Pagi ini, sebuah keluarga tampak tenang menyantap sarapannya. Sang Ibu dengan telaten menyiapkan semuanya walau dibantu para Asisten rumah tangganya. Maklum dia seorang single parent.
Semenjak suaminya meninggal 10 tahun yang lalu membuatnya harus mengurus kelima anaknya sendiri. Cukup berat di mana ia banyak menghabisi waktu di perusahaan untuk mencari nafkah. Ia tetap berusaha ada di samping anak-anaknya walaupun sibuk. Contohnya saat sarapan bersama kali ini.
"Bang, Mamah titip adek-adek kamu yah. Jangan lupa antar Adek ke sekolah hari ini. Kamu pertama masuk kan sayang?" tanya Mama Kim lembut seraya mengusap surai anak bungsunya.
"Iya Mah. Tapi Gyuvin mau sendiri, kasihan Bang Hao harus ke kampusnya juga kan," jawab Gyuvin membuat Zhanghao meliriknya sekilas.
"Yakin dek? Ya sudah, mama gak bisa lama-lama. Mama berangkat duluan yah, dadah sayang-sayangnya Mamah," pamitnya mencium kening anaknya satu persatu.
Setelah kepergian Mamah, keadaan ruang makan hening. Semuanya fokus pada makanan masing-masing enggan berbicara satu sama lain.
"Kak Hao, Matthew sama Taerae nanti sore ada tugas kelompok jadi gak usah di jemput yah," kata Matthew memecahkan keheningan itu.
"Gue benci keheningan."
"Jangan lewat jam sembilan. Awas aja yah telat nanti kakak hukum kalian," canda Hao membuat si kembar tertawa.
Brak
Keempatnya menoleh, Gyuvin mendobrak meja terlalu keras membuat Hanbin yang ada di sampingnya terkejut.
"Kenapa lu? Mau sok drama lagi? Mama udah pergi gak ada yang belaiin lu," sewot Matthew melihat adeknya itu.
"Maaf gak sengaja. Gue duluan kak," cicit Gyuvin ia melangkah meninggalkan keempat saudaranya.
"Maaf Vin."
"Kenapa sih itu anak masih disayang sama Mama? Padahal kalau anak-"
"Matthew, jangan bahas itu sekarang. Ngerusak suasana tahu gak," tegur Taerae. Ia sangat tidak suka jika kembarannya membahas hal yang belum valid.
Karena itu hanya cerita dari si sulung. Taerae kurang percaya dengan cerita egois itu.
"Kok lu bela dia sih? Rae kalau dia gak lahir pasti kita-"
"Cukup! Jangan bahas hal itu lagi. Kalian cepat berangkat sekolah. Ingat tetap pantau adek kalian," potong Hanbin membuat Matthew mendengus.
"Iya kak," lesunya, ia pun berpamitan pada kedua abangnya setelah Taerae meninggalkannya.
Kini tersisa Zhanghao dan Hanbin di sana. Hanbin hanya menatap datar kakaknya yang daritadi hanya diam.
"Kak Hao jangan manas-manasin si kembar dong. Memang cerita kakak itu benar adanya? Atau cuman kesimpulan egois kakak aja? Kalau Mamah tahu Kak Hao kaya gini dia pasti kecewa kak," tutur Hanbin membuat ZhangHao menghela nafasnya.
"Lu gak tahu apa-apa Bin. Gue ada di tempat kejadian, lagipula benar kata Matthew kalau aja anak itu gak ada kita semua gak akan jadi anak yatim. Mama juga gak bakal banting tulang demi kita. Lu gak kasihan sama mama Bin," jelas Zhanghao membuat Hanbin menunduk.
Bimbang, apa yang harus ia lakukan?
"Lu sayang sama Mama kan dek? Jauhin Gyuvin. Dia pembawa sial keluarga ini."
"Kak, kok lu ngomong gitu sih? Kasihan adek Gyuvin," bela Taerae menatap brangkar adeknya.
"Heh bocil lu gak tahu apa-apa. Nurut sama kakak jauhin adek lu mulai sekarang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Apology For G
Short Story"Aku bukan pembawa sial kak!" . . . . "Punya banyak kakak itu percuma, mereka juga gak anggap gue adek." . . . || Ket Keluarga Kim : - Zhanghao Kim - Hanbin Kim (Sung) - And Twins Kim Matthew (Seok) & Kim Taerae Si bungsu Kim Gyuvin || Genre : √Br...