Masih berkutat dengan kontroler di tangan, Nakula Widjaja melirik sang kembaran yang melangkah kembali untuk ke dapur setelah dari ruang depan.
Sekilas ada raut wajah aneh yang ditampilkan si kembaran yang memiliki tinggi dan wajah berbeda, Sadewa Widjaja, kini. Di tangannya pun terlihat ada sebuah kotak yang kemungkinan besar berisi makanan.
Nakula dan Sadewa merupakan kembar fraternal, dimana kembar itu terjadi ketika dua sel telur dibuahi dua sperma, sehingga pasangan kembar ini tidak memiliki materi genetik yang sama, menjadikan mereka tak memiliki kemiripan pada karakteristik fisik. Dan seperti nasib seseorang yang lahir duluan, Nakula memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibanding si adik. Padahal tinggi Nakula pun tak bisa dikatakan pendek, Sadewa saja yang memang menjulang seperti gapura kabupaten!
"Siapa tadi, Wa?" Tanya Nakula tanpa mengalihkan tatapan dari game yang sedang dimainkan. Adik kembarnya itu langsung terhenti langkah dan melirik kesal si penanya.
"Lu tuh kalau ada bel pintu bunyi ya dibuka, bukan pura-pura budeg." Kesal Sadewa.
"Tadi gue lagi nanggung. Pas udah mau ke depan, eh keduluan lu. Yaudah gue lanjut main PS lagi.." Jawaban Nakula mendapat decihan dari sang adik. "Pertanyaan gue belum dijawab, heh."
"Dapet kue dari tetangga.." Jawab Sadewa yang menaruh kotak kue tersebut di meja depan kakaknya dan mengambil satu potong untuk di lahap sebelum kembali berkutat di dapur.
"Hah? Tetangga mana? Lu udah bilang Bunda lagi pergi, kan??" Teriak Nakula. Dia pun mengambil potongan kue tersebut dan mengapitnya langsung dengan gigi depannya, karena harus kembali menekan kontroler dengan kedua tangan.
"Itu.. yang baru," ucap Sadewa yang kembali dan duduk di sofa sebelah sang kakak dengan membawa mangkuk yang isinya masih mengepulkan asap. "Anaknya ga nyariin Bunda. Ngasih itu doang terus kabur.." Ia terkekeh pelan, teringat kejadian yang cukup lucu tadi. Lalu Sadewa menyuapkan isi mangkuk tersebut ke dalam mulutnya.
"Tetangga baru? Anaknya?" tanya Nakula yang mengunyah kue sambil sedikit berpikir siapa yang dimaksud Sadewa. "Lah kenapa si Hiro ga disuruh masuk aja sih? Lumayan buat temen main PS gue. Lu kan ga mau main."
"Bukan Hiro, kalau Hiro kan semalem gua udah ketemu dia disini. Pasti gua langsung suruh dia masuk." Sadewa menepis perkiraan Nakula. "Anaknya mungil, putih, lucu.... fluffy?" jawab Sadewa teringat rambut pemberi kuenya yang berantakan.
Nakula menghentikan sejenak permainannya untuk memberikan lirikan aneh pada sang adik. "Sumpah dipikiran gue dengan ciri-ciri itu cuma ada Goguma, anjingnya Bang Saddam, kakaknya Hiro." Nakula menghembuskan napas kesal, yang hanya dibalas kekehan kecil Sadewa. "Tapi akhirnya gue inget Ian.."
"Ian?" Tanya Sadewa penasaran.
Nakula mengangguk sebelum kembali pada gamenya. "Sabian, adiknya Hiro. Emang lucu sih anaknya. Apalagi kalau udah berantem sama Hiro. Bawel banget. Mana kadang gue sampai kebangun kalau mereka udah berantem pagi-pagi. Hebohlah."
"Oh.. Mereka tiga bersaudara berarti?" tanya Sadewa yang terdengar tak antusias dan kembali menyuap makanan. Tapi di dalam otaknya, ia menyimpan nama itu baik-baik. Sabian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Dandelions
FanfictionGara-gara disuruh Mama anter kue ke tetangga sebelah, Ian jadi ketemu cowok super ganteng yang selama satu bulan ini dia ga tau kalau ada manusia kayak gitu hidup di bumi. Padahal yang Ian tau, rumah itu cuma dihuni Nakula (temen nongkrong abangnya)...