8.

268 41 1
                                    

Bibi Lian tidak mau mendengarkan alasannya "Untungnya aku masih punya sisa di dapur, aku akan membawakanmu sisa tehnya sekarang juga!"

"Bibi Lian, aku baik-baik saja.." Lisa ingin memberitahunya kalau tubuhnya baik-baik saja. Dia baik-baik saja, tapi Bibi Lian sudah pergi tanpa mendengarkannya.

Bibi Lian  membawa kembali sisa teh herbal dari dapur beserta ampasnya dan meletakkannya di depannya.

"Nyonya, sebaiknya diminum selagi masih hangat" ucap bibi Lian sambil berdiri tegak. Jelas sekali kalau dia tidak akan pergi ke mana pun sampai Lisa selesai meminum tehnya.

Lisa menatap mangkuk di depannya, setidaknya dua kali ukuran mangkuk sebelumnya, dan dia bisa melihat ampas mengambang di atas mangkuk. Lisa sudah bisa merasakan pahitnya bagian belakang lidahnya dan perutnya mulai bergejolak.

"Bibi Lian, haid ku baik-baik saja. Aku tidak memiliki periode yang menyakitkan lagi."

Bibi Lian tidak mau mendengarkan sepatah kata pun yang diucapkannya,  dia bahkan mengira Lisa hanya mencari alasan.

Satu atau dua bulan yang lalu, sebelum kecelakaan sang tuan, Nyonya bahkan tidak bisa bangun dari tempat tidur selama menstruasi. Bagaimana itu baik - baik saja?

Raut wajah Bibi Lian berubah "Nyonya, dokter Herbalis mengatakan bahkan jika tubuh mu sudah pulih, kau masih perlu meminum ini beberapa kali lagi untuk memperkuatnya."

"Tapi..."

"Ayo, minumlah. Kalau dingin sudah tidak enak."

Di bawah tatapan Bibi Lian yang tak tergoyahkan, Lisa tidak punya pilihan selain mengambil mangkuk dengan berani seperti dia akan pergi berperang sambil menenggak teh herbal.

Akan terlalu menyakitkan untuk meminumnya sedikit demi sedikit.

Setelah Lisa selesai menenggak teh herbal, dia terlihat lebih pucat daripada di pemakaman. Lisa menutup mulutnya, dan air mata hampir mengalir di wajahnya.

"Baiklah. Aku akan keluar sekarang." Ujar bibi Lian dengan puas. Karena itu, dia segera pergi dengan mangkuk kosongnya.

Lisa dengan cepat bangkit, mengunci pintu kamar tidur, dan mengambil permen yang biasa dia makan setelah teh herbal. Itu akhirnya memberikan sedikit kelegaan pada rasa pahit di mulutnya.

WHOOOSH!!

Hembusan angin masuk dari jendela yang terbuka dan meniup tirai tinggi - tinggi untuk jangka waktu yang lama. Tempat itu kosong di balik tirai, hampir seolah seseorang bersembunyi di baliknya.

Dengan bayangan itu dalam pikirannya, ditambah apa yang terjadi tadi malam, Lisa merasakan rambutnya berdiri di belakang lehernya.

Tiba - tiba, suara akrab terdengar di sebelah telinganya melalui gigi yang terkatup. Kedengarannya seperti tepat di sebelah telinganya tapi juga dari tempat yang sangat jauh pada saat yang sama. Itu sangat metafisik, tapi Lisa mendengarnya dengan jelas.

"Aku tidak tahu kau takut pada apa pun."

Lisa bergidik dan jantungnya berdebar kencang di dadanya. Lututnya lemas dan dia melihat sekeliling ruangan dengan hati-hati. Tidak ada orang lain di dalam ruangan itu selain dirinya.

Apa Seungcheol kembali?

Tidak! Itu tidak mungkin!

Lisa menolak untuk mempercayainya.

Seungcheol sudah mati dan tidak ada hantu.

Tidak apa-apa. Tidak apa-apa. Lisa hanya membayangkan semua ini. Mungkin karena ia sangat merindukan Seungcheol hingga  mendengar banyak hal.

Lisa menepuk dadanya untuk menghibur dirinya sendiri.

...

Wanita itu merasa ketakutan selama setengah malam sebelum akhirnya tertidur  hingga dia bangun secara alami di pagi hari.

Cahaya masuk melalui celah tirai dari luar jendela. Dia bangkit dari tempat tidur dan membuka tirai. Ada sebuah pohon raksasa di halaman, tingginya seperti rumah-rumah mewah dan dedaunannya subur. Beberapa burung kecil melompat-lompat di dahan sambil berkicau dengan keras dan terdengar dari dalam mansion.

Melihat itu, Lisa melakukan peregangan yang besar dan nyaman dan segera melupakan pemandangan menakutkan yang dia lihat di kamar tidurnya semalam.

Sebagai orang yang pernah berbagi ranjang yang sama dengan Seungcheol di masa lalu, dia harus bangun bersamanya setiap pagi dan membantunya memilih kemeja, jas, dan mengikat dasinya seperti babysitter penuh waktu yang merawatnya. .

Bahkan di akhir pekan ketika Seungcheol tidak harus pergi ke kantor, Lisa tetap bangun pagi, tidak pernah ada waktu baginya untuk tidur.

Setelah Seungcheol meninggal, Lisa sibuk memainkan peran sebagai seorang janda yang berduka yang tidak bisa makan atau tidur. Ini adalah kesempatan pertama dia bangun secara alami.

Setelah Lisa bersiap-siap, dia meletakkan tangannya di pegangan pintu. Saat hendak membuka pintu, ia menunjukkan pada roh Seungcheol, yang berdiri di dekatnya, akting pemenang penghargaan Oscar yang berubah dari sangat bersemangat menjadi seorang janda yang berduka dalam satu detik atau kurang.

Roh Seungcheol terlihat kagum dengan perubahan Lisa.

Ketika Bibi Lian, yang sedang duduk di dekat meja makan melihat Lisa turun, dia segera bangkit "Nyonya, kau ingin sarapan apa?"

Lisa yang tampaknya terbebani oleh banyak masalah, tersenyum "Beri aku dua potong roti dan satu cangkir susu."

"Oke, silakan duduk. Aku akan membawakannya untukmu sebentar lagi."

Lisa yang "putus asa" duduk di sebelah meja makan dan menunggu Bibi Lian membawakannya sarapan sambil berpikir, Seungcheol baru saja meninggal, berapa lama dia harus menunggu sebelum ia mulai terlihat baik-baik saja?

Tidak bisa terlalu cepat, yang lain akan bergosip.

Tidak bisa terlalu lama, Lisa tidak bisa lagi menampilkan seolah dunianya sudah berakhir dan dia tidak berselera makan.

Bibi Lian tahu kalau suasana hatinya sedang tidak baik akhir-akhir ini dan tidak nafsu makan jadi ia hanya mendapat roti dan susu. Lisa tersenyum dan menerimanya. Dia kemudian mulai menarik potongan kecil roti dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

Penampilan Lisa membuat Bibi Lian khawatir "Nyonya, kenapa kau tidak minum susu dulu. Aku hanya memberi mu dua potong roti panggang, kau harus menghabiskannya. Sarapan adalah makanan terpenting hari ini."

Lisa mendengarkan Bibi Lian dan menyesap susu panasnya.

"Oh ya, Bibi Lian. Kurasa aku akan keluar sebentar hari ini."

Bibi Lian yang khawatir tentang bagaimana cara membuat Lisa meninggalkan rumah,  langsung tersenyum ketika mendengar perkataan Lisa "Tentu! Kau harus keluar sebentar. Tidak sehat tinggal di rumah setiap hari!"

Lisa tersenyum pahit dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia akhirnya menyelesaikan sarapannya setelah 20 menit.

Tepat setelah Bibi Lian mengambil piring, dia mendengar suara klakson dari luar rumah. Ia melihat ke luar jendela dan tersenyum "Nyonya Manoban, kau datang!"

Seorang wanita yang mengenakan pakaian tradisional Tiongkok dengan bunga berwarna gelap perlahan keluar dari mobil.

Nyonya Manoban menua dengan sangat baik, rambutnya yang panjang dan keriting tergerai, dan gaun gaya Cina membuat tubuhnya tampak indah. Sulit untuk mengetahui usianya. Saat dia berjalan, ia tersenyum dan bertanya "Di mana Lisa?"

"Nyonya ada di atas." Bibi Lian lalu mengantarnya ke ruang tamu.

Nyonya Manoban berhenti sebentar di depan potret Seungcheol dan menyalakan dupa untuknya. Dia menghela napas dan berujar "Dia masih sangat muda. Bagaimana ini bisa terjadi?"

"Nyonya Manoban, aku sangat senang bertemu dengan mu. Kau harus berbicara dengan Nyonya. Akhir-akhir ini Nyonya sangat depresi dan hampir tidak nafsu makan. Ini tidak baik dalam jangka panjang."

"Ibu? Kenapa ibu ada di sini?" Lisa yang melihat ibunya ketika dia turun lagi. Untuk sesaat, ada pandangan yang tidak wajar pada dirinya.

TWMHVLH || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang