[20] The protector

20 6 0
                                    

"Lo gak kedengeran kaget diawal, itu artinya lo udah tau gue siapa sebelum lo nginjakin kaki lo di sini," kata Yoshi berbalik menatap Karina tajam.

Karina benar-benar membenci tatapan itu. Dilain sisi ia juga bersyukur akhirnya tatapan lembut dan polos itu menunjukkan jati diri yang sebenarnya.

"Dan akhirnya lo milih gue dibandingkan dia," lanjut pemuda itu menunjuk Jeno dengan ponsel Hao ditangannya.

"Gue gak butuh dia, silahkan lo mau ngelakuin apa aja ke dia gue gak peduli. Gue cuma mau lo lakuin satu hal," kata Karina.

"Dari dulu harusnya gini, lo pilih gue bukan Jeno. Jadi gue gak perlu ngelakuin itu semua dan Hao tetep hidup," balas Yoshi berhasil memancing emosi Karina namun kali ini ia juga berhasil mengontrolnya dengan baik.

"Gue mau lo akuin kalo lo yang udah nyebarin foto gue dan foto Giselle. Lo gak perlu ngakuin itu di kantor polisi, cukup minta maaf di socmed pake akun Grimm dan gue gak akan nuntut lo sama sekali. Gue juga gak akan ngomong apapun ke polisi tentang kematian Hao karena gimanapun gue gak punya bukti," jelas gadis itu.

"Itu aja? Jadi gue gak perlu ngakuin kan kalo gue ngebunuh Hao? Lo juga gak perlu tau apa yang gue bicarain sama Hao dan gimana gue ngebunuh dia?" kata Yoshi yang kemudian tertawa puas.

"Sekarang serahin hp Hao dan gue akan nyerahin Jeno ke lo," lanjut Karina.

Yoshi berjalan mendekati Karina dengan santai tanpa curiga berbanding terbalik dengan Karina yang sangat hati-hati. Setelah yang Yoshi lakukan ia benar-benar tidak dapat mempercayai pemuda itu. Pemuda itu pun menyerahkan ponsel milik Hao yang ada ditangannya pada sang gadis.

"Gak usah gugup gitu dong, atau lo perlu gue bacain dongeng dulu?" ujarnya tepat pada telinga Karina.

Karina menerima ponsel Hao kemudian langsung memasukkannya pada saku coat dan detik itu juga ia meraih pistol miliknya.

Sementara pemuda itu sudah mendorong kursi roda Jeno dan membawanya.

"Stop!" seru Karina yang sudah siap menodongkan pistol ke arah Yoshi saat dirinya membalikkan tubuh menatap sang gadis.

Karina memejamkan matanya dan dengan perasaan yang didominasi amarah ia menarik pelatuk pada pistol itu.

Dor!

Selanjutnya yang terjadi Yoshi berhasil jatuh tersungkur, namun bukan karena sang gadis, melainkan karena Jeno.

Pemuda itu bangkit dari kursinya lalu dengan cepat menendang Yoshi menjauh.

Tembakan Karina meleset setelah itu Jeno dengan cepat menghujam Yoshi, mendaratkan tinjunya berkali-kali pada wajah polos pemuda itu.

"Lo bilang dosis obat tidurnya besar!" seru Yoshi sempat-sempatnya berbicara dengan Karina.

Hal ini jelas diluar rencana gadis itu. Karina berniat membunuh Yoshi dengan tangannya sendiri setelah dia mengakui perbuatannya pada Hao. Namun ternyata Jeno tidak menyentuh sedikitpun minumannya dan Karina melewatkan hal itu.

"Arghh!!!" teriak Karina menyalurkan emosinya.

Bugh!

Satu pukulan terakhir sebelum pandangan Yoshi menjadi gelap.

"Gue tau lo bukan Karina," ujar Jeno kemudian.

"Karena Karina butuh penjelasan tentang kematian Hao," lanjut pemuda itu.

"Gue kan udah bilang gak pake kekerasan!" seru Karina tiba-tiba, Jeno memerhatikannya bingung.

"Gue bilang gue yang akan nyelesain semuanya! Toh gue gak nyakitin Karina. Lagi pula dia pantes dibunuh setelah yang dia lakuin sama Karina! Bisa aja gue coba ngebunuh dia lagi tadi, tapi lo malah teriak-teriak!" kata gadis itu lagi.

"Karena gue protector dan itu satu-satunya cara gue ngelindungin semuanya dengan nyalurin emosi lo," finalnya.

Wish You Were Here | 00line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang