"Baiklah **** sebentar lagi kau akan menghadapi ujian, jadi kau harus melakukan yang terbaik.. harus menjadi yang terbaik" batin **** melihat pantulan wajahnya pada cermin.
Kini dia berada di salah satu toilet sekolah dekat dengan kelasnya dia menyalakan keran mulai membasuh tangannya menggunakan air.
"Wah wah lihat siapa yang ada disini, sang peringkat pertama atau aku sebut saja sang gadis sempurna" wajah **** berubah drastis sesaat dia melihat seorang gadis dibelakang nya menggunakan pantulan kaca.
"Apa mau mu? Bianca.." ucap **** mengeringkan tangannya menggunakan sapu tangan yang ia bawa dari rumah.
Gadis bernama Bianca itu tersenyum dia berjalan mendekati gadis itu kini keduanya saling berhadapan.
"Oh tidak ada, hanya ingin berbincang kecil denganmu. Sudah lama sekali ya kita tak berbincang berdua seperti ini, kau selalu sibuk dengan teman-teman mu terutama dia-"
"Katakan saja apa yang kau mau Bianca" ucap **** memotong ucapan Bianca.
Gadis didepannya tersenyum lalu kembali berucap. "Kau tau.. aku heran padamu, kenapa kau sangat ingin berteman dengan mereka.. hanya saja kau itu sempurna, seharusnya kau tidak berteman dengan mereka.."
"Lalu? Apa hubungannya dengan itu?" Tanya **** tidak mengerti akan ucapan Bianca, dia ingin sekali pergi dari hadapan gadis didepannya.
"Jangan berpura-pura tak tahu.. kau sempurna, kau sangat pintar, selalu peringkat pertama, semua orang mengagumi sosok dirimu yang baik hati ini dan bahkan sampai seseorang menyukai mu.. tapi.."
**** menaikkan alisnya kebingungan saat Bianca menghentikan ucapannya, gadis didepannya ini berjalan mendekati nya lalu memajukan wajahnya sampai didekat telinga ****.
"Sadar tidak bahwa kau sangat tidak cocok berteman dengan mereka.. derajat mereka sangat berbeda denganmu, derajat mu lebih tinggi dari mereka.. kenapa kau tidak bergabung denganku dan teman-teman ku dan lupakan saja soal.. orang-orang rakyat jelata seperti mereka"
**** Membelalakkan matanya dia segera mendorong gadis didekatnya menjauh menatapnya penuh amarah, siapa sih yang tidak marah saat temannya di ejek?
"Tarik kembali kata-kata mu!"
"Apa? Aku hanya bilang yang sebenarnya kok.. lagipula kau juga sadar bahwa mereka berbeda denganmu, kan?" Tanya Bianca senyuman masih terukir diwajahnya.
**** kembali terdiam, baiklah jujur dia mengaku bahwa dia dan teman-temannya memang cukup berbeda terutama soal, ya. Derajat.
Memang sejak awal ibunya selalu melarangnya untuk berteman dengan orang dibawah derajatnya alias harus berteman dengan orang yang sederajat dengannya. Tapi gadis itu tidak menginginkan hal itu, rasanya cukup berbeda.
"Dan kau seharusnya menyadarinya dari awal sih terutama saat kau dimanfaatkan"
"Dimanfaatkan..?"
"Ya, orang-orang yang kau maksud itu memanfaatkan mu loh. Kau tidak sadar ya bahwa mereka memanfaatkan kepintaran mu, kepopuleran mu, kebaikan mu, hanya untuk kesenangan mereka sendiri.. coba pikirkan awalnya mereka itu hanya orang-orang biasa bukan? Tapi sejak sahabat dekatmu itu mengajakmu bergabung mereka populer bukan? Nah mereka populer karena mu ****"
**** Terdiam saat mendengar seluruh ucapan Bianca sambil menundukkan kepalanya.
Gadis itu teringat akan kenangan dimana dia pertama kali bertemu dengan sahabat nya, Flora dimana mereka tak sengaja bertemu di perpustakaan saat ingin mengambil buku.
Flora memang bukan teman sekelasnya bisa dibilang dia anak kelas sebelah, **** sedikit tahu tentangnya kalau Flora itu sangat menyukai hal-hal tentang alam ataupun hewan.
**** Memang pernah melihat Flora saat jam pulang dimana dia membawa pot-pot tanaman bersama dengan teman-temannya, wajar saja sih mereka itu mengikuti ekskul alam.
