Bab Empat Belas

150 11 2
                                    

Kyuhyun menatap gamang pemandangan Seoul melalui dinding kaca kantornya. Pikiran pria itu disibukkan dengan bagaimana cara mengatasi kekacauan yang ia buat. Sekarang Hyona mengetahui bahwa Jia bekerja sebagai sekretarisnya, dan gadis itu marah. Sedangkan Kyuhyun paling tidak tahan jika istrinya marah.

Tapi Jia... Astaga, apa yang harus Kyuhyun lakukan pada gadis itu? Tak bisa dipungkiri bahwa Kyuhyun mendapatkan sebuah kenyamanan baru bersama Jia. Haruskah Kyuhyun mengakhiri semuanya di saat pria itu belum rela?

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Kyuhyun. Tanpa perlu menoleh, pria itu sudah tahu bahwa itu adalah suara langkah kaki Jia.

“Ini laporan yang Anda minta, Dapyeonim.”

“Taruh saja di situ,” jawab Kyuhyun tanpa menoleh. Pria itu memang sengaja tidak menoleh. Karena jika ia melihat Jia, kegalauan Kyuhyun hanya akan bertambah.

Namun persis seperti yang Kyuhyun duga, Jia tidak mungkin pergi begitu saja melihat Kyuhyun seperti ini. Gadis itu mendekat, lalu memeluknya dari belakang.

Kyuhyun menghela napas. Apa yang harus ia lakukan pada gadis ini? Kyuhyun belum rela membuang kenyamanan yang baru saja ia dapatkan. Kenyamanan yang sudah lama tidak Hyona berikan.

“Kenapa melamun?” tanya Jia pelan.

“Istriku tahu aku memperkerjakan mantan kekasihku sebagai sekretaris.”

“Masih mantan? Kita kan berkencan lagi sekarang.”

“Bukan itu poinnya, Jia.”

Jia mengeratkan pelukannya. Kepalanya ia sandarkan di bahu Kyuhyun yang kokoh, tangannya mengelus perut berotot Kyuhyun yang mengagumkan. Lalu perlahan tangan Jia turun, hendak menyentuh tonjolan di celana Kyuhyun tapi pria itu menahannya. Kyuhyun melepas pelukan Jia lalu berbalik menghadap gadis itu.

“Jia, please, sekarang bukan saatnya untuk itu.”

“Kenapa? Aku tahu kau membutuhkannya sekarang.”

“Istriku marah.”

“Karena aku bekerja di sini?”

Kyuhyun mengangguk.

Jia menghela napas malas. “Lalu apa yang akan kau lakukan? Kau ingin memecatku hanya karena istrimu  marah? Di luar fakta hubungan spesial kita, kau pernah bilang bahwa kinerjaku bagus.”

“Aku tahu. Aku memang tidak berencana memecatmu.”

“Lalu?”

Kyuhyun menatap mata Jia. Untuk sementara pria itu ragu, tapi toh ia tetap mengatakannya. “Aku ingin mengakhiri affair kita.”

“Apa?” Jia jelas terlihat tidak suka.

“Kita harus berakhir di sini, Jia. Aku ingin membuktikan pada istriku bahwa tidak ada apa-apa di antara kita.”

“Kau tidak akan bisa membuktikannya, Oppa. Karena faktanya kita memang berkencan.”

Kyuhyun menghela napas. Tahu bahwa yang dikatakan Jia benar.

“Sudahlah.” Jia menangkup wajah Kyuhyun dan mengelus rahangnya lembut. “Kita nikmati saja apa yang kita miliki sekarang.”

Menatap mata Jia nyaris membuat Kyuhyun goyah. Tapi pria itu berusaha untuk tetap mengingat Hyona dan menggeleng keras. “Kita harus mengakhirinya, Jia. Aku tidak ingin memperumit masalah.”

Kyuhyun melepaskan tangan Jia yang membelai wajahnya. Lalu beralih dan duduk di kursi kebesarannya sendiri. “Pergilah. Mulai hari ini, hubungan kita tidak lebih dari CEO dan sekretaris.”

Jia menatap Kyuhyun tidak suka. Dengan sengaja gadis itu melepas tiga kancing kemejanya lalu mendekati Kyuhyun. “Kau sungguh ingin semuanya berakhir?”

Kyuhyun tidak menjawab. Pria itu pura-pura sibuk dengan Ipad-nya. Jia mengambil alih iPad itu. Membuat Kyuhyun menoleh pada gadis yang berdiri di sampingnya, dan pandangan Kyuhyun tertuju pada payudara Jia yang tertutup bra merah.

“Jia, please, benarkan bajumu. Ini di kantor.”

“Kenapa? Kita sudah sering melakukannya di sini.”

“Jangan memaksaku berlaku kasar padamu.”

“Cho Kyuhyun yang kukenal tidak akan pernah berlaku kasar dengan wanita.”

“Kau salah. Aku bisa menyeretmu keluar dari sini.”

“Benarkah? Dengan kondisi bajuku seperti ini?” Jia duduk menyamping di pangkuan Kyuhyun. “Lakukan saja. Kau hanya akan membuat keributan, dan pada akhirnya istrimu akan mendengar.”

“Jung Jia, kumohon mengertilah posisiku.”

“Aku mengerti.” Jia kembali membelai wajah Kyuhyun. Sebelah tangannya melepas kait bra yang ada di bagian depan. “Kau bilang istrimu payah dalam urusan ranjang. Aku hanya memberikan apa yang tidak bisa istrimu berikan. Bukankah seharusnya dia berterima kasih padaku?”

“Jia...”

Jia mendekap kepala Kyuhyun di dadanya yang terekspos. “Tenanglah, Oppa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semua akan baik-baik saja.”

Selama beberapa saat Kyuhyun diam saja. Jia masih terus mengelus rambut Kyuhyun. Dan gadis itu tersenyum puas saat akhirnya Kyuhyun menjamahnya.

“Yaa... hisap seperti itu, Oppa...”

“Jia... Kau benar-benar...”

“Benar-benar apa?” Jia membusungkan dadanya sementara Kyuhyun melahapnya dengan rakus. “Kau terlalu banyak berpikir, Kyuhyun Oppa. Aku tahu kau hanya butuh dihibur.”

“Dengan cara seperti ini?”

“Kau menyukainya.”

Kyuhyun menghela napas. Menyerah. “Kau benar.”

***

Ketika mengetahui bahwa suaminya tidak rapat kemarin, ditambah dengan bekerjanya Jung Jia sebagai sekretaris Kyuhyun, Hyona langsung membeli kamera tersembunyi tiga buah sekaligus. Bukan bermaksud melanggar privasi. Hyona hanya ingin bukti nyata yang akan menguatkan atau mematahkan dugaannya tentang apa yang suaminya lakukan.

Dan siang ini, Hyona mendapat bukti yang benar-benar tidak bisa dibantah oleh siapa pun. Di ruang kerja, suaminya bercinta dengan sekretarisnya. Mantan kekasihnya.

Hyona menutup laptopnya dengan kasar. Kepalanya pusing. Dadanya sesak. Napasnya tercekat. Melihat perselingkuhan yang Kyuhyun lakukan membuatnya merasa mual.

Hyona berlari ke kamar mandi. Tak hanya isi perutnya yang tumpah, air matanya pun juga berjatuhan.

Suaminya... berkhianat. Bukan hanya melukai hati Hyona sebagai seorang istri, tapi juga melukai harga diri Hyona sebagai seorang wanita dan seorang ibu.

“Tubuhmu benar-benar indah, Jung Jia.”

“Lebih indah dari istrimu yang payah melayanimu itu?”

“Ya.”

Hyona bersimpuh di lantai kamar mandi yang dingin. Ia menangis tersedu-sedu sambil tangannya menekan ulu hatinya yang kini terasa perih.

Sakit. Sakit sekali.

***

War of Life (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang