01. f l u t t e r b y

186 24 12
                                    

trigger warning! harsh words.

...

01. flutterby | Never want to be

TIDAK ada yang dapat membuat Selby iri selain melihat anak-anak sebayanya bisa bebas berangkat sekolah dengan riang gembira, sedangkan dirinya sibuk bergelung dengan setumpuk jajanan ringan yang harus ia jual.

Selby menghentikan langkah di sekitar perempatan lampu merah, dia melambai kecil ke arah dua bocah yang memakai kostum mickey mouse sedang menari di tengah zebra cross.

Beberapa kali ia menghapus peluh yang membasahi kening, cuaca pagi ini terasa lebih terik dari biasanya.

"Risol sayurnya berapa, dek?"

"Dua ribu." Selby menipiskan bibir kala seorang anak SMP mendatanginya sembari menunjuk salah satu jajanan. "Semuanya dua ribu."

"Ohh." Dia bergumam, seperti tengah menimbang akan beli atau tidak. "Enak gak?"

"Enak." Selby mengangguk, tersenyum kecil. "Mau beli yang mana?"

"Yang ini deh," tunjuknya pada risol sayur dan risol mayo. "Eh, tapi ini gak bikin sakit perut, kan?"

Kening Selby mengerut, baru kali ini ia mendapati pertanyaan tersebut. Matanya melirik lagi pada si penanya, dilihat dari tampilannya memang tidak terlihat seperti anak SMP yang biasa ia temui.

Giandra Wasesa.

Selby memperhatikan lekat name tag anak di depannya. Pakaiannya jauh lebih bagus, tubuhnya juga harum. Pasti anak orang berada.

"Sejauh ini sih enggak," jawab Selby polos. "... mau?"

"Ya udah," putus anak itu pada akhirnya. "Jangan pakai cabe," larangnya saat melihat tangan Selby yang hendak mengambil beberapa buah cabai kecil. "Jangan pakai yang merah-merah itu."

Selby mengangguk, lalu menyerahkan pesanan anak itu dengan senyum kecil. "Empat ribu."

"Di masukin kantong plastik?" tanya anak itu lagi, kini matanya memicing. "Bersih enggak?"

Ng, Selby sempat berpikir sebentar. "Ber... sih sih?"

"Kok gak yakin gitu?" Anak itu bergumam kecil. "Ya udah deh, nih uangnya."

"Murah banget, kamu jualan atau sedekah?"

Selby menipiskan bibirnya mendengar celetukan spontan tersebut, empat ribu baginya begitu berharga, dijual semurah ini pun kadang tidak terjual habis apalagi jika ia menaikan harganya.

Kalau saja bukan karena setoran harian yang harus Selby capai, sudah daritadi dia meninggalkan anak SMP songong di depannya ini.

Baru saja ia mengeluarkan kembalian dari kantong bajunya, anak tersebut sudah lebih dulu membalik badan dan masuk ke sebuah mobil hitam yang begitu besar.

Bibir Selby refleks terbuka, "Anak orang sugih." Refleks menggelengkan kepalanya.

Pantas saja tingkah lakunya agak membuat Selby mengernyitkan dahi. Lebih aneh lagi untuk apa anak seperti dia membeli dagangan kecil Selby? Segala menanyakan soal kebersihan pula!

FlutterbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang