Bab Dua

116 11 1
                                    

Cho Kyuhyun sedang meneguk wine ketika pundaknya ditepuk oleh Lee Donghae. Pria itu duduk di samping Kyuhyun, memesan minuman pada bartender, kemudian menoleh pada temannya. “Tumben mengajakku minum.”

“Hanya sedang suntuk.”

“Kenapa? Istrimu tidak mencari? Anakmu di mana?”

“Istriku sedang di Jeju. Mengisi seminar dadakan yang tidak bisa dia tolak karena profesornya yang meminta. Putriku sedang berakhir pekan dengan kakek neneknya.”

“Dan tinggallah kau sendiri bermuram durja di sini,” lanjut Donghae, membuat Kyuhyun mendengus kesal.

“Diam.”

 Donghae menyesap wine yang baru saja diberikan oleh bartender, lalu kembali menatap Kyuhyun. “Sepertinya istrimu sekarang tiga kali lebih sibuk darimu.”

“Tentu saja. Aku hanya mengurus satu perusahaan. Sedangkan dia menjadi owner sekaligus trainer utama lembaganya, dan masih menjadi psikolog di rumah sakit.”

Donghae tersenyum tipis. “Kau terdengar kesal sekarang.”

Kyuhyun menghela napas. “Sejujurnya aku ingin menyuruhnya fokus di satu pekerjaan saja. Tapi aku sudah janji tidak akan menghalangi kariernya. Lagi pula Hyona tidak lalai dari tanggung jawab rumah.”

Kecuali tentang itu.

“Bukankah itu bagus? Lalu kenapa kau terlihat kesal sekarang?”

Kyuhyun terdiam. Enggan bercerita bahwa sudah berkali-kali dirinya ditinggal tidur saat sedang berada di puncak gairah. Bukannya mendapat saran, yang ada ia malah ditertawakan. “Aku tidak kesal.”

“Ey, kau terlihat kesal.”

“Aku tidak kesal. Hanya suntuk di rumah tidak ada orang.”

“Kalau begitu daripada kita bermuram durja di sini, bagaimana kalau kau ikut denganku? Sebenarnya aku sudah ada janji sebelum kau mengajakku minum tadi,” kata Donghae.

“Ke mana?”

***

Seharusnya Kyuhyun menolak. Demi Tuhan. Seharusnya ia tidak mengikuti ajakan sahabatnya untuk bertemu teman-teman lama di sebuah lounge hotel bintang lima ini. Karena di antara teman-teman kampusnya dulu, ada satu orang yang Kyuhyun harap tidak pernah ia temui lagi.

“Sorry. Aku tidak tahu Jung Jia juga ikut,” bisik Donghae ketika mereka baru tiba. Kyuhyun berkata tidak apa-apa. Tapi pria itu sadar, yang bisa mengatasi krisis ini hanya dirinya sendiri.

Kyuhyun, Donghae dan tiga orang yang lain duduk di sofa lounge. Menegak alkohol bersama sambil mengobrol. Tapi Kyuhyun tak begitu memperhatikan perbincangan apa yang terjadi. Karena sejak pria itu tiba, isi kepalanya terganggu dengan keberadaan sosok yang kini duduk di hadapannya. Menatapnya dengan pandangan yang tak bisa Kyuhyun artikan.

Gadis itu... ke mana saja dia selama ini? Kenapa baru muncul sekarang? Kenapa dia ada di sini?

“Cho Kyuhyun, tumben sekali. Tidak biasanya kau ikut berkumpul bersama kami,” komentar Minhyuk. Kyuhyun hanya tersenyum tipis menanggapinya.

“Aku melihat berita saham Cho Corporation meroket selama setahun belakangan,” kata Yongjin. “Wah, aku tidak menyangka ada satu dari teman kita yang sesukses itu sekarang.”

Kyuhyun hanya tersenyum tipis. Lagi.

“Oh iya, bagaimana kabar putrimu? Berapa umurnya sekarang?”

“Lima tahun. Dan ya, dia sehat.”

“Oh. Satu tahun di atas putriku ternyata.”

“Kyuhyun Oppa... punya anak?”

Perhatian keempat orang pria itu kini tertuju pada satu-satunya gadis yang ada di sana.

“Kau tidak tahu Kyuhyun sudah punya anak?” tanya Minhyuk. “Jangan katakan kau tidak tahu Kyuhyun sudah menikah?”

Jung Jia menggeleng. Gadis itu menatap lekat pada mata pria di hadapannya. “Kukira dia masih menungguku.”

***

Cho Kyuhyun menepi seorang diri ke atap hotel yang sepi. Selain malas dengan obrolan teman-temannya, pria itu juga jengah mendapat tatapan dari Jung Jia. Tatapan yang sejujurnya mengganggu akal sehat Kyuhyun. Tatapan yang mengingatkannya akan masa lalu. Tatapan yang membuat Kyuhyun mempertanyakan kembali pertanyaan-pertanyaan yang dulu telah ia kubur dalam.

“Kau ada di sini rupanya.” Suara lembut itu menyapa, diikuti suara heels yang mendekat. “Aku mencarimu ke mana-mana.”

Tanpa perlu menoleh, Kyuhyun tahu siapa pemilik suara itu. Suara yang dulu menjadi suara yang selalu ingin ia dengar setiap hari.

“Sudah lama sekali, ya?” Tanpa permisi Jia berdiri tepat di samping Kyuhyun.

Kyuhyun tidak menjawab.

“Terakhir kali bertemu, kau masih menjadi mahasiswa bersamaku. Tapi lihatlah sekarang. Kau sudah menjadi direktur perusahaan besar.”

Kyuhyun mendengus pelan, meski tetap tidak berkata apa-apa.

“Bagaimana kabarmu... Oppa?”

“Seperti yang kau lihat. Aku baik. Teramat sangat baik,” jawab Kyuhyun. Tak mampu menyembunyikan nada sinisnya.

Jia tersenyum tipis. “Kau tidak bertanya bagaimana kabarku?”

“Haruskah aku tahu?”

“Aku merindukanmu.”

Cho Kyuhyun mendengus keras.

“Kau tidak merindukanku?” tanya Jia lagi.

“Aku tidak punya waktu untuk itu.”

Jia tersenyum tipis. “Bohong.”

“Terserah. Aku tidak peduli kau percaya atau tidak.” Kyuhyun berbalik. Namun belum sempat pergi, Jia menahan tangannya.

“Kyuhyun Oppa.”

Kyuhyun menepis tangan Jia. “Berhenti memanggilku dengan cara seperti itu. Berhenti menatapku dengan tatapan itu.”

Jia tersenyum lagi. “Ah, kau juga merindukanku ternyata.”

“Jangan mengarang, Jung Jia!”

“Aku tahu perasaanmu untukku masih ada.”

Kyuhyun mendengus.

“Aku tahu kau masih memiliki perasaan terhadapku.” Jung Jia mengambil langkah dan berdiri tepat di depan Kyuhyun. “Aku tahu, hati kecilmu masih mencintaiku.”

“Omong kosong!”

“Kalau tidak, untuk apa sekarang kau marah? Kejadian itu sudah berlalu. Katanya kau pun sudah menikah. Tapi kenapa kau masih marah?”

“Katakan padaku, apa kau tidak akan marah jika kau ada di posisiku? Kau menghilang begitu saja padahal belum genap satu bulan aku berangkat wajib militer. Kau menghilang tanpa kata, tanpa penjelasan. Jejakmu hilang bak ditelan bumi. Lalu sekarang saat aku sudah bahagia dengan hidupku, kau muncul begitu saja dan mengaku merindukanku.”

“Tidak, aku tidak akan marah jika aku jadi dirimu. Jika aku jadi dirimu, aku akan mengaku bahwa aku juga merindukanmu,” sahut Jia berani. Gadis itu memberanikan diri menyentuh pundak Kyuhyun meski pria itu menepisnya. “Akui saja, Oppa. Hubungan kita bahkan belum berakhir. Tidak pernah ada kata selesai di antara kita.”

“Hubungan kita berakhir di detik kau memutuskan untuk meninggalkanku, Jung Jia.”

“Benarkah? Bisa kita buktikan?” Jia tersenyum sinis. Detik berikutnya gadis itu menarik leher Kyuhyun dan melumat bibir pria itu dengan paksa.

***

War of Life (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang