Chapter 8

1.4K 195 17
                                    

Moonbyul dan Wendy menatap Irene tidak percaya saat mengatakan Seulgi adalah kekasihnya.

"Aku tidak percaya ini, Kang Seulgi kekasih mu? Dia benar benar menerima mu?" Tanya moonbyul

"Tentu saja, memangnya siapa yang bisa menolak pesona ku" Irene terdengar bangga pada dirinya sendiri

"Kau tidak menggunakan cara licik kan?" Tanya Wendy sedikit curiga

"Cara licik seperti apa maksud mu? Terima saja kekalahan kalian" Irene terdengar tidak terima saat tatapan Wendy seperti menuduhnya, meskipun caranya sedikit licik dengan mengambil kunci motor Seulgi tapi bagi Irene itu merupakan trik.

"Bawa Seulgi di hadapan kami dulu, baru aku dan Wendy akan percaya"

Irene menatap mereka kesal
"Perjanjiannya kan tidak seperti itu? Kalian hanya menyuruh menjadi kekasih Seulgi"

"We know, tapi kan kami ingin melihat buktinya juga, jika dia kekasih mu harusnya tidak sulit kan untuk membawanya kehadapan ku dan byul" Wendy menyeringai saat Irene terdiam. Dia setelah mendengar cerita tentang Seulgi dari moonbyul jadi percaya diri dengan taruhannya. Seulgi menolak 2 primadona kampus mereka, di saat orang orang berlomba ingin jadi kekasih mereka tapi Seulgi mengabaikan mereka. Itu artinya Seulgi tidak silau dengan kecantikan, dan Irene kecantikannya termasuk di atas rata rata, meskipun kelakuan temannya itu sangat brengsek. Memacari semua orang yang di sukai dan meninggalkan mereka saat bosan.

"Why Irene? Kau tidak bisa? Atau kau berbohong tentang Seulgi kekasih mu?" Moonbyul sedikit tertawa meremehkan, dan itu membuat Irene semakin kesal.

"Oke, aku akan membawanya di hadapan kalian, dan aku mau tambahan hadiah. Tapi aku yang menentukannya, bagaimana?"

Wendy dan byul saling menatap sebelum akhirnya menyetujuinya. Mereka masih tetap percaya jika Irene akan kalah.

Waktunya tinggal tersisa besok, di hari Minggu. Jika Irene tidak membawa Seulgi itu artinya dia gagal.
.
.
.
.
.

Irene menatap ponselnya cemberut, Seulgi tidak membalas pesannya satu pun. Dia ingin ke tempat Seulgi tapi tidak tahu di mana alamatnya. Bahkan teman sekelasnya pun tidak ada yang tau.

"Hubungan macam apa ini? Bahkan tempat tinggal kekasih ku saja aku tidak tau, haish dia menyebalkan. Memangnya sesulit itu membalas pesan?!

Irene membanting ponselnya di ranjang kemudian menenggelamkan wajahnya di bantal.

"Kang Seulgi benar benar, awas saja jika bertemu nanti, aku akan memukulnya. Dasar sipit brengsek menyebalkan"

Irene mengambil ponselnya kembali. Seulgi masih belum membaca pesannya.

"Bahkan membacanya saja tidak. Haish dia itu sebenarnya menerima ku atau tidak sih?! Tapi kan kemarin dia menerima ku. Itu artinya dia kekasihku iya kan?" Irene menanyakan itu pada dirinya sendiri kemudian mengacak rambutnya frustasi

"Baru kali ini ada yang mengabaikan pesan ku. Dan dia kekasih ku. Selama menjalin hubungan aku belum pernah di perlakukan seperti ini. Wahh jadi ini rasanya saat pesan di abaikan?"

Irene kembali merebahkan kepalanya di bantal sambil memegang ponselnya menunggu pesan Seulgi. Terlalu lama dia menunggu tanpa sadar matanya mulai berat dan dia tertidur.
.
.
.
.
.

Seulgi baru saja memasuki apartemennya, dia lupa membawa ponselnya dan akhirnya kembali. Tadinya dia ingin membeli banana milk karena saat belanja kemarin dia lupa membelinya.

Seulgi berniat mengambil ponselnya di kamarnya. Dia masuk tanpa melepas helmnya.

Seulgi melihat irene mengirimkan banyak pesan, dan ada 25 panggilan tidak terjawab dari gadis itu.

Give Me a Taste || SeulReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang