7. Gadis Telanjang

556 72 20
                                    

"Dia mau?"

Satu anggukan samar datang sebagai jawaban. Park Jimin ikut menganggukkan kepala sebelum pandangannya ikut menerawang jauh ke atas langit malam yang kelam. Pemuda di sampingnya memang nampak begitu tenang dan santai, tapi Jimin paling tahu bahwa sekujur tubuh teman sekaligus tuannya itu tengah dilanda serangan panik. Dua belah bibir penuhnya tak berhenti menyesap nikotin di tangan. Sebentar lagi dia akan menyeringai.

"Bukankah ada beberapa hal yang harus kulakukan nanti? Apakah aku harus menciumnya?" tanyanya kemudian dengan pandangan menerawang.

Jimin tiba-tiba menjadi gugup. Taehyung memang tidak terlalu memikirkan perasaan orang lain. Ia membicarakan semua aibnya pada Jimin. Seakan Jimin benda mati yang tidak memiliki emosi. Dan, ya ... Jimin selalu menahan emosinya. Berusaha bersikap santai bahkan kadang cenderung memihak. Nampaknya itu membuat Taehyung sedikit bergantung padanya. Jikalau pemuda ini menjadi jahat sedikit saja, Taehyung tidak akan pernah selamat.

"Apakah itu berarti Anda akan berpura-pura menjadi normal?" tanya Jimin kemudian.

"Aku normal, 'kan? Kecuali hasratku," jawab Taehyung.

"Kenapa tidak mencobanya?" saran Jimin tersirat.

"Maksudmu?"

Taehyung bukannya tidak mengerti ke mana arah tujuan kalimat Jimin barusan. Hanya saja ia perlu tahu secara detail. Sejauh apa Jimin akan mendorongnya.

"Anda tidak benar-benar pernah meniduri  seorang gadis, bukan?"

Taehyung kembali menghembuskan asap nikotin dari mulutnya. Mendesah gelisah.

"Ya ... gadis telanjang itu tidak menarik," ungkapnya kemudian.

"Mungkin saja Jennie berbeda."

"Maksudmu?"

"Coba saja dulu."

 Jimin tahu ia tengah menghasut Taehyung untuk melakukan sebuah tindakan kriminal. Pun nampaknya pemuda itu tidak bermaksud menolak. Tatapan matanya malam itu menunjukkan seolah ia siap melakukan apa pun demi Jennie. Entah apakah memang Taehyung sungguh menyukai gadis itu. Seseorang seperti Jennie Kim memang tidak bisa ditolak, bukan?

Mimik yang Taehyung tunjukkan pada Jimin malam berikutnya mungkin jadi pertanda bahwa pemuda itu telah melakukan beberapa hal selama kencan mereka. Bisa jadi Taehyung sungguhan sudah mencium Jennie di dalam bioskop. Atau malah lebih dari sekedar itu, Jimin tidak berani bertanya. Pemuda yang tersenyum hanya di saat-saat penting itu tidak membiarkan lengkungan di bibirnya mengendur. Tatapannya tidak pernah teralihkan dari wajah Jennie sedikit pun di tengah remangnya kelab. Kim Taehyung benar-benar sudah kepincut dengan Jennie Kim.

Jimin lantas tergugu.

"Astaga! Aku melakukan dosa besar," gumamnya tidak tahan.

Ia seakan menyesal telah mengajari tuannya sesuatu yang nakal. Namun, sesungguhnya penyesalan Jimin lebih dari itu. Melihat senyum Jennie yang begitu sumringah karena kencannya berhasil membuat Jimin merasa bersalah.

"Kau nampak tertekan."

Jimin merajuk ketika teriakan itu mengusik ketenangannya. Pemuda berbibir tebal itu segera mengalihkan pandangannya dari Taehyung dan Jennie yang sedang menikmati dentuman musik sambil menari tipis-tipis di meja mereka. Menjatuhkan pandang sebentar pada gadis berambut blonde  yang baru saja duduk di sisinya dengan segelas Tequila di tangan.

Roseanne Park. Salah satu sahabat dekat Jennie. Jimin mengenalinya dan baru sadar mereka memiliki marga yang sama. Hanya saja gadis ini lebih beruntung karena terlahir dari keluarga Park kaya raya. Anak-anak yang masuk SMA Saerin bukan orang yang lahir menjadi manusia biasa-biasa saja. Bahkan Jimin yang masuk karena beasiswa pun memiliki kelebihan. Keluarganya dikenal sangat kompeten saat bekerja hingga bisa menjadi kepercayaan orang-orang kaya. Bahkan kesetiaan mereka pada atasan membuat nama keluarga Jimin terpandang dengan cara yang berbeda walau tidak masuk jajaran orang kaya sejak orok. Namun, tetap saja untuk berinteraksi dengan gadis seperti Roseanne Park hal seperti itu tetap tidaklah cukup. Pada gadis seperti itu Jimin seolah secara otomatis menghamba.

ON THE ROCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang