LIMA : Pantas Aja Homo?

2.4K 214 49
                                    

"Lihat sikapnya? Atau
baik hatinya?" —Egyn Zavinka

Kita berdua tahu kalau rumah ini sebenarnya bukan milikku ataupun milik Aretta. Tapi dengan kurang ajarnya aku membiarkan tamu datang tanpa minta persetujuan dari Om Naresh dulu. Hal itu terjadi ketika mata kuliah terakhir telah berakhir dan Aretta bertanya kapan aku akan pulang. 

Saat aku menceritakan kalau pulang-pergiku selalu bersama Om Naresh, kamu tahu apa yang Aretta katakan?

"Anjing! Keparat lu, Coy? Sengaja ya bikin gue iri karena berangkat barengan mulu dengan Pak Naresh? Wah, seharusnya gue tadi enggak perlu tanya! Bayar sepuluh ribu atas rasa dengki gue detik ini!"

Apa dia merasa kalau hal ini adalah sesuatu yang bagus? Aku harus mengikuti jadwal Om Naresh setiap pagi meski jam kuliahku berlangsung saat siang. Lalu aku harus menunggunnya sampai senja meski jam kuliahku telah berakhir lebih awal. Dan dia berkata iri padaku? Memanglah bangsat Aretta itu!

Karena itulah dia memberikan tumpangan padaku karena perlu waktu setengah harian untuk menunggu Om Naresh sampai senja nanti. Jadi, aku mengiriminya pesan bahwa aku pulang bersama Aretta.

Tapi apa kamu mau tahu bagaimana caraku meyakinkan Om Naresh? 

Egyn Zavinka
Om|
Egyn bareng Aretta|
Boleh?|

Om Naresh
|Iya, Egyn

Meski dia tidak curiga kalau aku sedang bohong atau tidak, aku tetap melakukan sesuatu agar dia bisa percaya padaku. Jadi, aku lanjut mengiriminya pesan seperti ....

Egyn Zavika
Ini, Om|
Sama Aretta|

Om Naresh|Egyn seperti berteman dengan monyet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Om Naresh
|Egyn seperti berteman dengan monyet

Egyn Zavinka
Haha, memang|

Om Naresh
|Egyn nya mana?

Egyn Zavinka
Ini Egyn|

Egyn ZavinkaIni Egyn|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OM NARESHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang