelus pundak Sabita dengan lembut, ia ingin memeluk untuk menenangkan tapi itu sangat tidak sopan.

"Maafin saya pak, jangan pecat teman saya ya." ucap Sabita masih terus menetes air mata.

"Saya tidak marah. Kamu jangan menangis lagi ya? Teman kamu juga tidak saya pecat mbak Sabita."

Tangisan Sabita berhenti ia langsung dengan tidak sadar memeluk Manggala, membuat lelaki itu terkejut tadi saja ia masih memikirkan seribu kali lipat untuk membalas pelukan Sabita.

"Terimakasih ya pak. Maaf sudah tidak sopan," Sabita mengurai pelukannya sadar apa yang ia lakukan sekarang.

Manggala merasa bersalah kepada Sabita, ia juga tidak menyangka mereka akan terus bertemu seperti ini. Saat itu ia kira Sabita mengenal sebagai anak Sophia tapi malah mengira assisten pribadi. Seperti yang diketahui bahwa Manggala itu tidak ingin mempersulit diri dengan membantah dan menjelaskan siapa ia.

Ternyata baru mengenal Sabita saja ia sudah mempersulit diri untuk lebih dekat dengan wanita itu, entah kenapa juga ia tidak keberatan dengan hal semacam itu.

Sabita mempersilahkan ia duduk dan wanita itu pergi membuat minuman, Manggala menunggu sambil melihat-lihat toko bunga tersebut.

Toko itu mempunyai ukuran yang tidak terlalu besar, sangat bersih dan teratur. Bunga-bunga disekitar yang segar indah dan aromatik, membuat Manggala berpikir akan nyaman bekerja disini.

Sekilas Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang