Sabian merasa basah pada wajahnya. Ia merengut, sudah tau pelaku pengusik tidurnya.
"Latte, stop!" Gerutu Sabian, mendorong pelan anjing berbulu coklat itu dari wajahnya. Berguling ke sisi, Sabian menarik selimut sampai kepala, memberikan punggungnya pada si hewan peliharaan.
Tak sadar kalau Latte tidak mungkin masuk ke kamar sendirian, Sabian akhirnya merasa ada yang menyerusuk masuk ke dalam selimut. Memeluk tubuhnya dari belakang, lalu berbisik, "Adek, kata Mama bangun.." Dan seketika Sabian membuka mata, merasakan nyeri di bahu, "AAAAAA!!" teriak si bungsu saat Hiro, saking gemasnya, malah menggigit bahu Sabian.
Langsung saja Sabian mendorong kakak jahanamnya itu. "MAMAAAA!! BANG HIRO GANGGUIN ADEK!"
Bukannya merasa bersalah, Hiro malah terbahak melihat wajah baru bangun Sabian yang merengut kesal.
Terdengar langkah cepat dari sang Ibu. Dengan kedua tangan di pinggang, ibu mereka terhenti di muka pintu kamar melihat apa yang terjadi. "Bang Hiro! Masih pagi loh ini adeknya udah digangguin. Kan mama bilang buat bangunin adek aja, bukan bangunin satu komplek!" Ia menghela napas kesal. "Kalau tetangga pada kebangun, Bang Hiro yang Mama jadiin tumbal!"
"Dih.. Mama pilih kasih. Kan adek yang teriak, bukan Abang," balas Hiro enteng.
"Kan Abang yang bikin Adek teriak!" Sabian yang kesal langsung menendang Hiro dari kasurnya. Membuat sang Kakak yang tanpa persiapan, langsung terjungkal ke lantai.
"ADUH! MAMAA!" Kini giliran Hiro yang membuat kebisingan.
Sang Ibu menghela napas lagi. Tapi belum sempat teguran tersampaikan lagi, ada teriakan lain dari kamar sebelah. "Hiro diem! Atau abang kurung kamu di kandang Latte!"
Sabian menahan tawa saat mendengar omelan kakak pertama mereka, sedangkan Hiro sang tertuduh yang juga sedang kesakitan, jadi kesal sendiri, "KENAPA GUA MULU YANG DISALAHIN SIH??"
***
Sadewa tiba-tiba terbangun dari tidurnya, seperti ada suara yang mengagetkan tapi entah darimana. Atau... dia hanya mimpi?
Setelah beberapa detik mencoba mengumpulkan nyawa, Sadewa melirik jam dinding yang berada di sebelah pintu kamar. 5.30, masih terlalu pagi untuk bersiap berangkat kuliah hari ini. Tapi sepertinya waktu yang tepat berkeliling komplek untuk jogging sebentar. Karena hari kemarin yang biasanya dia menghabiskan waktu di gym, harus menunaikan jadwal wajib mengunjungi sang ibu dan kakaknya satu bulan sekali. Juga tinggal selama satu minggu di rumah masa kecilnya itu. Karena setelah kedua orang tuanya bercerai, Sadewa tinggal di apartement bersama sang ayah.
"BANG HIRO PERGI SANAA!"
Baru saja mendudukan diri di kasur, Sadewa mendengar suara ribut dari arah luar jendela kamar, dahinya mengerut. Sepagi ini di luar sana sudah ramai ternyata. Beda sekali dengan suasana di apartement. Mungkin karena ini hari senin?
Sambil menguap lebar dan merenggangkan otot-otot kekar hasil gym-nya, Sadewa berjalan ke jendela. Membuka lebar gorden abu gelap yang menghalangi pandangan untuk melihat keributan apa yang sedang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Dandelions
FanfictionGara-gara disuruh Mama anter kue ke tetangga sebelah, Ian jadi ketemu cowok super ganteng yang selama satu bulan ini dia ga tau kalau ada manusia kayak gitu hidup di bumi. Padahal yang Ian tau, rumah itu cuma dihuni Nakula (temen nongkrong abangnya)...