9. Tak Ada Kemajuan

375 52 20
                                    

Mungkin ini hanya sebatas rasa penasaran. Namun, Jennie tahu sekali ia menyerahkan diri apa yang sudah dirusak tidak bisa diperbaiki lagi. Tidak apa-apa, toh mereka pada akhirnya akan menikah. Jennie tidak akan bisa membatalkan semuanya meski jika ia ingin. Kebebasannya sudah lama direnggut, jadi kali ini pun tak ada bedanya.

"Tae, kau sedang apa?"

Jawabannya tak kunjung datang membuat Jennie cemas. Mungkin sudah semenit setelah ia menanggalkan gaunnya dan melihat Taehyung telanjang dada di hadapannya. Namun, penglihatannya hanya sampai di sana. Pemuda itu kemudian menutup matanya menggunakan kain merah sebagai syarat sehingga Jennie pikir Taehyung menyukai gaya seks yang penuh dengan kekerasan. Meski takut, meski cemas, rasa penasaran yang kuat memaksanya untuk bertahan.

Dingin. Malu. Cemas. Meski ia tidak telanjang bulat. Hanya dengan berpikir Taehyung sedang memandang tubuhnya membuat degup jantungnya menggila.

"Kau tidak sedang mengambil gambarku, bukan? Kalau iya ... tidak jadi!"

Tiba-tiba berpikir demikian, Jennie segera menurunkan kain yang menutupi matanya karena kamar yang berubah sunyi. Takut jikalau Taehyung merekamnya tanpa kesepakatan. Namun, ketika ia berhasil melihat kembali apa yang Jennie temukan berhasil membuat pipinya bersemu merah.

"Curang! Mengapa membuka penutupnya?" kata Taehyung lagi sembari berusaha menutupi selangkangannya dengan tangan.

Ya. Pemuda itu sudah telanjang bulat. Mungkinkah sedari tadi dia sedang memandangi Jennie sambil menyentuh dirinya sendiri? Astaga! Jennie tidak bisa menahan tawa.

"Ma-maaf. Apakah aku perlu menutup mataku lagi?" tanya Jennie menawarkan.

Melihat Taehyung menolak menatapnya dengan pipi merah hingga telinga sepertinya Jennie tidak perlu bertanya. Namun, sebenarnya Jennie punya ide lain jika memang Taehyung bersedia. Meski ia amatir. Meski ia tidak berpengalaman. Ia ... ingin menyentuh dan mencoba membangunkan apa yang sedang coba Taehyung tutupi. Jennie merasa gemas. Ia ingin melihat penampakannya, seberapa besar ukurannya, bagaimana dengan warnanya.

"Apa ... hentikan saja di sini?" tanya Taehyung kemudian membuat senyum Jennie buyar.

"Apa?" tanyanya bingung.

"Kau sepertinya tidak mempercayaiku," jawab pemuda itu sambil memasang wajah kecewa.

Gadis itu tergugu. Ia mengusuk wajahnya dan masih gemas. "Kau seperti teka-teki, Kim Taehyung," tuturnya.

"Kau tak ingin memecahkan teka-teki itu?" tanya Taehyung lagi dengan wajah putus asa.

Ah, siapa yang bisa terhindar dari pesona semacam ini?

"Mau. Sangat mau," jawab Jennie tanpa berpikir.

"Maka tutuplah matamu lagi," sahut Taehyung sembari melepaskan tangannya. Sebelum Jennie sempat melihat apa yang baru disembunyikannya, tangan pemuda itu sudah terulur untuk mengikat kembali kain merah yang semua menutup mata Jennie.

Dibaringkannya gadis itu kembali ke ranjang. Ditelusurinya tiap jengkal tubuh gadis itu dengan jemarinya membuat Jennie menggigit bibir. Diam-diam pemuda itu menghela napas lega. Tak lama, ia nampak melongok ke bawah kasurnya. Temukan sebuah kepala yang sedang menengadah ke arahnya. Park Jimin yang pucat dan gemetaran.

***

"Sepertinya tidak ada kemajuan, ya?"

Ketika Jennie melihat bahu itu terangkat tinggi sebelum akhirnya jatuh dramatis bersama napas keras dari mulut, itu berarti tebakannya benar. Ditambah dengan situasi yang sedang mereka perhatikan di depan sana. Seorang pemuda bersenyum manis dengan mata yang tinggal segaris itu nampak berbincang akrab dengan seorang gadis yang baru saja Rose sebutkan sebagai mantan pacar pemuda itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ON THE ROCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang