.
.
.
Happy Reading
.
.
.Semenjak kejadian beberapa jam yang lalu, Hinata berusaha tenang untuk bisa segera melenyapkan pria itu dari pikirannya, meski kesal, ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ia juga sudah berusaha menyadarkan kesalahan pria itu namun keras kepala pria itu nampaknya lebih mendominasi.
Padahal mengucapkan maaf lebih baik dari pada terus mengelak. Hinata tidak habis pikir ada pemuda seperti itu di dunia ini.
"Ahh, lapar sekali" Hinata mengelus-elus perutnya, ia baru saja terbangun setelah merasa cacing perutnya meronta meminta segera di beri asupan makan.
Sejak jam istirahat siang di kantor, Hinata memang belum ada mengisi perutnya lagi, dia selalu mengabaikan makan jika sudah menyangkut pekerjaannya, apalagi jika pekerjaan itu belum benar-benar selesai.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Hinata belum mandi sejak pulang kekantor atau setelah dia bertengkar dengan pria menyebalkan itu. Ia langsung tertidur kala gejolak dadanya sudah mulai padam setelah mengenyahkan lelaki itu dari pikirannya.
Hinata meraih ponselnya di atas nakas samping tempat tidurnya, ingin memastikan apakah ada pemberitahuan atau hal penting lainnya. Setelah memastikan tidak ada yang penting ia segera meletakkan ponsel itu kembali, mengambil handuk yang tergantung lalu dengan santai menuju kamar mandi dengan langkah gontainya sebab masih terasa mengantuk.
.
.
."Segarnyaa" gumam Hinata sembari mengelap lehernya menggunakan handuk yang ia gunakan untuk rambutnya tadi, kini dia sudah berada didepan meja rias, mengeringkan rambut panjangnya.
Hinata sudah menggunakan pakaian santai dengan hoodie ungu muda kebesaran yang nyaman serta rok ruffle skirt putih di bawah lutut. Sehingga Hinata tampak lucu dan menggemaskan sekali saat memakainya.
Hinata bersiap-siap untuk keluar rumah, ia ingin membeli beberapa persediaan dapur karena memang belum sempat berbelanja setelah pindah ke apartemen barunya ini. Maka malam ini dia menyempatkan untuk membeli beberapa kebutuhan untuk dapurnya sambil mengisi perutnya di suatu restoran terdekat.
Hinata tercengang setelah menutup pintu apartemennya mendapati pria yang baru ia kenal pagi tadi itu sedang menuju lift dan tidak menyadari Hinata dibelakang, namun dengan berat hati Hinata ikut melangkah menuju lift yang sama dengan pria itu, tidak mungkin dia menunggu pria itu selesai menggunakan lift jika hanya dia sendirian disana.
Naruto masuk lebih dahulu ke dalam lift, belum menyadari keberadaan wanita itu, namun saat dia berbalik dia termangu sejenak ketika mendapati wanita itu ada di depan pintu lift ingin masuk, Naruto menyernyit, apa wanita itu mengikutinya lagi? Namun dia mencoba berpikiran tenang, kala melihat wanita itu hanya berdiam saja tidak memulai perdebatan seperti sore tadi.
Selain itu dia juga sempat terpaku beberapa detik setelah melihat penampilan wanita itu yang tampak berbeda dari dua kali pertemuan sebelumnya, iya pertemuan pagi tadi saat kejadian yang membuat dua manusia ini saling cekcok dan setelah pulang kantor sore tadi saat sempat bertengkar sebentar di depan pintu apartemen masing masing.
Kini ia memperhatikan penampilan wanita itu dari atas hingga kebawah tampak seperti anak bocah yang masih duduk di bangku SMA. Berbeda sekali saat menggunakan pakaian kerjanya tadi yang terlihat begitu dewasa, mungkin karena wanita itu sedang tidak menggunakan make up sehingga terlihat lebih polos dan lugu, juga pakaian yang agak kebesaran yang ia gunakan sekarang hingga tubuhnya nampak tenggelam seperti anak kecil cantik dan menggemaskan.
Hah cantik dan menggemaskan
Naruto langsung menggelengkan kepala, ia kembali mengingat kelakuan wanita itu pagi tadi dan sore tadi, wanita dengan mulut tajam dan kasar, dia langsung membuang pikirannya, setelah sempat terlintas menilai wanita itu. Cihh
KAMU SEDANG MEMBACA
The Neighbor (Naruhina)
Fanfic[NARUHINA] Pertemuan pertama yang sangat menjengkelkan bagi Hinata maupun Naruto. Hinata marah karena Naruto mengotori pakaian kerjanya, padahal hari ini adalah hari pertama dia masuk bekerja. Di sisi lain, Naruto juga sangat marah oleh kata-kata ka...