5. Membuka Jalan

220 46 8
                                    


"Jadi ini kamarmu?"

Sambil melangkah masuk, bola mata itu bergulir ke segala penjuru. Mengabsen tiap detail yang ia temukan di tempat baru yang memiliki aroma Taehyung sekali. Ada rasa manis yang tercium. Wangi yang mahal namun anggun. Hanya ... Jennie tak bisa menebak merek pewangi itu dengan tepat karena selera mereka ternyata jauh berbeda.

Jennie menyukai aroma alam. Ia menyukai aroma kayu ataupun laut, sementara yang tercium di kamar Taehyung cenderung wangi bunga yang menenangkan. Feminim sekali. Seperti aroma gadis tangguh.

Jennie mendengar pintu kamar baru saja ditutup. Debumannya cukup keras seolah sengaja dilempar untuk menarik perhatian. Menoleh ke belakang sejenak, ia temukan Taehyung masih berdiri memegangi kenop pintu sembari memandang ke arahnya lekat. Secara tiba-tiba bulu kuduk Jennie meremang. Ia kemudian mencoba mengalihkan nuansa kaku yang tercipta dengan menjatuhkan pantat di atas ranjang milik pemuda itu dan menyentuh selimutnya. Pemuda itu tidur di tempat seperti ini. Tanpa sadar gadis itu tersenyum.

"Apa kau menyembunyikan DVD dan majalah porno di suatu tempat? Kau juga memiliki yang seperti itu?" tanyanya bermaksud bercanda, sebab matanya menangkap rak kecil di sudut ruangan di mana terdapat tumpukan kaset dan buku-buku.

Lagi pula suasana sangat aneh karena pemuda itu hanya diam saja. Kepala Jennie mendadak buntu. Tak bisa menemukan ide-ide. Taehyung nampaknya suka mengoleksi barang-barang lama. Di tahun-tahun sekarang siapa orang yang masih menonton DVD?

"Kau bertanya seolah mengenal banyak lelaki yang memiliki kecenderungan demikian," sahut Taehyung seraya melangkah mendekat. Menarik kursi belajar dan duduk di sana dengan posisi terbalik. Punggung kursi ia peluk, kepalanya ia sandarkan selagi tatapannya menyorot Jennie lekat.

Gadis itu tentu mulai tidak nyaman. Sejak kemarin nampaknya cara Taehyung menatapnya menjadi berbeda. Seolah dia sangat tertarik dan penuh minat. Jennie bahkan mulai khawatir dengan penampilannya. Ia takut jikalau saat sedang dipandang lipstiknya belepotan. Atau maskarannya mungkin luntur. Yang terburuk, jangan sampai ada kotoran mata. Secara cepat suhu tubuh gadis itu meningkat. Ia mulai kegerahan. Kewalahan menahan debaran jantung yang seakan mau mendobrak tulang rusuknya.

"Kata temanku semua lelaki itu mesum," jelasnya menolak kontak mata.

"Benar. Semua lelaki memang seperti itu," sahut Taehyung membuat Jennie makin tak karuan.

Mengapa? Mengapa pemuda ini perlu membenarkan kalimatnya? Apa dia ingin memberitahu Jennie bahwa dia juga bagian dari para lelaki itu? Apa tatapannya saat ini juga diselimuti pikiran-pikiran seperti itu?

"Mengapa suhu di ruangan ini tiba-tiba panas?" gumam gadis itu sembari mengibaskan tangannya di wajah.

"Kau gerah?" tanya Taehyung.

"Eum. Haruskah kubuka bajuku?"

"Buka saja. Bukankah begitu rencanamu?"

Jennie terkesiap. Ia yakin baru saja melihat Taehyung menyunggingkan setengah bibirnya. Pemuda itu meledek dan menantang Jennie. Maka gadis itu tidak mau kalah. Ia pun dengan tenang melepas outer yang ia kenakan. Masih dalam pengawasan ketat Taehyung. Lagi pula ia memang harus pastikan bahwa Taehyung ini normal atau tidak, 'kan? Belum terlambat untuk mengakhiri semuanya, toh jika memang Taehyung tidak normal, ia tak akan bisa melakukan apa-apa pada Jennie.

Mengibaskan rambut setelah melepas outer seharusnya cara paling dasar untuk menggoda pemuda yang mengaku menjadi bagian dari lelaki mesum ini. Namun, Taehyung masih tak goyah. Ia tetap menatap Jennie lekat hingga gadis itu merasa tenggorokannya gatal dan posisi duduknya tak nyaman.

"Haruskah kulepas bajuku juga?" tanya Taehyung sembari berdiri.

Tiba-tiba pemuda itu sudah menjulang tinggi hingga bayangannya menutupi Jennie. Ini tidak seperti bayangan Jennie. Taehyung yang berani bukanlah apa yang ia inginkan. Pemuda itu tiba-tiba berdiri sambil mencoba melepaskan sweternya. Melihatnya, Jennie merasa seperti akan tertimpa longsor. Hingga gadis itu akhirnya kalah dan memutuskan berdiri sebelum pemuda itu meloloskan sweternya. Dengan wajah merah ia mulai mencari alasan.

ON THE ROCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang