08. f l u t t e r b y

227 23 20
                                    

08. Flutterby | Jangan panggil gue kakak.

 Flutterby | Jangan panggil gue kakak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

SELBY berlari menjauhi ruang keluarga sekuat yang ia bisa.

Air matanya sudah mengalir namun tidak ada isak tangis yang keluar. Sejak kecil ia terbiasa diabaikan, yang membuatnya sedih bukanlah kata-kata kasar barusan.

Ia bersedih karena sepertinya Tuhan menciptakan ia ke dunia hanya untuk sendirian.

Tanpa sadar langkah kaki membawanya pergi ke halaman belakang rumah, taman yang begitu luas bersisian dengan kolam renang yang sangat biru dan indah.

Sangat merepresentasikan gambaran hidup orang kaya dalam pikirannya.

Jadi... ia akan tinggal dalam kemewahan ini mulai sekarang? Diantara tingginya pilar-pilar kokoh rumah besar juga barang-barang mewah serta patung beraneka ragam ini?

Hidup dengan segelintir orang yang membencinya.

Selby sedikit merindukan kehidupan sederhananya. Bertemu Roy, menjajakan jajanan kecil sembari menyaksikan anak-anak seusianya pergi sekolah, berteduh di bawah atap halte bus saat hujan datang, bersembunyi dari kejaran komplotan Codet agar uang hasil jeri payahnya tidak dirampas paksa.

Selby merindukan saat-saat Ibu memanggil namanya dengan nada tinggi, Selby rindu aroma rumah kecil namun memberikan kenyamanan untuknya kala itu.

Kini ia akan bergelut dengan semua ini, kemewahan yang harganya tak ternilai.

"Ngapain nangis di sini?"

Selby tersentak dan dengan segera menghapus jejak air matanya.

Tubuhnya menjadi kaku saat suara seseorang yang dikenalinya semakin dekat.

"Lagi caper? Butuh perhatian biar semua orang bisa sayang sama lo?"

Selby menggeleng kecil, ia sama sekali tidak bermaksud demikian.

"Sebelumnya lo tinggal di daerah kumuh, kan? Apa semua orang miskin pakai cara ini buat bertahan hidup? Jadi parasit di kebahagiaan orang lain." Cakra mendengkus. "Lo tahu keberadaan lo di sini sebenernya bawa sial?"

"Jangan karena Fabian, Om Raymond dan Oma baik sama lo, berarti lo bakalan hidup tenang di sini." Tatapan Cakra menghunus tajam. "Karena lo, keluarga gue hampir hancur, karena Ibu sialan lo juga Mama gue hampir bunuh diri, kalian berdua itu penghancur kebahagiaan orang lain."

Cakra tidak peduli kata-katanya ini akan menyakiti hati Selby. Meskipun Oma dan Om Raymond berada di pihaknya, Cakra tetap tak peduli.

"Seharusnya dari awal lo itu gak usah lahir. Seharusnya gue gak punya ikatan darah apapun sama anak kayak lo." Sudut hati Cakra tiba-tiba berubah nyeri. "Sialan."

Kenapa hatinya menjadi sakit? Yang ia katakan adalah fakta.

"Kak." Giandra berlari kecil menghampiri Cakra dan Selby. "Ada temen lo di depan."

FlutterbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang