Seminggu, sudah seminggu sejak pertemuan antara ara dan max terjadi, sejak seminggu itu juga ara tidak pernah berhenti memikirkan arti dari kalimat yang max ucapkan.
Ara bingung, max bilang chika dalam bahaya tapi dari yang ara lihat chika terlihat baik saja, tanpa ada sedikitpun raut frustasi diwajahnya.
Lalu, apa yang max maksud dalam bahaya? Seseorang ingin mencelakainya? Tidak mungkin, chika itu istri dari seorang petinggi perusahaan tidak akan ada yang berani mengusiknya.
Lantas apa yang sebenarnya max maksudkan itu?.
Ara tersadar dari segala lamunannya karna satu suara yang berasal dari benda pipih yang berada diatas meja itu.
Hari sudah hampir menunjukan dini hari, siapa yang akan mengirimkannya pesan di jam segini?
Ara mengambil benda pipih tersebut, melihat siapa yang baru saja mengirimkannya pesan.
Ara merubah posisi duduknya menjadi tegap sekarang, pesan ini yang selalu ara tunggu selama satu Minggu penuh ini.
Pesanan tersebut berisikan janji temu yang akan dilakukan oleh ara dan seseorang yang mengirimkan pesan itu.
Setelah membalas pesan tersebut ara memantikan handphonenya, kembali membaringkan tubuhnya diatas kasur empuk itu.
Ara berusaha memejamkan matanya, agar ia bisa tertidur karna ini sudah hampir seminggu ia tidak tidur sama sekali bahkan kantung matanya sudah menghitam seperti panda.
Namun mungkin hari ini ia bisa tidur, terlihat wanita itu sekarang sudah memejamkan matanya dan bersiap menjemput alam mimpinya.
★★★
Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan ara saat ini baru saja membuka matanya.
Sepertinya dia sangat ke lelah sehingga membuat dia tidak sadar bahwa sudah tertidur cukup lama.
Ara bangkit dari tidurnya menggambil handphone yang terletak diatas nakas dekat tempat tidurnya itu dan dengan cepat keluar dari kamar untuk pergi turun ke kamar mandi.
Ara hanya mencuci muka dan menggosok giginya, masih terlalu awal untuk dia mandi.
Ara memutuskan untuk membuat segelas kopi hitam panas dan memilih menikmati kopi itu sambil melihat-lihat berita di tv.
Apartemen ini sangat hening hanya ada dia dan suara dari televisi yang ia putar.
Zora sudah berangkat pergi kerja sejak jam 7 pagi tadi, ngomong-ngomong dia berhasil di terima di perusahaan milik ayah fadela, pacar zora.
Sejak tau bahwa zora sudah bukan pengangguran lagi ara memutuskan untuk membelikannya motor sport yang memang sudah diincar zora sejak lama.
Dia membelikan zora motor karna dia tau bahwa jadwalnya dan zora akan sangat berbeda tidak memungkinkan juga untuk zora terus-terusan menaiki angkutan umum, jadi dia membelikan motor agar zora bisa lebih mudah lagi untuk pergi kemanapun.
Acara yang ada di televisi sangat membosankan untuknya, terhitung hampir satu minggu ini berita di televisi itu tidak berhenti membahas tentang masalah seorang artis dan anaknya yang berseteru.
Ara memutuskan untuk mematikan televisi tersebut, membuka handphonenya melihat beberapa pesan masuk yang ada.
Jam baru menunjukkan pukul 09.30 sedangkan janji temu yang dia buat dengan seseorang masih sekitar satu jam lagi, dia sangat bosan dan bingung sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
About us
Fanfiction"jika akhirnya tetap aku yang harus pergi, lantas untuk apa kamu membawa ku sejauh ini?" ~ A "aku tidak bisa memaksa, semuanya berjalan sebagaimana takdir seharusnya." ~ C