31. Pergi Menemui Ibu

240 23 1
                                    

"Tidak ada yang lebih hangat dari dekapan ibu. Tidak ada yang lebih indah dari melihat senyuman ibu. Tapi, sayangnya kita berdua tidak melihat keindahan itu."

---Langit & Bumi---

__________✨__________

"Masih gak ada kabar dari Bumi?" Tanya Satria

"Gak ada, gue kemarin udah muter-muter dan datang ke setiap tongkrongan yang ada. Nihil, gak ada jejak Bumi." Jawab Vanendra

Lapangan tampak sepi. Hanya ada anak-anak 'Manusia-manusia Kuat' yang memutuskan berkumpul di tribut lapangan indoor untuk membahas Bumi. Mereka tidak lelah untuk mencari Bumi. Segala penjuru kota sudah mereka cari. Bahkan sampai tempat-tempat tak terduga sekalipun sudah mereka datangi. Tak tertinggal satu hari pun mereka menghubungi rumah sakit tempat Bumi di rawat untuk mencari apakah Bumi kembali ke sana atau tidak. Tetap saja nihil. Bumi seperti hilang tak meninggalkan jejak sedikit pun.

"Gak mungkin Bumi ke luar kota kan? Atau jangan-jangan dia pergi ke luar negeri?" Tebak Adrian dramatis

Ren tidak tinggal diam. Ia menempeleng kepala Adrian berharap otak Adrian kembali berpikir ke jalan yang benar.

"Lo kalau mikir yang masuk akal. Bumi gak punya banyak waktu buat ambil paspor, kemas-kemas pakaiannya. Dan lo kemarin lihat kan cctv rumah Bumi gak menunjukkan kedatangan Bumi sama sekali?" Balas Jefan kesal

Adrian mengendikan bahunya, "Kalau ayahnya yang ngirim Bumi ke luar negeri gimana? Bisa aja kan, Bumi di buang ke sana karena err terlalu merepotkan."

Jefan menghela nafas. Ia akan membuka mulutnya, namun Haikal sudah berseru heboh.

"Coy, bisa jadi!?" Seru Haikal heboh sendiri

"Coba pikir, Bumi keluar rumah sakit sendirian. Bisa aja dia di jalan, di culik sama suruhan ayahnya buat pisahin Bumi dan Langit. Pokoknya kaya di film-film gitu." Lanjut Haikal

"Tapi kan---" lagi-lagi Jefan yang ingin menyangkal di hentikan oleh Adrian

"Itu yang gue maksud. Lagian Bumi di sini kaya gak di anggap anak. Dan di anggap merepotkan sama ayahnya. Jadi, ayahnya memilih mengirim Bumi ke luar negeri aja daripada di sini cuma jadi beban. Wah ... keren banget kita, Kal!" Adrian bertos dengan Haikal. Merasa sangat bangga dengan opininya itu

Sebenarnya masuk akal. Tapi, apakah sejahat itu ayah Bumi pada anaknya sendiri? Meski kenyataannya yang mengirim Bumi ke rumah sakit adalah ayahnya. Tapi mungkin akan sangat merugikan, karena Bumi itu tidak terlalu bisa bahasa Inggris. Alih-alih Bumi bukankah lebih baik Langit yang di kirim ke luar negeri.

"Tapi kalau gue jadi ayahnya Bumi, gue bakal kirim Langit. Kenapa? Sama aja rugi kalau kirim Bumi ke sana. Langit tentu bisa berprestasi tapi Bumi ... " Ujar Ren menatap teman-temannya

Satria mengangguk tanda setuju, "Gue mikir juga gitu. Kalian tahu kan gimana musuhannya Bumi sama bahasa Inggris sedangkan bahasa yang umum di gunakan di luar negeri adalah bahasa Inggris."

"Tunggu ... ini kenapa malah bahas luar negeri, dah? Belum tentu juga Bumi ke sana." Tutur Jefan

Adrian menyenggol lengan Han, "Telpon Langit!"

"Buat apa?" Jawab Han bingung

"Tanyain Bumi udah ada kabar apa belum. Lagian tuh bocah katanya mau rundingan mengatur strategi mencari Bumi malah gak masuk." Dumel Adrian

"Kenapa gak lo aja yang telpon?" Han mengeluarkan ponselnya mencari-cari kontak Langit

"Kuota gue habis hehe!"

[1] DEAR, ABANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang