Blaire bangun pagi-pagi dan segera mencari sarapan, karena ia tinggal di motel jadi mau tak mau ia harus berusaha mencari sarapannya sendiri. Ia terduduk di sebuah cafe resto menikmati sebuah sandwich dan segelas susu putih sambil browsing mencari-cari apartemen dan bangunan yang bisa dijadikan cafe dengan harga miring.
"Jika aku mengambil bangunan ini dan apartemen yang ini maka uang yang tersisa hanya 20.000 dollar. Ha.., lalu mau membeli perlengkapan dan bahan buat cafe dengan apa?" Gumam Blaire putus asa. Ia mengacak rambutnya sambil melahap suapan terakhir sandwichnya tanpa tahu seorang pria muda tengah memperhatikannya penuh minat dari balik konter meja kasir.
Blaire masih berusaha mencari apartemen yang cocok untuknya hingga tidak menyadari seorang pria tengah berdiri di depannya dan menyerahkan sepiring dessert untuknya.
Blaire mendongak bingung, "Maaf, tapi aku tidak memesan ini."
Pria itu tersenyum. "Untukmu, gratis."
Blaire tidak langsung mengucapkan terima kasih dan justru semakin bingung dengan tindakan pria itu. "Kenapa? Apa ada sebuah promo atau semacamnya?"
Pria itu terlihat memutar mata tampak bingung mencari sebuah alasan. Pada akhirnya ia menghela nafas dan duduk di kursi depan meja Blaire.
"Aku Jason, anak pemilik cafe ini." Blaire semakin mengerutkan alis, canggung sejenak dan ia mulai tersenyum. Ia paham kemana arah tujuan pria ini.
"Oke.., so.., aku Blaire. Orang biasa." Jawab Blaire kemudian tertawa, Jason yang mendengarnya ikut tertawa.
"Pasti kau tahu ya apa tujuanku."
Blaire mengangguk. "Sangat jelas sekali." Lagi-lagi mereka tertawa mendengar jawaban Blaire. Kesan pertama mengenai Blaire sangat membuat pria itu terkesan. Ia pikir wanita cantik seperti Blaire akan sok jual mahal seperti yang banyak dikatakan teman-teman kuliahnya.
"Apa aku sangat menarik di matamu?" Jason mengangguk mantap. Polos sekali, pikir Blaire.
"Jarang sekali ada perempuan yang sarapan di pagi-pagi seperti ini. Kebanyakan yang datang pria tua atau muda lajang yang akan pergi kerja." Blaire mengangguk-anggukan kepala. Jason yang melihat Blaire fokus menatap ponselnya pun penasaran.
"Apa yang kau cari?" Blaire menatap Jason, menunjukkan layar ponselnya.
"Kau mau mencari apartemen?" Blaire mengangguk.
"Ya, sekaligus bangunan yang murah. Rencananya aku juga ingin buka cafe."
"Apa kau pendatang baru?" Blaire mengangguk.
"Mau kubantu? Aku tahu agen real estate yang menjual bangunan apartemen ataupun bangunan biasa yang bisa menyesuaikan budgetmu." Blaire menatap Jason terpesona, seakan menemukan malaikat penolong.
"Benarkah? Wah aku sangat menghargai sekali kebaikan hatimu Jason." Ucap Blaire, tangannya refleks menggenggam tangan Jason.
"Upss sorry..," Jason menggeleng dan berkata jika tidak apa-apa. Ia sangat senang bisa membantu, itu artinya juga ia bisa lebih dekat dengan Blaire.
Satu tegukan susu terakhir yang ada di meja sudah Blaire habiskan, ia melihat jam di ponselnya dan ingin berpamitan dengan Jason namun ia lupa jika dessert masih belum tersentuh sama sekali jadi ia meminta Jason untuk membungkusnya karena ia harus pergi ke suatu tempat.
"Thanks Jason.., you are my life saver. Next time aku akan mentraktirmu makan." Blaire menerima sebuah kotak yang isinya dessert tadi dari Jason, sebelum pergi Jason buru-buru meminta nomer ponsel Blaire.
"I'll call you."
"Harus. Bye Jason." Seperginya Blaire, Jason menatap deretan angka yang di tulis Blaire pada sebuah kertas order yang dibawa Jason, senyumnya mengembang ketika mengingat Blaire yang cantik dan ramah apalagi senyumnya yang sangat manis. Sepertinya rasa sukanya tidak lagi sebatas mengagumi tapi mulai menyukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempted
RomanceBlaire dan temannya merupakan seorang pencuri di bar kecil, mereka sering berpindah-pindah bar untuk mencari mangsa. Dengan bermodalkan kecantikannya mereka mampu memikat para pria dan membuatnya mabuk hingga tak sadarkan diri, setelah itu barulah m...