Sejak hari itu dia dan Flora mulai lebih sering bertemu dan mulai mengobrol kebetulan sekali bahwa mereka memiliki hobi yang sama yaitu menonton animasi/anime. Dia dan Flora hari semakin hari bertambah dekat lalu Flora memperkenalkan **** pada teman-temannya yang lain.
Sejak saat itu mereka menjadi dekat selalu istirahat bersama, belajar bersama saat ujian, dan masih banyak lagi. Teman-teman nya semakin dikenal banyak orang atau sebut saja populer saat mereka terus bersama.
"Namaku Flora senang bisa bertemu denganmu! Aku mendengar banyak tentang mu terutama saat kau selalu menjadi peringkat pertama!"
"Jadi namamu **** ya? Flora menceritakan banyak tentang mu, mau berteman?"
"Anu bisa bantu aku soal rumus ini? Aku tidak terlalu mengerti soal ini, aku memang bodoh dalam angka"
"Kau benar-benar pintar, pantas saja kau selalu peringkat pertama.. hey, lain kali ajari aku ya?"
"Sejak kau mengajariku sedikit soal ini, aku jadi semakin faham. Lain kali aku traktir makan sebagai ucapan terimakasih, bagaimana?"
"Uhh ya akhir-akhir ini memang banyak sekali gadis mengirimkan aku surat cinta.. itu terdengar aneh sih, mungkin karena aku dekat denganmu aku jadi populer? Entahlah, siapa peduli sih"
**** Kini teringat akan seluruh kemenangan yang dia alami saat pertama kali bertemu dengan Flora, diajak bergabung dengan teman-teman nya, membantu mereka soal pelajaran, belajar bersama saat ujian datang, teman-teman nya yang semakin populer karena dirinya, dirinya yang kini menaruh perasaan pada salah satu temannya dan masih banyak lagi.
Gadis itu kembali larut akan pikiran nya setelah dia pikir memang sejak awal seluruh teman-teman nya semakin terkenal oleh beberapa murid karena dirinya.
Sejak awal sih mereka hanya murid biasa hanya dikenal oleh beberapa murid saja, tapi saat **** bertemu mereka semuanya berubah.
Lalu dimana **** selalu mengajari teman-teman nya saat mereka tak faham soal mata pelajaran tertentu, selalu belajar bersama terutama saat ujian.
Semakin lama dia akrab dan dekat dengan mereka semakin mereka dikenal oleh banyak murid-murid.
"Nah jadi bagaimana menurutmu, ****?"
----
"Berapa lama lagi kita sampai ke kota Sky Valley?" Kuby menutup mulutnya berusaha untuk tidak muntah karena mual.
"A-apa bisa kalian diam?" Mereka semua memandang Louis, tubuhnya gemetaran.
"Louis apa kau baik-baik? Tubuh mu gemetaran"
"Aku tidak takut atau gemetaran! Aku tidak takut ketinggian atau hal semacam itu!"
Yang lainnya sudah tahu dengan jelas bahwa Louis takut akan ketinggian wajar saja tubuhnya gemetaran.
"Daripada hal itu.." kini pandangan mereka berfokus pada [Name] yang tidur, dia menggunakan paha milik Sena sebagai bantal.
Sang Putri bahkan tidak masalah saat pahanya menjadi bantal, malah dia sekali-kali mengelus kepala [Name].
"Putri, memangnya pahamu tidak pegal?" Tanya Sir Joke, [Name] sudah menjadikan paha Sena sebagai bantal cukup lama.
"Tidak kok, malah lucu saat melihat nya tidur seperti ini" ucap Sena tersenyum dia juga memainkan rambut biru tua milik [Name].
"Kesempatan dalam kesempitan" ucap Jin memutarkan bola matanya kesal melihat pemandangan itu.
To be continued
[Name] cocok sama siapa ya? Ayok vote
Chen x [Name], kalo ini mah dari mentor student(?) to lovers
Vettel x [Name], sementara ini enemies to lovers
Kira-kira cocoknya yg mana ya? 🤔
13 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life In Monkart World
RandomMonkart x Fem!Readers [ ON GOING! ] [ Monkart ©® SAMGAnimation ] [ Story ©® @Itsluna_07 ] --- Seorang gadis bernama [Name] dia mengira bahwa dirinya akan masuk ke alam lain, tapi siapa sangka dia malah berada didunia lain Dunia itu adalah dunia yan...