Jennie baru sadar dirinya mabuk ketika tak berhenti tertawa. Mungkin karena lelucon yang dilemparkan Taehyung padanya, atau sebenarnya ia sedang menertawakan dirinya sendiri. Entah. Ia mungkin meneguk lima atau bahkan sepuluh gelas Wine. Sekarang kepalanya terasa berat. Tiap sepatu hak tingginya berpijak, ia bisa merasakan bumi berotasi.
Merasa tidak lagi kuat untuk tetap berdiri, pun tidak mungkin ia tetap bertahan dalam kondisi mabuk atau ibunya akan mengomel. Yang paling penting calon mertuanya tak boleh tahu kalau ia anak nakal. Meski sejak Taehyung berkata tak memiliki ketertarikan secara seksual padanya, Jennie rasanya ingin menghancurkan perjodohan itu.
Jennie bukannya marah ataupun tidak rela harus melepas pemuda setampan Taehyung. Hanya ... ia mulai berpikir pemuda itu tidak akan cocok dengannya. Dia pasti akan merepotkan di masa depan. Dan yang penting, jika tak ada ketertarikan seksual berarti tidak ada seks. Tidak ada seks berarti tak ada anak. Tak ada anak berarti tak ada penerus perusahaan. Itu buruk. Siapa yang akan menghabiskan harta ayahnya setelah Jennie mati?
Merasa tak sanggup lagi melangkah sendiri, gadis itu mencoba mencari ponselnya di dalam tas untuk menghubungi sang sopir pribadi. Namun, pandangannya kini juga mulai kabur. Pun, gerakan tangannya tak terkendali. Jennie sibuk mendumal pada tasnya yang sulit untuk dibuka hingga tak memperhatikan langkahnya. Malang karena ia sudah sampai di lobi restoran di mana tempat itu cukup ramai karena menjadi tempat hilir mudik tamu yang datang dan pergi. Hingga tiba-tiba, Jennie merasa menabrak seseorang.
Tas dan ponselnya yang belum sempat ia raih jatuh. Seandainya pohon yang ia tabrak mungkin nasibnya pun tak akan jauh beda dengan dua benda itu. Namun, beruntung ada seorang pemuda dengan sigap menahannya. Jennie merasakan lengannya digenggam dengan erat oleh seorang pemuda yang kini menatap lekat dirinya.
Pemuda yang tampan dan memesona. Proporsi wajahnya seksi sekali.
Namun, menolak mentah-mentah pesona itu menjeratnya, Jennie segera berdiri tegak. Tanpa mau repot-repot berterima kasih ia malah menampik tangan pemuda itu. Tak melupakan tasnya yang jatuh, ia dengan cepat memungutnya. Tak lupa mengacungkan jari tengah pada pemuda yang baru menabrak sekaligus menolongnya itu di perjalanannya keluar.
Bukan kemauannya. Saat mabuk kelakuannya memang sedikit aneh. Siapa pun pemuda itu pasti akan kesal karena Jennie bahkan tidak lupa tersenyum saat mengejeknya.
Sampai di depan restoran, Jennie merasakan ada yang menaruh kain di atas bahunya. Ia pikir pemuda yang tadi mungkin mengejarnya. Tahu bahwa dia mabuk dan memutuskan menolong. Namun, saat menoleh kemudian mendongak, Jennie malah temukan Taehyung sedang memegangi kedua bahunya. Dia menggiring Jennie masuk ke dalam sebuah mobil.
Aroma musk yang begitu maskulin. Jennie baru sadar bahwa jas pemuda itu yang kini membalut tubuhnya. Hangat tubuh pemuda itu masih tersisa di sana. Jennie akui bahwa dirinya merasa nyaman. Namun, kemudian ia bertanya-tanya mengapa Taehyung mengikutinya. Mereka kini duduk bersama di kursi belakang mobilnya. Sang sopir baru saja menginjak pedal dan kereta besi itu mulai melaju meninggalkan restoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ON THE ROCK
Fanfiction"Saat kalian berciuman, cobalah untuk memegang miliknya. Sekedar memastikan dia gay atau bukan."