Chapter 04

517 59 26
                                    

"Ayolah lebih cepat lagi! Kau ini lelaki apa perempuan?"

"Aku kan perempuan!"

"Hah?" Chen mengedipkan matanya beberapa kali, otaknya berusaha untuk memproses ucapan [Name].

"Kau seorang perempuan? Pantas saja suara mu aneh"

"Iri ya aku lebih ganteng daripada kau yang sebagai lelaki?" Tanya [Name] menunjukkan senyuman bangga dia menyibak poninya kebelakang.

"Najis, tapi bagi seorang perempuan kau lumayan juga dalam fisik... tapi soal stamina sepertinya kau agak lemah" Chen duduk di atas batu sambil memainkan pedang Mon nya. "Apa kau punya penyakit asma atau semacamnya?"

[Name] mendudukkan dirinya di rerumputan. "Tidak sih, fisikku memang kuat tapi soal stamina sih.." [Name] menggaruk pipinya dan menghembuskan nafas.

"Tapi punya fisik yang kuat adalah keuntungan yang bagus, nah bagaimana kalo kau tunjukkan kemampuanmu?"

"Dengan senang hati"

----

"Aku hampir mengiranya seorang lelaki terutama dalam fisik nya, apa ada alasan soal penampilan nya?" 

"[Name] makanannya sudah siap!" Chen menyajikan sepiring makanan diatas meja makan, dia juga menuangkan segelas air.

"Sebentar!"

Hari sudah malam membuat mereka berdua menghentikan latihan mereka.

Memang untuk sementara waktu [Name] numpang di rumah Chen karena memang tidak ada hotel di kota itu.

"Kelihatannya enak, aku baru tahu kau bisa memasak" [Name] mengambil garpu dan ingin menggunakannya untuk menusuk sebagian dari makanan itu.

Chen menepuk tangan [Name] menggunakan spatula kayu. "Masih panas, memasak itu adalah skill dasar hidup.. dan jangan berpikir bahwa kau menumpang disini gratis"

[Name] menatap lelaki itu dari sudut matanya, dahinya mengerut. "Iya iya, aku bisa membersihkan rumah selama kau tidak ada"

"Tapi ada satu hal yang ingin aku tanyakan" Chen duduk di kursi lalu dia mengambil sumpit. "Darimana kau mendapatkan pedang Mon kepala naga? Kau tau kan Monkart mu itu cukup legendaris, orang-orang bisa saja menculik nya sampai-sampai menjualnya"

"Panjang ceritanya" [Name] mengambil beberapa daging dan memindahkannya ke piringnya yang sudah berisi nasi.

"Yang jelas aku mendapatkan nya dari seseorang"

"Seseorang?" Tanya Chen dia berbicara dengan mulut penuh makanan, dia pun menelannya.

"Ya kali aku bilang padanya bahwa ini dari Kazuhiko, pasti bakal curiga"

"Siapapun itu mengingatkan ku akan seseorang" [Name] mendengar itu menaikkan alisnya.

"Seseorang?"

"Guruku, Keith Hayst.. dialah yang mengajariku sejak lama sekali" Chen meneguk segelas air sebelum dia mengeluarkan sebuah foto dari saku celananya.

"Aku dan Xiaolong benar-benar beruntung bisa bertemu dengan guruku dan Draka" sambung Chen memberikan foto itu pada [Name].

"Owalah bapaknya Jin toh" pikir [Name] melihat kearah foto itu.

"Kalo gak salah dia mati karena Destro kan..?"

----

Sang gadis masuk kedalam sebuah rumah mansion besar miliknya sang bodyguard membukakan pintu rumah untuk nona nya. Saat masuk sang gadis disambut oleh seorang wanita yang memiliki warna mata mirip dengannya.

"Aku pikir kau akan pulang malam, ibu" ucap gadis itu menatap wanita didepannya yang berstatus sebagai ibunya.

"Ya sebenarnya ibu pulang karena mengambil dokumen yang ketinggalan, aku dengar sebulan lagi kau akan menghadapi ujian akhir semester" ucap sang ibu mendekati putrinya dan mendekatkan wajahnya pada telinga putrinya.

"Kau tau apa yang harus kau lakukan kan? Jika nilai ujian mu menurun, maka ibu tidak mengizinkan mu berteman dengan orang-orang yang kau sebut sahabat itu" sambung sang ibu.

Perkataan sang ibu serasa tusukan pisau yang menusuk ke tubuh sang gadis, **** menatap ibunya dengan tatapan kosong sebelum mengangguk.

"Baik ibu"

"Jangan lupa itu ****"

---

"Dasar tidak tahu diri, dia masih saja berbicara seperti itu soal teman-teman ku.. sungguh kenapa dia terlahir sebagai ibu ku sih?" Batin **** membaringkan tubuhnya di atas kasur setelah ia sampai di kamar pribadinya.

"Sampai kapan aku harus seperti ini..? Sialnya aku harus merahasiakan ini dari ayah"

Sang gadis menjadi sempurna bukan karena keinginannya melainkan keinginan ibunya, ia harus menjadi sempurna dari semua murid sekolah dan harus berada diperingkat pertama dengan semua nilai pelajaran sempurna.

Ia terpaksa melakukan keinginan dari sang ibu jika tidak dia tidak bisa berbicara lagi dengan teman-teman nya maupun sahabatnya.

Parahnya lagi jika dia tidak menuruti ibunya maka saudarinya akan di siksa habis habisan oleh ibunya begitupun dengan dirinya.

Sungguh kejam bukan?

Dipaksa untuk sempurna demi keselamatan adiknya maupun dirinya, dan bahkan ia harus merahasiakan ini dari ayahnya, beserta teman-temannya maupun orang lain.

Lalu kenapa ibunya memaksanya menjadi sempurna?

"Ibu melakukan ini dengan kebaikan mu sendiri, masa depanmu tidak akan cerah dengan menggambar hal hal tidak berguna" itulah alasan kenapa ibu nya memaksanya sempurna.

Pintu terbuka menampilkan sosok gadis yang agak mirip dengannya, itu adalah kembaran nya.

"Hey, apa kau tadi di marahi oleh ibu?" Tanya sang gadis sebut saja *"*"* mendekati ****.

"Tidak juga, bagaimana soal latihan voli mu?" Tanya **** sesaat *"*"* duduk di atas kasurnya.

"Ya begitulah, latihan seperti biasa.. kami juga ikut turnamen antar sekolah loh, diadakannya kalo tidak salah saat kau dalam masa ujian sih"

"Begitu ya, walaupun saat ujian pasti aku akan menyempatkan diri untuk melihat turnamen mu" wajah *"*"* seketika berubah ia memegang kedua bahu milik saudari nya.

"Kau tidak harus melihat ku saat turnamen nanti.. akan bahaya jika kau hilang fokus soal ujian mu" ucap *"*"* dengan raut wajah khawatir ia meraih pergelangan saudarinya. Ia menyingkirkan lengan baju milik **** menunjukkan perban yang mengelilingi pergelangan tangannya.

"Aku tidak ingin kau di lukai lagi oleh ibu.. jadi tolong jangan di paksakan ok?" **** Tersenyum seraya ia mengelus rambut milik saudarinya.

"Baiklah.. tapi aku tidak janji loh" *"*"* mengerutkan keningnya kesal akan jawaban dari saudarinya.

"Kan sudah kubilang apa! Jangan keras kepala!" Ucap *"*"* mencubit kedua pipi ****.

"Iya-iya"

----

"Lumayan juga ceritanya.."

[Name] membaringkan tubuhnya dikasurnya, matanya menatap langit-langit kamar.

"Aku masih tak percaya aku berada didunia ini.. dunia yang selama ini aku impikan.. aku harus menjadi lebih baik didunia ini"

To be continued

[Name] cocoknya sama siapa nih?

10 Juli 2024

New Life In Monkart World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang