Antara Gila dan Kesambet

64 11 10
                                    


Hari ini, jadi?

Sadewa terkekeh gemas membaca tulisan di selembar kertas berukuran sedang yang Sabian tunjukan pada jendela kamar hadapannya itu. Padahal mereka sudah memiliki nomor ponsel masing-masing, tapi si bungsu Aldana malah menyambut pagi dengan sesuatu yang lebih menggemaskan. Dan itu membuat senyum Sadewa mengembang.

Sadewa mengangguk, memberi isyarat dengan jempol dan kelingkingnya sembari berucap, "Nanti Mas telepon," tanpa suara.


Semburat merah terlihat di pipi Sabian yang mengangguk malu, lalu ia membalik kertas tersebut, 

Adek berangkat sekolah dulu.

Dadah, Mas.

 

Sadewa mengangguk lagi, menunjukan senyum bertaring manisnya yang membuat siapapun pasti meleleh. Termasuk Sabian, yang langsung menutup wajahnya dengan kertas di tangan lalu berlari menjauh keluar kamar.


Si jangkung langsung terkekeh, terlalu gemas pada si manis nan mungil Aldana. Kalau saja dekat, mungkin Sadewa sudah menguncinya dalam pelukan dan tak akan mau melepas. Tatapan Sadewa yang masih mengarah pada kamar Sabian yang membuat dia tak menyadari seseorang sudah berada di kamarnya.


"Elah pagi-pagi udah senyam-senyum sendiri, Wa. Liat apaan sih?" Tanya Nakula sambil menggigit roti sarapannya dan ikut memandang keluar jendela kamar sang kembaran. Tapi Sadewa tak menjawab apapun.


"Oh..." Ucap Nakula.


Mendengar itu Sadewa yang meraih tas ranselnya di bawah tempat tidur, merengut. "Oh apaan?"


"Oh, lu gila..." Nakula menjawab dengan nada enteng.


"Sialan, lu!" 

Sadewa mencoba menggebuk Nakula dengan tasnya, tapi tentu saja si kakak langsung menghindar sambil tertawa. Mendengus kesal, Sadewa kembali berkutat dengan tasnya, memasukan beberapa barang yang sudah ia siapkan ke dalam.


"Lu yakin mau balik apart hari ini? Masih ada dua hari loh.." komentar Nakula.


"Ya gimana, Papa yang nyuruh."


"Terus lu rela ninggalin, Bunda?"


Sadewa berdecak, menahan tawa. "Bunda sih ngerti. Mungkin Papa kesepian juga karena baru balik luar kota terus gak ada gua di apart." Jelas Sadewa. "Lu yang gak rela gua tinggalin, kan? Jujur aja sih sayang.." Ia menggoda Nakula sambil nyengir.


"Cih, najis! Gak usah sayang-sayangan sama gue, ah! Geli tau. Cari pacar lagi sana!" Omel Nakula yang hanya dibalas tawa oleh Sadewa. "Atau sebenernya lu belum move on dari kak Wira? Sampai kemaren itu lu bawa dia ke sini..."


"Heh, enak aja. Udah move on dong. Ini lagi usaha juga," jawab Sadewa tanpa memandang Nakula. "Lagian Kak Wira kesini buat ngambil data doang di laptop gua dan sekalian gua ngambil lensa kamera yang dipinjem sama temennya."


"Bentar, bentar..."

Dahi Nakula berkerut saat mendengar sebuah informasi yang hampir saja lewat dari telinganya. "Tadi lu bilang apa? Udah move on? Lagi usaha? Usaha apaan?"

Little DandelionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang