41.

357 42 0
                                    

Lisa dengan santai bertukar kata ala kadarnya dengan paman Seungcheol hingga mereka berdua mendengar suara kendaraan datang dari luar vila.

Sesaat kemudian, Seungcheol masuk dari luar. Dia tampak sama seperti biasanya, tanpa sesuatu yang aneh.

Lisa berdiri dari sofa dan memandang Seungcheol dengan sedikit gelisah. Dia dengan gugup mengatupkan kedua tangannya di belakang punggungnya.

Seungcheol berjalan ke ruang tamu dan berdiri di sana dengan kaki panjangnya, kembali menatapnya. Pria itu tampak sempurna seperti biasanya, kemeja, dasi, rompi, celana panjang, dan sepatu kulit hitamnya semuanya bersih dan tertata rapi tanpa noda, dan Seungcheol sudah melepas jasnya dan dengan santai menggantungkannya di salah satu lengannya.

"Kau… kau pulang?" Lisa awalnya ingin berbicara dengan percaya diri dan dengan nada yang benar, tapi yang keluar terdengar sedikit lemah dan bersalah. Tapi ia tidak tahu apa yang membuatnya merasa bersalah.

"Pamanmu datang, dia bilang dia ingin membicarakan sesuatu denganmu."

Mata dingin Seungcheol tertuju pada wajah Lisa, tapi akhirnya meluncur ke perut bagian bawah dan tatapannya melunak.

Di sampingnya, paman juga berdiri dengan bantuan tongkatnya dan mengambil beberapa langkah gemetar menuju Seungcheol dengan mata berkaca-kaca penuh 'cinta' "Seungcheol, kau pulang?"

Saat itulah Seungcheol mengalihkan pandangannya dan sepertinya memperhatikan pamannya di sana.

Alisnya sedikit berkerut, tapi dia tetap berjalan ke sofa, meletakkan jasnya, dan duduk di hadapan pamannya.

"Paman, sungguh mengejutkan melihatmu di sini hari ini. Apa yang bisa aku bantu?" Ekspresi dan nada suara Seungcheol tampak sama seperti biasanya, dan Lisa, yang duduk di samping Seungcheol, benar-benar tidak bisa menebak apa yang pria itu pikirkan.

Paman tampak sangat bersyukur karena Seungcheol menanyakan kabarnya. Air matanya mulai berlinang "Aku datang ke sini hari ini terutama untuk menemuimu. Kau sudah hilang selama beberapa bulan, kau pasti sangat menderita di luar, kan?" Dia memandang Seungcheol dengan hati-hati sebelum menghela nafas dan melanjutkan, "Sepertinya berat badanmu turun banyak. Kau harus menjaga dirimu baik-baik untuk sementara waktu berikutnya."

Wajah pamannya yang baik dan penuh kasih sayang, sampai-sampai orang yang tidak tahu apa-apa akan sangat percaya bahwa ada kasih sayang yang mendalam antara dirinya dan keponakannya.

Namun, Seungcheol sepertinya tidak terlalu peduli. Dia memasang ekspresi seperti biasanya, dingin dan memandang pamannya seperti seseorang yang berhutang satu juta dolar padanya.

"Aku mengerti. Apa paman punya hal lain yang ingin kau katakan?"

Nada suaranya sangat dingin bahkan Lisa pun merasa sedikit malu pada sang paman. Meskipun Seungcheol tidak pernah terlalu menyayangi pamannya di masa lalu, setidaknya dia selalu memperlakukannya sebagai kerabat, dan bahkan secara teratur memberinya uang. Namun, rasa dingin di matanya sekarang terlihat sangat jelas, dan hanya berkat kulit tebal pamannya Seungcheol masih bisa bersikap tenang seolah tidak ada yang salah.

"Sebenarnya, tentang terakhir kali Seungcheol, paman selalu ingin menjelaskan hal itu padamu. Kau harus tahu sifat pamanmu, aku tidak akan pernah berani menginginkan asetmu seumur hidupku!" Paman mulai marah ketika dia mencapai titik ini. "Itu semua karena wanita itu, Joy menipuku! Baru setelah polisi menjelaskan semuanya padaku, aku menyadari kalau seluruh masalah ini dilakukan oleh Joy. Saat itu, dia mendatangi ku dan mengatakan kau sudah meninggalkan 30% aset mu untukku dalam surat wasiat mu dan, tentu saja aku tidak mempercayainya pada awalnya, tapi kemudian Joy mengeluarkan seorang pengacara yang menunjukkan pada ku banyak bukti yang mengatakan bahwa itu benar dan surat wasiat itu nyata. Seungcheol, kau harus percaya padaku, paman hanya ditipu oleh Joy! Aku tidak pernah bermaksud membuat rencana melawanmu!"

TWMHVLH || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang