Assalamuaikum, Merhaba!
Jangan lupa mampir di Instagram mereka berdua, yaa 🤍
@m4rtab4k_manies/ HaWa"Ketenangan dan kebahagiaan sejati hadir ketika kita menjadikan ridha Allah sebagai tujuan utama dalam setiap langkah hidup kita."
~ Hamza Zein Faqih ~
Warning !!!
Baca nya pelan-pelan aja,
biar sampai ke hati
ke jiwa ke raga.˚˖𓍢ִ໋🌷͙֒✧˚.🎀༘⋆
Aku menuruni tangga satu per satu, dan dari sini sudah terlihat punggung seseorang yang membelakangiku. Ada rasa iseng muncul, dan aku berniat menghampirinya untuk mengagetkannya.
Mengendap-endap, berharap langkah kakiku tidak terdengar, semakin dekat... semakin dekat... semakin dekat...
"DOR!!"
"Zahra!" satu kata yang terucap dari bibirnya ketika kaget, suaranya terdengar serak namun akrab.
Aku terdiam seperti patung, menatap Mas Ahkam yang sekarang sedang kesal, terlihat dari alisnya yang berkerut dan tarikan napasnya yang terdengar lebih cepat.
"Astaghfirullah dek, jangan gitu lagi, Mas kaget." katanya sambil mengusap dadanya, berusaha menenangkan diri.
Aku beranjak dari tempatku, merasa sedikit bersalah, lalu memilih duduk di sebelah Mas Ahkam di sofa yang sama.
"Mas kangen Mbak Zahra, ya?" tanyaku perlahan, menatap wajahnya yang terlihat sedikit sendu.
Mas Ahkam hanya memberikan senyum singkat, senyum yang kalau diibaratkan seperti senyum yang penuh kenangan. Matanya tampak menerawang jauh, seolah sedang memandang sesuatu yang tidak terlihat olehku.
"Warda boleh peluk Mas, gak?" tanyaku lembut, berharap bisa memberikan sedikit penawar kerinduan itu.
Tanpa menjawab, Mas Ahkam langsung memelukku erat dan meletakkan kepalaku di dadanya yang hangat.
"Mas bisa anggap adek seperti Mbak Zahra, biar kangen Mas terobati."
"Maaf dek, Mas tidak bisa menganggap orang yang bukan Zahra menjadi Zahra. Bagi Mas, Mbakmu itu hanya Mbakmu, tidak ada yang sama dengan yang lain." Lanjutnya dengan suara yang lebih tegas namun tidak lantang.
"Mas cuma kangen sama manjanya, sama bawelnya, sama nurutnya," ucapnya, suaranya semakin lirih, mengingat kenangan-kenangan bersama Mbak Zahra.
"Adek sebenarnya juga kangen, Mas," aku menjawab, merasakan hal yang sama.
"Tapi gak apa-apa kok Mas, kangen kan manusiawi. Apalagi sama seseorang yang gak bisa kita temui lagi," kataku sambil berusaha tersenyum.
Mas Ahkam hanya mengangguk, matanya berkaca-kaca. Dia mencoba tersenyum tapi terlihat jelas kesedihan di balik senyuman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HaWa [HIATUS]
أدب المراهقين!!! Warning !!! Follow dulu, sebelum baca. Setiap bab, klik bintang vote. Terimakasih 🤍 Warda, seorang anak pemilik pondok pesantren Ar Rahman yang mengabdi menjadi guru PAI. Dari kecil, Warda di bekali ilmu agama dan kesehariannya yang hanya berad...