Bab 14 LUKE MILIK BLAIRE

23 1 0
                                    

Tiga hari kemudian Jason mengiriminya pesan jika hari ini dia free jadi bisa mengantar Luke ke apartemen Blaire. Jason juga sudah berbicara kepada orang tuanya jika Luke akan tinggal dengan Blaire dan pernyataan itu di sambut dengan senang hati oleh keluarga Jason bahkan mereka merasa berterima kasih dengannya.

"Jadi, apa kau bisa? Kalau aku sendiri sepertinya akan repot membawa Luke dan barang-barang mana yang akan kau butuhkan." Jason tengah menyesap Lattenya ketika berbicara dengan Blaire yang masih terdiam di depannya.

"Hei, kenapa malah melamun. Bisa tidak?"

Blaire terkesiap, jujur saja ia masih tidak ingin bertemu dengan Andrew tapi mengingat jika mereka akan ke runah Jason pada sore hari dan kemungkinan Andrew masih di kantor mungkin mereka tidak akan bertemu 'kan, seharusnya.

"Baiklah, bisa kita ke rumahmu pukul tiga sore? Karena hanya pada jam itu cafe sepi." Jason mengangguk. Untunglah Jason percaya, padahal Blaire hanya mengarang saja, faktanya cafe Blaire hanya akan ramai pada jam makan siang dan malam hari.

Jason segera memarkirkan mobilnya di depan rumah yang sepi karena ayah dan ibu Jason berada di cafe sedangkan Selena mungkin tengah di kamar dengan Madison, mereka berdua segera turun dari mobil dan berjalan menuju kandang Luke. Saat melewati tangga Blaire berpapasan dengan Andrew, seketika ia mengumpat dalam hati.

"Oh Blaire, kau kemari?" Jason yang awalnya berjalan di depan Blaire menghentikan langkahnya ketika mendengar suara kakak iparnya dan berbalik.

"Blaire dan aku akan membawa Luke ke apartemennya, kau sendiri kenapa sudah pulang? Aku juga tidak melihat mobilmu di depan." Ucap Jason sambil melihat jam tangannya, sedangkan Andrew tersenyum dan mengatakan, "Tidak, aku hanya pulang sebentar mengambil dokumen yang harusnya kubawa untuk rapat sore ini, dan aku ke sini menaiki taksi karena mobil sedang di pakai oleh adikku karena ada urusan penting." Jelasnya.

Jason mengangguk-anggukkan kepalanya paham dan berjalan kembali menuju kandang Luke. Blaire juga akan menyusul Jason namun lengannya di tarik pelan oleh Andrew, refleks Blaire menyentaknya. Apa-apaan pria gila ini.

"Tolong jaga Luke dengan baik." Blaire tersenyum seadanya dan mengangguk lalu pergi meninggalkan Andrew yang tengah menaikkan kacamata sambil tersenyum tipis. Sedangkan ia tidak menyadari jika ada sepasang mata yang memperhatikan dari lantai dua percakapan mereka dari awal dengan ekspresi yang tak terbaca.

Setelah selesai menyiapkan barang-barang yang mungkin akan di butuhkan Blaire ketika merawat Luke mereka segera pergi menuju apartemen Blaire. Dengan sedikit kewalahan karena Luke sempat berlari hingga Blaire tertarik kesana kemari pada akhirnya mereka sampai di apartemen Blaire.

Jason tanpa basa-basi mengambil air minum di dalam kulkas Blaire untuknya dan menyerahkan satu botol untuk Blaire minum.

"Kau yakin bisa merawat Luke? Kau sudah tahu kan selain dia besar, tenaganya juga tidak main-main." Ucap Jason setengah ngos-ngosan setelah minum air putih dalam botolnya.

"Yakin Jason, sudahlah tak usah cemas." Blaire bangkit berdiri menghampiri Luke yang tengah duduk di atas lantai di dekat sofa mereka duduk.

"Mulai sekarang Luke milik Blaire. Rumahku adalah rumahmu, kau juga bisa tidur seranjang denganku. Kau bebas di rumah ini. Aku akan menghidupimu, jadi kau juga harus menjagaku, oke?" Blaire tersenyum sambil mengelus kepala Luke, anjing itu juga membalasnya dengan jilatan di pipinya. Sedangkan Jason justru malah tertawa cekikikan mendengar ucapan Blaire.

"Kenapa kau tertawa?"

"Tidak, hanya saja ucapanmu seperti seorang kekasih yang mengajak kekasihnya tinggal serumah dengannya." Blaire tertegun menyqdarinya. Dan pikiran bodoh melintas di otaknya, tiba-tiba wanita itu malah memikirkan pria menyeramkan itu hanya karena Luke mengingatkannya pada Lucas bahkan nama mereka pun hampir sama.

"Sudahlah, ayo kembali ke cafe. Ariana sudah mengirimiku pean jika cafe mulai ramai." Ucap Blaire jujur karena memang Ariana sudah mengiriminya pesan jika cafe mulai ramai, dan memang sebelumnya Blaire menyuruh Ariana untuk mengabarinya jika cafe mulai ramai.

Di dalam mobil Blaire dan Jason mengobrol ringan. "Syukurlah cafemu ramai Blaire."

Blaire tersenyum sumringah menatap Jason, "Ya, berkatmu penyelamatku. Dan jika seperti ini terus mungkin bulan depan aku sudah bisa melunasi hutangku padamu Jason. Tolong bersabar ya."

"Tak masalah, aku tidak dalam keadaan darurat sampai harus menggunakan uang itu, jadi tak perlu terburu-buru Blaire." Jawabnya sambil tersenyum membalas senyuman Blaire yang sangat manis padanya.

...

Lucas tengah berkutat dengan dokumen-dokumen yang berada di atas meja ketika suara ketukan pintu mengalihkan sebentar fokusnya. Tak lama Lincoln datang setelah Lucas memberinya ijin masuk.

Lucas melirik sekilas Lincoln dan kembali pada dokumen yang berada di tangannya.

"Saya mendapat pesan dari Tuan Besar jika beliau akan menunggu anda malam ini di sebuah Lounge pada hotel Empire pukul 7 malam, ada hal yang ingin dibicarakan oleh Tuan Besar kepada anda, jadi anda di wajibkan untuk datang malam ini." Lapor Lincoln, sudut bibir Lucas seketika terangkat sedikit namun fokus matanya tidak berpindah dari dokumen.

"Apa lagi yang direncanakan Pak Tua itu." Gumamnya. Setelah ia menolak ajakan makan malam dengan keluarga Hawthorn kemarin rupanya ayahnya itu tidak menyerah juga.

"Baiklah, pergilah." Lucas mengibaskan tangannya menyuruh Lincoln untuk pergi. Selepas asisten sekaligus sekretarisnya itu pergi, Lucas menaruh kertas-kertas yang di pegangnya itu ke atas meja, tangannya terulur untuk melonggarkan dasinya yang terasa mencekik.

Lucas menjatuhkan punggungnya di sandaran kursi, memutar sedikit posisi duduknya untuk melihat pemandangan di luar jendelanya yang besar dengan pikiran yang rumit. Sebelah jari-jarinya mengetuk pelan meja kerjanya, menimang undangan ayahnya untuk bertemu nanti malam.

"Baiklah, mari ikuti permainanmu kali ini. Kita lihat siapa yang akan menang." Putus Lucas, ia memutuskan akan menemui ayahnya malam ini. Entah apa yang akan di rencanakannya yang pasti Lucas tidak akan tinggal diam, dia sudah muak harus patuh dengan semua keinginan pria tua itu.

"Jangan lupa datanglah malam ini, pukul 7 tepat."

Begitulah isi pesan ayah Lucas padanya, ia tidak menjawab pesan itu dan beralih menatap jam yang ada di ponselnya. Satu jam lagi pukul 7 dan ayahnya itu sudah mengiriminya pesan.

"Tunggulah dengan sabar sampai aku datang." Gumam Lucas dengan senyum mengejeknya.

Pukul 7 lewat Lucas sengaja tidak beranjak dari kursinya, ia malah mencari kesibukan dengan tabnya. Mencari dan membaca sebuah artikel tentang keluarga Hawthorn, keluarga konglomerat yang ingin sekali ayahnya jadikan besan sampai-sampai harus memaksakan kehendaknya kepada si putra sulung yang selama ini sudah sangat bekerja keras untuk memajukan perusahaan hingga sesukses dan sebesar sekarang.

Tak terasa jam di tangan Lucas sudah menunjukkan pukul 8 lebih, dengan malas ia keluar dari ruangannya dan bertemu Lincoln di depan perusahaan yang tengah menunggunya.

"Mari saya antar Tuan." Lincoln sudah membukakan pintu mobil Maybach S-Class silver untuknya namun Lucas menolak.

"Tidak perlu, aku mau naik taksi saja." Ujarnya sambil berlalu pergi, tak lupa melambaikan tangan pada Lincoln dengan santai. Para penjaga dan Lincoln dibuat bingung dengan sikap aneh majikannya itu.

.
.

To be continued...

TemptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang