BAB ٥

73 30 58
                                    

Assalamuaikum, Merhaba!

Jangan lupa mampir di Instagram mereka berdua, yaa 🤍
@m4rtab4k_manies/ HaWa

"Ketika hati berserah kepada-Nya, takdir-Nya akan mengalirkan kebaikan yang tak kita sangka dalam hidup kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketika hati berserah kepada-Nya, takdir-Nya akan mengalirkan kebaikan yang tak kita sangka dalam hidup kita."

~ autor ~

Warning !!!
Baca nya pelan-pelan aja,
biar sampai ke hati
ke jiwa ke raga.

˚˖𓍢ִ໋🌷͙֒✧˚.🎀༘⋆

"Warda,"

Suara itu terdengar lembut, hampir seperti bisikan angin yang menerpa daun-daun. Aku menoleh ke penjuru taman, mencari sumber panggilan itu. Siapa yang memanggilku? Suara perempuan dengan nada lembut terus memanggilku berulang kali. Aku menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi taman tampak sangat sepi, hanya ada angin yang berbisik di antara pepohonan.

"Warda,"

Hatiku mulai berdegup lebih cepat. Langkahku terhenti di jalan setapak yang dipenuhi dedaunan kering. Aku bisa merasakan hembusan angin sejuk di wajahku. Pandanganku menyapu taman, mencari sosok yang memanggil namaku.

"Sayang,"

Aku berlari. Ketakutan mulai merayap di dadaku, meremas jantungku. Suara barusan terdengar berat dan dalam, jelas suara laki-laki. Langkah kakiku terasa berat, seolah-olah aku berlari di dalam mimpi buruk, tubuhku ingin melesat pergi namun seakan tertahan di tempat.

"Siapa itu?" tanyaku dengan suara bergetar, namun hanya hening yang menjawab.

"Nak,"

Huh ... Huh ... Huh...

Aku terbangun dengan napas tersengal-sengal, dada naik-turun cepat seperti habis berlari maraton. Keringat dingin membasahi kening dan punggungku, membuat kaus yang kupakai menempel tidak nyaman pada kulit. Ruangan terasa panas dan pengap, meski kipas angin berputar pelan di sudut kamar. Suara kipas yang lembut terasa seolah-olah tidak ada, tertelan oleh suara napasku yang berat.

Mimpi yang sama tiga hari berturut-turut, apakah ini wajar? Aku menolehkan kepala perlahan, pandanganku menyapu ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 02.30 dini hari. Angka-angka digital berwarna merah itu seperti menatapku, menambah suasana mencekam yang masih menggantung di udara.

"Astaghfirullah," batinku, seraya beranjak dari kasur. Kakiku terasa berat dan lemas, namun aku memaksakan diri untuk bangkit.

Aku melangkah perlahan menuju kamar mandi, lantai keramik yang dingin membuat bulu kudukku meremang. Aku membuka keran, membiarkan air mengalir sejenak sebelum mulai berwudhu. Air yang dingin menyentuh kulitku membawa sedikit ketenangan.

Selesai sholat, aku duduk di atas sajadah, pandanganku melayang jauh memikirkan mimpi yang kualami akhir-akhir ini. Meski tidak sama persis, suara dan nada panggilan tersebut selalu sama, seperti gema yang terus berulang dalam pikiranku. Aku menutup mata sejenak, merasakan setiap hembusan napas yang mulai stabil.

HaWa [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang