Hari ini ada anak baru.
Mulut anak-anak serasa sudah tersihir untuk setidaknya mengatakan kalimat itu sekali saja untuk hari ini. Tiap kedatangan sesuatu yang baru, mereka akan mulai membahasnya seperti wabah latah. Bumbu-bumbu tak penting akan ditaburkan. Kemudian mereka akan terbagi menjadi dua kubu karena bumbu itu. Menyukai, atau membenci.
Hanya saja mungkin akan jadi pengecualian untuk kali ini, karena anak baru yang datang masuk ke dalam selera semua orang. Pemuda itu memancarkan aura perdamaian yang begitu kuat seolah ia datang dari surga. Anak-anak ingin memujanya jika saja ia mau disembah. Anak lelaki berusaha untuk berada di sekelilingnya agar tertular keberuntungannya.
Namun, mereka lupa bahwa di setiap wilayah ada orang-orang yang berkuasa. Mereka harus terima jikalau harus kalah sebelum berperang. Mereka harus menerima kenyataan bahwa mereka jatuh sebelum berjuang.
"Namanya Kim Taehyung."
Gadis yang sedang mendengarkan biografi singkat tentang anak baru yang mencuri perhatian semua orang itu memberi tatapan datar pada sosok Kim Taehyung —pemuda yang sedang berjalan ke arahnya dengan barisan pengikutnya, tanpa tahu bahwa ia sedang diintai oleh empat singa betina yang sedang mencari pemimpin bagi mereka. Satu yang begitu tertarik bahkan menyempatkan mengabsen tiap jengkal tubuhnya dalam waktu singkat itu. Mata, hidung, dan bibirnya sangat menonjol. Tahi lalat di ujung hidung bahkan menambah daya tarik.
"Berapa tingginya?" tanya gadis berambut hitam bergelombang dengan pita merah di rambutnya itu tanpa minat. Namun, baru saja ia dan ketiga gadis lainnya membalik badan mengikuti arah perginya Taehyung yang keberadaannya tak lagi nampak karena kerumunan di belakangnya.
"Sekitar seratus tujuh puluh delapan ..." Si Blonde berwajah aristokrat menginterupsi. Namun, tak merasa ingat dengan detail yang baru ia sampaikan karena ia belum melakukan riset secara mendalam.
"Apa kesukaannya?"
Si rambut bergelombang dengan pita merah mulai memimpin jalan, maka tiga yang lain dengan kompak mengikutinya di belakang. Si blonde berwajah aristokrat berperawakan paling tinggi sementara dua yang begitu intim karena terus bergandengan sepanjang jalan nampak seperti dua gadis polos yang sedang menjalani pelatihan masuk geng preman.
"Aku tidak tahu pasti, tapi dia bersama bukunya sepanjang hari."
"Ingat Ruby Jane, ini hari pertamanya. Bisa jadi itu cuma pencitraan. Seperti kebanyakan anak orang kaya, mereka tolol." Satu yang berponi di barisan belakang tiba-tiba menginterupsi. Tahu arti senyum yang terbit dari bibir si rambut bergelombang sebelum ini. Dari sekian banyak tipe yang bisa dia jadikan patokan untuk standar lelaki yang akan disukainya, yang pintar masih jadi nomor satu.
"Kita semua orang kaya, Lalisa. Kau ingin bilang kita semua tolol?" Satu yang berwajah seperti manusia paling waras di rombongan baru saja melontarkan kalimat menohok sehingga yang dipanggil Lalisa dengan cepat menunjukkan mimik tersakiti.
"Maksudku bukan begitu."
"Jadi, Roseanne ... apa yang harus kulakukan?"
"Untuk sekarang, tandai saja dulu."
"Bagaimana kalau kupeluk? Gadis-gadis yang mengerumuninya harus diperingatkan."
"Kita harus cari tahu dulu dia tertarik padamu atau tidak."
"Apakah aku pernah ditolak?"
"Bisa jadi ini kali perdana kalau selaranya bukan kau."
Si rambut bergelombang yang dipanggil Ruby Jane mencebikkan bibir. Dari segala jenis bumbu pedas yang ada di dunia ini, kata-kata Jisoo selalu lebih pedas dan menimbulkan efek samping. Siapa sangka kalimat jahat nan menyakitkan bisa keluar dari mulut gadis secantik bidadari itu. Yang lebih tidak masuk akal, gadis dengan kadar kepercayaan diri paling unggul dari manusia lain bernama Ruby Jane ini tiba-tiba merosot jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ON THE ROCK
Fanfiction"Saat kalian berciuman, cobalah untuk memegang miliknya. Sekedar memastikan dia gay atau bukan."