HAPPY READING!
Jangan lupa vote dan komen!❤️🔥
KOMEN YANG BANYAKKK💋
❗️NO SPOILER PLEASE❗️
Selamat bertemu dengan Fourich!🚩
========
BITTERSWEET RUINS
[ Bagian 22 | Silent Hug ]"Mereka jadi lebih dekat."
"Iya. Bahkan mereka tidak meninggalkan kamar barang sedetik pun."
Anya meremas ujung blazer yang ia kenakan. Tatapannya terlihat cemas, seakan tidak suka melihat Zirga yang anteng disandari oleh Luina saat bermain game.
Sepengetahuannya, putranya itu tidak pernah membiarkan siapa pun berada sedekat itu saat dia bermain.
Akan tetapi sekarang ini, entah sudah berapa kali Anya melihat dari kamera tersembunyi, Zirga mengeluarkan sifat-sifat yang tidak pernah ia temui.
Anya tidak rela, semua sifat itu hanya ditujukan untuk Luina. Gadis itu bukan siapa-siapa. Sementara dia.. dia adalah ibunya.
"Pa.." Anya mengadu pada Gerald yang hanya diam menatap lurus layar monitor.
"Olivia," Gerald bersuara. "Kamu bilang mereka menjadikan Luina sebagai pelayan di sana, kan? But, look at that. They're not fucking treating her like that."
Olivia diam. Tetapi dapat dilihat bahwa wanita itu sangat tegang.
"Mereka cuma balas budi, Ger." Tukas Olivia. "Kamu tenang aja. Anak-anak kita dididik bukan untuk bermain perasaan. Mereka mengendalikan, bukan dikendalikan."
"Tapi gimana kalau ternyata... yang mereka coba kendalikan justru malah mengendalikan mereka?" Sahut Jessica menghunus.
Olivia terkekeh. "Impossible, Jess. You know why? Because, their plan is to make her fell first—that way it'll be much easier to break her."
"And then? What if they fell first?" Jessica membalas sinis.
"Jess, calm down." Olivia tampak tidak terpengaruh sedikitpun oleh gertakan wanita itu. "Ini bukan pertama kali Fourich menjadikan seorang perempuan sebagai Red Person, kan?"
"But this was their first time living with a girl."
Olivia memudarkan senyumnya mendengar timpalan Jonathan.
"Kalau anak itu tidak segera pergi dari sana. Itu sudah pasti—rencana Fourich yang kamu bilang tadi, akan gagal, Olivia." Tambah Jonathan.
Mendengar itu, Olivia hanya bisa menatap lurus layar komputer tanpa tau harus memberi tanggapan apa.
Karena setelah dia memantau sikap Fourich beberapa hari ini, memang benar, tidak ada celah dari mereka yang bisa membuat perasaan cinta tidak muncul dari salah satunya.
Olivia melihat semuanya. Semua kelicikan mereka yang terlihat begitu bergairah untuk bisa menyentuh gadis itu.
Dan dari kesemuanya, selalu Fourich yang memulai. Bahkan mereka melakukannya dengan rasa senang.
Mereka seakan tidak memiliki keterpaksaan, padahal yang mereka lakukan adalah salah satu cara untuk membuat Luina jatuh cinta.
Seharusnya, sebrengsek apapun mereka, jika melakukan hal intim dengan anak dari musuhnya sendiri—mereka memiliki rasa risih dan jijik.

KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET RUINS
Teen Fiction🚩Re-Publish! New Version of Bad Luck [ for Luina ]🚩 ❗️50% Different [ updated with additional scenes with deeper conflicts ]❗️ • "You look so scared, baby. What's going on?" "Relax, L. We're not here to bite you." "Come on, Lui. You know there's n...