"Ada Jennie."
"Jennie?"
Jihyo menunjuk ke arah tangga menuju rooftop, tempat seorang gadis kini tengah mencoba bersembunyi dari sesuatu. Meski benar Taehyung masih bisa melihat wujudnya dengan amat nyata bahkan mengenali wajahnya. Hanya saja pemuda itu tidak berniat menatapnya terang-terangan agar gadis itu kesal sekalian.
Gadis aneh yang bicara ngelantur di kelasnya pagi tadi.
"Jadi namanya Jennie?" gumam Taehyung sambil manggut-manggut.
Mereka baru saja tepat melewati gadis itu. Nampaknya respons yang Taehyung berikan cukup tepat. Terbukti gadis itu tak lagi mencoba mendekatinya. Baguslah.
Punya wajah yang digolongkan dalam kategori tampan tidak selalu menguntungkan. Taehyung tidak pernah beruntung karena itu, sebab ia bukan orang yang narsis dan menyukai perhatian. Kepribadiannya yang tertutup membuatnya malas bertemu orang-orang, sementara menjadi tampan membuatnya harus menerima konsekuensi untuk menjadi pusat perhatian. Jujur saja itu melelahkan.
Taehyung menyukai alam. Dia suka membaca buku dan mendengarkan musik klasik. Tidak banyak anak muda memiliki selera sama sepertinya sehingga ia juga berakhir dikucilkan karena dianggap tidak menyenangkan. Namun, di tempat ini ia bertekad untuk berubah. Lebih tepatnya dipaksa berubah.
SMA Saerin merupakan sekolah mahal bagi anak-anak Chaebol di kotanya. Sekolah unggulan di mana rata-rata muridnya berotak cerdas bahkan sudah punya masa depan cerah. Taehyung pikir masuk ke SMA itu tidak akan merepotkan karena orang kaya terbiasa melihat wajah-wajah tampan bahkan bisa dengan mudah bertemu artis. Namun, Taehyung memang setampan itu. Dia memiliki daya tarik. Dia tidak membosankan kendati cukup pendiam. Gadis-gadis kaya yang memiliki standar tinggi saat memilih pasangan nampaknya menjadikan Taehyung sebagai pilihan karena pemuda itu terlihat sempurna untuk mereka secara materil maupun visual.
"Apa dia memang aneh? Dia cantik, tapi aneh," papar Taehyung sambil bergidik.
Jihyo yang sejak jam istirahat menemani pemuda itu berkeliling tertawa. Tidak habis pikir akhirnya ada juga pemuda yang menatap gadis nomor satu di SMA Saerin seperti melihat ulat bulu. Padahal, anak-anak lelaki biasanya berubah wujud menjadi iblis penggoda jika bertemu Jennie. Apakah ini yang disebut keadilan? Pemuda tampan tidak selalu harus berpasangan dengan gadis cantik.
"Kurasa dia mengatakan sesuatu yang begitu percaya diri padamu," sahutnya.
Taehyung mengangguk. "Kurasa dia bukan gadis yang akan tunduk pada seorang pria."
"Begitulah. Dia sangat dominan. Anak pejabat saja mau mencium sol sepatunya demi kencan sehari dengannya."
"Terdengar seperti gadis jahat."
"Tapi aku kagum dia tidak pernah terlihat patah hati karena seorang lelaki setelah putus dan tidak pernah menjadi pihak yang bucin. Meski anak-anak bilang dia sadis, nilainya selalu di atas rata-rata. Dia menghormati guru dan para senior meski ibunya adalah ketua yayasan sekolah kita. Dia tidak pernah malas-malasan."
"Jadi yang kulihat tadi itu momen langka?" gumam Taehyung tak percaya.
"Itu adalah sebuah tanda," sahut Jihyo ambigu.
Karena kalimat itu langkah Taehyung melambat. Ia merasakan firasat buruk, terlebih karena gadis yang menjabat sebagai ketua kelas itu baru saja memberinya senyum menggoda.
"Tanda?" Pemuda itu tergugu.
"Dia menandaimu sebagai miliknya," jelas Jihyo.
"Sontoloyo."
Memang aneh. Kesan Taehyung tentang gadis bernama Jennie Ruby Jane yang bermarga Kim itu akan selalu demikian. Selain itu Jennie juga menandai hari pertama Taehyung masuk SMA Saerin sebagai hari buruk karena setelahnya Taehyung harus melewati satu hari penuh dengan tertekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ON THE ROCK
Fanfiction"Saat kalian berciuman, cobalah untuk memegang miliknya. Sekedar memastikan dia gay atau bukan."