Tidak ada jalan keluar katanya. Yang berarti tidak bisa kembali. Entah apa maksudnya, yang terpenting hari itu Kumala menemukan fakta baru. Semua dedemit peliharaan sang Kakek langsung tunduk dalam sekali pertemuan. Ia terkejut, sama halnya dengan manusia tua itu yang menganga lebar. Semuanya! semua hantu lokal Dunya yang kalian ketahui ada disini sedang bersimbah padanya. Lelembut yang mendiami keris sakti saja sampai rela keluar dan menampakan wujudnya hanya untuk menatap Kumala bak artis.
"Ada yang bisa jelaskan padaku?" tanya Kumala bingung.
"Gusti..." gumam Kakek gemetar hebat kemudian ikut bersimpuh dihadapan Kumala. Momen itu bagaikan percampuran warna. Semua energi bercampur menjadi satu dalam satu ruangan. kakek tiba-tiba merasa mual dan pusing, hampir memuntahkan isi perutnya.
Semua peliharaanya tunduk pada wanita selendang kuning. Bahkan sosok penjaganya yang berupa macan langsung keluar untuk ikut menyapa. Dapat disimpulkan, Kumala bukan orang sembarang. Sesuatu yang melebihi kemampuannya. Apakah ia titisan Kanjeng ratu kidul? Tidak! ia jelas lebih tinggi!
"Apapun yang kau inginkan, kami siap melayani" ucap salah satu sosok bertubuh panjang bagai akar pohon. Kumala menyernyitkan alis, heran. Kedatangannya tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mencari petunjuk mengenai ayahnya. Mengapa begini?
"Aku benar-benar tidak mengerti" kemudian, ia melirik sang Kakek yang terlihat menderita. Merasa ditatap, kakek mendongakan kepalanya.
"Sesuatu yang luar biasa melingkupi dirimu. Yang kecil tunduk pada yang besar. Begitulah keadaan saat ini" jawabnya jelas membuat Kumala mengangguk puas. Wajar saja pikirnya, ia kan berasal dari alam Bawana yang lebih tinggi dari alam Dunya.
"Akan melayani semua keinginanku ya? hm.. apakah itu berlaku padamu juga, manusia tua?" Kakek tak menjawab secara lisan, tapi dengan sikap tubuhnya yang semakin merendah tanda mengiyakan.
"Tugas garis darahku ialah menjaga ilmu Nusantara. Tidak lain hanya untuk menunggu kedatanganmu. Raden Ayu... Kumala Jyotika Bhanuresmi"
Bulu romanya berdiri seketika. Setiap nama itu dilantunkan, hatinya terasa menyedihkan dan perasaan rindu yang teramat sangat. Kalau begitu, nama inilah yang menjadi petunjuk arah perjalanan ini. Bukan begitu?
"Seseorang yang akan melakukan perjalanan, membutuhkan sepuncuk petunjuk. Beribu-ribu tahun kami menunggumu. Leluhur senang dapat melihatmu sekarang. Sebuah kehormatan besar, jikalau Raden Ayu mengandalkan kami"
Kumala tertegun. Benarlah perkataan Rahyang Jaya Manggala, bahwa setiap ia melangkah akan selalu ada yang membimbingnya. Lihatlah kemana ia berpijak sekarang? kedalam sebuah garis keturunan yang memang diutus untuk menjadi pengarahnya. Mereka memang dipersiapkan untuknya. Bukankah ini hal yang mewah?
"Aku mencari ayahandaku..." lirihnya pelan. Kemudian para dedemit yang asalnya berkumpul perlahan bubar meninggalkan ruangan itu dan menghilang. Menyisakan macan sang kakek yang setia berada di sisinya. Suasana kembali hangat, burung disiang hari kembali terdengar.
Kakek tersenyum senang. Perkataan itu, yang berarti Kumala membutuhkan pertolongannya. Mungkin pada awalnya ia salah menilai sosok Kumala, tapi sekarang, begitu banyak ciri yang diajarkan tetuanya tentang sosok yang harus ditolong, sangat banyak pada diri Kumala.
Sekarang, setidaknya Kumala memiliki tempat bernaung sementara. Ah.. sebenarnya Kakek senantiasa membagi tempat tinggalnya untuk Kumala. Mereka memutuskan untuk bicara saat malam. Berharap pembicaraan itu semakin intens dan tak ada gangguan. Siang ini, Kakek harus melakukan kegiatan sebagai layaknya manusia normal.
Sementara itu, Kumala berkeliling rumah tua sederhana itu dengan perasaan senang. Ia berandai-andai siapakah Eyang yang mengutus keluarga ini untuknya. Apakah suruhan Ayahnya di masa lampau? semacam memberinya jalan untuk anaknya pulang? Rasanya ingin sekali bertemu dengan leluhur sang kakek yang senantiasa menjaga rahasia ilmu Nusantara untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diajeng
FantasyFantasy - Sejarah Kumala Jyotika Bhanuresmi lahir di keturunan darah biru. Ibunya mati karena sakit. Atmojo, sang ayah mengetahui takdir buruk putrinya ini, hingga para leluhurnya memerintahkan Atmojo untuk menitipkan Kumala di alam Buwana agar terh...