Bab Tujuh Belas

320 18 8
                                    

Tubuh Hyona semakin tak menentu ketika ia bangun pagi ini. Bukan hanya perih di tangan dan ulu hati, wanita itu juga demam tinggi. Marah ternyata sangat menguras energi dan Hyona baru sadar sejak kemarin ia belum menelan makanan apa pun. Wanita itu mencoba untuk duduk sambil merintih sakit. Sebuah handuk kecil jatuh dari keningnya. Hyona juga melihat bubur dan obat di atas nakas, lengkap beserta catatan kecil.

Aku paham kau muak denganku dan tidak ingin melihatku lagi. Tidak apa-apa. Ambil waktumu sebanyak yang kau mau. Tapi kau harus tahu, aku tetap akan di sisimu.

Aku mencintaimu, istriku.

Sebulir air mata jatuh lagi membasahi pipi Hyona, tapi dengan cepat ia menghapusnya. Wanita itu meremas catatan Kyuhyun dan melemparnya ke tempat sampah. Tanpa memedulikan bubur dan obat yang telah Kyuhyun sediakan, Hyona memilih turun dari ranjang demi menyiapkan makanannya sendiri.

Dilihat dari kondisinya sekarang, wanita itu sebenarnya tidak sanggup. Wajahnya pucat pasi dan langkahnya limbung. Sudah beberapa kali Hyona hampir terjatuh jika tidak berpegangan pada sesuatu. Ketika menuruni tangga, Hyona merasakan dunianya berputar. Hampir saja wanita itu jatuh jika Kyuhyun tidak segera menahan tubuhnya.

Selama beberapa detik Hyona menyesuaikan diri dengan buminya yang masih bergerak-gerak. Lalu ia menepis keberadaan Kyuhyun lagi. “Pergi.”

“Kau sakit. Istirahatlah.” Kyuhyun berusaha memegangi Hyona yang bersikeras menuruni tangga, tapi wanita itu menolaknya. “Apa yang kau butuhkan? Biar kuambilkan untukmu.”

“Aku hanya butuh kau pergi dari hadapanku.”

“Hyona, please, kau—“

“Kubilang pergi!” Meski kesakitan setengah mati, wanita itu masih bisa menatap Kyuhyun tajam. “Menyingkir dari hadapanku! Aku bisa hidup sendiri tanpamu.”

Kyuhyun menghela napas. Pria itu pun mengalah dengan mengambil langkah mundur. Tapi ia tidak pergi. Siap siaga andai sewaktu-waktu Hyona limbung lagi. Tapi toh wanita itu sanggup menggerakkan kakinya hingga menginjak dapur. Wanita yang sedang lemah itu dengan keras kepala membuat sarapan sendiri meski hanya dengan roti tawar dan susu.

Rasanya Kyuhyun gatal ingin menggendong Hyona ke kamar. Tapi tidak dilakukannya demi menghormati permintaan Hyona. Dan yang Kyuhyun lakukan kini hanya diam, memperhatikan istrinya dari kejauhan.

***

Seolah belum cukup membuat sarapan sendiri, Shin Hyona juga bersikeras untuk bekerja. Hyona memang menunda jadwal konseling hari ini. Bagaimana mungkin ia bisa memberikan konseling pada orang lain di saat dirinya sendiri hancur? Tapi wanita itu tetap pergi ke kantor SH Personality Development Center. Sebagai seorang CEO, masih banyak pekerjaan yang bisa ia lakukan tanpa harus berinteraksi dengan orang lain.

Kyuhyun masih setia mengikuti Hyona. Pria itu mengikuti mobil Hyona dengan mobilnya sendiri. Ketika tiba di kantor SH PDC, Kyuhyun menunggu di sebuah ruang tamu. Tak lupa pria itu meminta tolong pada Han Jinju, agar manajer Hyona itu bisa mengawasi istrinya dari jarak yang lebih dekat. Juga meminta tolong pada Jinju agar menyuruh Hyona istirahat. Siapa tahu jika bukan Kyuhyun yang meminta, wanita itu akan menurut.

“Kenapa Cho Daepyeonim tidak masuk saja ke ruangan Shin Daepyeonim?” tanya Jinju saat Kyuhyun meminta bantuan.

“Aku khawatir, tapi aku juga tidak ingin mengganggu pekerjaannya.” Kyuhyun berbohong tentu saja. “Jadi tolong katakan padanya untuk tidak lupa istirahat. Aku ada di sini jika sewaktu-waktu istriku membutuhkanku.”

Daepyeonim, Anda romantis sekali,” puji Jinju.

Kyuhyun hanya tersenyum tipis. Gadis berusia pertengahan dua puluhan itu tidak tahu saja alasan kenapa dirinya dan Hyona bisa sampai seperti ini.

Hyona benar-benar tidak mau menemui Kyuhyun bahkan hingga malam menyapa. Cho Kyuhyun nyaris tertidur di ruang tamu SH PDC jika Jinju tidak membangunkannya dan mengatakan bahwa Hyona hendak pulang. Kyuhyun mengucapkan terima kasih dan buru-buru mengejar Hyona. Wanita itu tidak langsung pulang, dan malah berhenti di sebuah pojangmacha.

Kyuhyun menghela napas. Astaga, Hyona sedang sakit. Kenapa malah menegak soju begitu?

Kyuhyun mengurut keningnya yang berdenyut. Seandainya dulu ia tidak menerima Jia menjadi sekretarisnya, seandainya dulu ia tidak terhanyut oleh godaan Jia, semua ini tidak akan terjadi. Shin Hyona tidak akan tersakiti.

***

Kyuhyun menghampiri Hyona yang mabuk berat. Terang saja, wanita itu menghabiskan dua botol soju seorang diri. Kyuhyun memanggil jasa sopir untuk membawa mobil Hyona pulang, sementara ia menggendong istrinya, mengajaknya pulang bersama.

“Aku yang berdosa, kenapa kau yang menderita?” Kyuhyun membelai wajah Hyona saat ia sudah membaringkan tubuh istrinya di ranjang mereka. “Hukum aku, Hyo, jangan siksa dirimu sendiri seperti ini.”

Kyuhyun mengecup kening Hyona dengan segenap rasa penyesalan. “Jika kau bersedia memaafkanku sekali ini saja, aku janji akan selalu memperlakukanmu dengan baik. Maafkan aku.”

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

War of Life (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang