“Naruto memanggil Desainer untuk memesan gaun baru?” Sasuke menatap Kakashi yang berdiri di hadapannya dan pria berambut putih itu mengangguk. Menghela napas pendek, “Katakan beli sebanyak dia mau, nanti saya yang bayar.” ujar Sasuke di angguki Kakashi yang segera undur diri dan menemui Naruto di kamarnya yang sedang sibuk memiliki gaun baru.
“Bukankan anda menyukai gaun yang mengembang?” tanya sang Desainer kepada Naruto. Selama ini gadis muda itu selalu memilih gaun dengan model bawahan yang mengembang indah.
“Saya ingin gaun yang biasa saja seperti ini. Tetapi harus tetap terlihat indah dan cantik untuk anak seusia saya.” ujarnya menunjukkan buku yang berisi gambar-gambar gaun rancangannya.“Baik saya mengerti, anda pasti akan cantik.” ujarnya. Semua gaun yang Naruto pilih adalah gaun dengan bagian bawah yang jatuh tidak mengembang. Semua gaun yang dia pilih cantik dan elegan.
“Nona, ada Tuan Kakashi.” ujar Matsuri kepada Naruto, kemudian ia mendekat dan berbisik bahwa Kakashi adalah asisten pribadi Uchiha Sasuke.“Ada apa?” tanya Naruto.
“Yang Mulia Grand Duke akan membayar semua gaun yang anda beli hari ini.” ujarnya.
Naruto tersenyum tipis penuh kemenangan, “Dia suami yang baik.” ujarnya pelan. Sikap dan cara Naruto berbicara terus Kakashi perhatikan dengan seksama. Gadis itu berubah, pikirnya.
“Saya permisi.” Kakashi segera pergi dan kembali ke kamar Sasuke untuk melaporkannya.
“Ada apa?” tanya Sasuke.“Saya rasa Nona banyak berubah.” ujarnya.
“Berubah?” Sasuke mendongak menatap Kakashi, ia bahkan menutup buku yang sejak tadi ia baca.
“Cara dia duduk, berbicara dan tersenyum. Sikapnya juga.”“Benarkah? Itu bagus jika perubahannya baik.” sahut Sasuke.
“Saya seperti melihat orang lain.”
Sasuke terdiam menatap Kakashi cukup lama.
“Dia terlihat sangat dewasa dan juga sikapnya penuh kehati-hatian. Walaupun saya baru melihatnya selama beberapa menit.”
Wajar Kakashi merasa aneh. Naruto di ingatan mereka adalah gadis pendiam yang selalu berjalan dengan kepala tertunduk dalam. Bahkan gadis itu hampir tidak pernah berbicara dengan siapapun.
“Biarkan saja. Kita harus kembali ke Selatan minggu depan. Jadi pekerjaan disini harus segera selesai. Untuk pembangun mansion saya disini, bagaimana prosesnya?”“Semuanya sudah selesai, Yang Mulia. Anda tinggal memesan barang apa saja untuk mansion anda.”
Sasuke mengangguk puas. Akhirnya ia tidak perlu lagi tinggal di rumah mertua ketika di ibu kota bersama Naruto. Naruto juga tidak perlu lagi kembali ke mansion Namikaze. Mansion itu ia bangun khusus untuk Naruto bahkan nama Naruto tertera sebagai pemilik mansion di surat kepemilikan.
“Saya akan menemui istri saya. Kamu urus sisanya soal barang-barang untuk mansion.”
“Baik Yang Mulia.”
Sasuke beranjak menuju kamar Naruto dan melihat istri kecilnya itu sudah selesai memilih gaun dan Desainer sudah siap untuk pergi bersama dua asistennya.“Yang Mulia.” mereka semua mengangguk hormat kepada Sasuke lalu keluar meninggalkan Sasuke dan Naruto di dalam kamar.
“Ada apa Yang Mulia?” tanya Naruto, ia tetap di posisi duduknya yang nyaman.Sasuke memilih duduk bersebrangan dengannya, kedua mata hitam pria itu menatap Naruto begitu dalam.
“Apa ada yang salah?” tanya Naruto bingung.
“Kamu berubah.” ujarnya.Naruto tidak langsung menjawab dan memilih untuk mengamati lawan bicaranya dan memikirkan apa terlebih dahulu apa yang akan dia katakan.
“Kepala saya sempat terbentur ketika saya tenggelam lalu saya melupakan banyak hal. Saya juga berpikir apa yang sudah saya lakukan itu tidak baik, jadi saya harus berubah.” jawabnya hati-hati.
“Begitu ... Tapi, kepalamu tidak terbentur saat itu, Naruto.” ujar Sasuke datar, “Kamu tenggelam, sudah sangat dalam. Saya menyelamatkamu sebelum kamu hilang.” tambahnya. Namun, Sasuke sangat ingat saat Naruto tersenyum ke arahnya dan mengarahkan kedua tangannya ke arah Sasuke lalu gadis itu masuk ke dalam pelukannya dan tak lama tubuh Naruto sempat bersinar keemasan.“Oh kepala saya terbentur ketika saya berjalan menuju pantai. Saya sempat tidak sengaja tersandung dan jatuh menghantam batu untung saja kepala saya tidak berdarah.” sahut Naruto cepat.
“Saya tidak peduli dengan apapun yang ingin kamu lakukan tapi tolong jangan merusak citraku dengan aksi bunuh diri.” ujar Sasuke menatapnya lama, “Mansion yang saya bangun di Ibu Kota sudah selesai, kita akan pindah dan tinggal disana. Saya yakin kamu juga sudah tidak nyaman tinggal disini meski ini rumah orang tuamu. Satu minggu lagi, saya juga harus kembali ke Selatan, dan kamu sekolah yang baik, Naruto.” ujarnya lalu beranjak pergi dari kamar Naruto.
“Dia pria yang tidak punya hati.” ujar Naruto pelan setelah kepergian Sasuke, “Sepertinya gadis ini memiliki banyak masalah di dalam hidupnya.” gumam Naruto menatap pintu yang tertutup.
Ia menghela napas pendek kemudian beranjak menuju meja belajarnya dan menemukan sebuah buku catatan kecil di dalam laci meja. Buku berwarna merah muda dengan gambar bunga Sakura. Naruto membuka buku kecil itu dan menemukan bahwa itu buku diary.
Di dalamnya terdapat banyak curhatan gadis muda bernama Naruto termasuk dia menjadi korban bully di sekolah. Banyak anak-anak yang menghinanya karena dia gadis lemah yang tidak memiliki mana bahkan di anggap tidak layak masuk dan belajar di akademi sihir kekaisaran.
“Mana ... Seperti di dalam Anime dan manga, cukup di bayangkan saja lalu kekuatan akan muncul.” ia kembali teringat perkataan Matsuri bahwa keluarga Namikaze terlahir dengan elemen angin dan petir atau bisa di sebut dengan listrik di dunia modern.
Naruto menarik napas panjang lalu menghembuskan napasnya perlahan. Ia memejamkan kedua matanya membayangkan ada pusaran angin kecil di kedua tangannya yang kini ia tadahkan ke depan.
“ Angin kecil tunjukkan dirimu kepadaku.” gumam Naruto pelan lalu membuka kedua matanya memperhatikan kedua telapak tangannya yang kosong lalu perlahan pusaran angin yang kecil muncul. Ia tersenyum lebar, antara percaya dan tidak percaya bahwa ini nyata.
“Keren!” gumamnya senang melihat angin di tangannya lalu ia lenyapkan dengan gerakan singkat lalu angin itu menghilang, “Dunia tempatmu tinggal sangat menarik tapi sayang kenapa kamu ingin mengakhiri hidupmu. Aku saja sangat menginginkannya.” ujar Naruto pelan menatap lurus keluar jendela kamar, memperhatikan banyaknya pohon di luar sana. Ia penasaran bagaimana dunia di luar sana.
Cklek!
“Nona, Yang Mulia Grand Duke meminta anda untuk bersiap. Anda akan pindah ke mansion baru miliknya dan juga saya di perbolehkan ikut karena saya pelayan anda sejak kecil.” ujar Matsuri dengan senyuman lebar.
“Tentu.” Naruto mengangguk dan Matsuri terlihat sangat senang.Akhirnya kami keluar dari neraka, pikir Matsuri.
Naruto kembali ke meja belajar saat Matsuri sibuk berkemas. Ia menyimpan buku diary Naruto sebaik mungkin dan beberapa benda penting lainnya ia simpan di dalam satu kotak agar tidak tercecer saat di bawa.
“Matsuri ....”
“Iya?”
“Apa nanti bisa temani saya berkeliling di ibu kota?” tanya Naruto.“Tentu saja setelah kita selesai pindah terlebih dahulu.”
“Terima kasih.” Naruto mengangguk pelan. Ia sudah tidak sabar untuk melihat dunia di luar sana seperti apa.“Nona semua gaun baru anda akan tiba dalam waktu satu minggu dan akan di antar ke mansion baru. Lalu dua hari lagi anda harus kembali ke akademi.”
“Baik.” Naruto mengangguk mengerti. Dia akan pergi ke sekolah, yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan. Naruto sungguh sangat senang dan ingin merasakan bagaimana rasanya berangkat sekolah meskipun berbeda zaman dan dunia tapi itu tidak masalah baginya.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
General Wife
FanficSeorang agen intelijen gagal dalam melaksanakan misinya hingga ia mati tertembak di sebuah dermaga dan jatuh ke dalam lautan. Dia pikir dia akan mati tetapi dia malah berusaha untuk menyelamatkan seorang gadis muda yang tenggelam bersama dengannya...